Enam ekor monyet ekor panjang turun ke permukiman di Kota Bandung, Jawa Barat. 11 hari hidup di luar hutan, keberadaan satwa yang dikenal dengan nama Macaca Fascicularis berkeliaran kawasan Kabupaten Bandung.
Seperti diketahui, awalnya kawanan ekor panjang itu muncul di kawasan Dago Atas, lalu ke Sekeloa, hingga Sukaluyu, Kota Bandung, Rabu, 28 Februari 2024 lalu.
Saat muncul di kawasan Sukaluyu, tepatnya di Jalan Batik Halus, kawanan monyet ekor panjang ini mejeng di atas Gedung Unisba Kampus III Sukaluyu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Benar, enggak tahu datang dari mana, dari atap gedung ini pindah lagi ke arah atas (gedung lain)," kata Riyan, salah satu sekuriti Kampus III Unisba.
Keesokan harinya, kawanan monyet ekor panjang ini muncul di kawasan Jalan Supratman-Ahmad Yani, Kota Bandung. Sama seperti sebelumnya, primata ini asyik loncat dari satu gedung ke gedung lainnya.
Dari Dago ke Rancaekek
detikJabar menyaksikan pemandangan kawanan monyet ekor panjang ini saat berkumpul di atas atap sebuah bengkel. Satu monyet yang ukurannya lebih besar dari yang lainnya, diperkirakan merupakan pemimpin kawanan tersebut yang langkahnya diikuti oleh monyet yang lainnya. Terlihat juga satu monyet lainnya, tengah asyik menyantap makanan di tangan kirinya.
"Kaget kok bisa sampai ke sini. Kan awalnya viral ada di Dago," ucap Rindy Nurjanah (26), salah seorang warga
Dari kawasan Jalan Supratman-Ahmad Yani, kawanan monyet ekor panjang ini mengarah ke arah Bandung Timur. Mereka berloncatan di atas atap gedung hingga mengintari kabel dan pohon.
![]() |
Kawanan monyet liar ini juga terdeteksi muncul di kawasan Antapani, Gedebage hingga Cibiru. Pada, Rabu (6/3) lalu, jelajah satea liar ini sudah keluar dari wilayah Kota Bandung dan terdeteksi di wilayah Cileunyi, Kabupaten Bandung.
Pada, Kamis (7/3) kawanan monyet liar itu terdeteksi masuk permukiman warga Kencana, Rancaekek, Kabupaten Bandung. Hingga kini, monyet ekor panjang ini masih berkeliaran di permukiman warga dan belum dilakukan penangkapan atau diinformasikan kembali ke kawasan hutan.
Tersisih dari Persaingan Kelompok
Humas Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Jawa Varat Erry Mildranaya kawanan monyet tersebut keluar habitat lantaran adanya persaingan kelompok.
"Dari arah pergerakannya, MEP diduga mencari wilayah perlindungan baru yang mendukung kehidupan kelompoknya," ucapnya.
Hingga saat ini, Tim WRU BBKSDA Jabar masih terus memantau pergerakan MEP yang diduga menuju wilayah rimbun naungan atau tutupan pepohonan yang mendukung kebutuhan dasar hidup mereka.
"Walaupun MEP bukan satwa liar dilindungi, sebagai upaya mendukung hak hidup dan keselamatannya, agar masyarakat tetap berhati-hati untuk menghindari konflik, sedapat mungkin bersama-sama mengupayakan menghalau MEP bergerak menuju habitat terdekat," tuturnya.
Kawanan monyet liar ini, diduga berasal dari Taman Hutan Raya Ir H Djuanda, Dago, Cimenyan, Kabupaten Bandung. Namun, ada juga kemungkinan kawanan monyet liar ini bukan berasal dari Tahura.
Pengendali Ekosistem Hutan Tahura Djuanda, Dicky mengatakan dari kebiasaannya, monyet ekor panjang hidup secara berkelompok dengan jumlah 20-30 ekor. Biasanya, dalam kelompok itu ada beberapa ekor pejantan yang terusir dari kelompoknya.
"Apabila dia terusir bisa jadi, tapi tidak lebih dari 5 ekor, biasanya 1-2 ekor itu pejantan yang diusir dari kelompoknya atau biasanya dia bikin kelompok sendiri dan mencari area baru itu bisa jadi juga," ujarnya.
Di Tahura sendiri, menurutnya ada sekitar 275 monyet ekor panjang yang teramati. Habitat monyet ekor panjang kata dia juga ada di kawasan Parongpong, Bandung Barat.
Karena itu, dia menyebut kemungkinan monyet dari Tahura turun ke permukiman warga bisa saja terjadi. Selain itu, ada juga kemungkinan monyet liar tersebut berasal dari peliharaan warga yang terlepas atau sengaja dilepas.
"Kalau empat ekor bisa jadi dari kita, dan mungkin saja ada yang melepaskan atau lepas dari masyarakat yang memelihara, cuma dia tidak laporan. Itu bisa jadi ya ada dugaan," jelas Dicky.
Sementara itu, Periset Studi Komunikasi Lingkungan Fikom Unpad Herlina Agustin mengatakan, ada beberapa kemungkinan monyet ekor panjang itu bisa masuk ke permukiman.
"Saya ambil dari beberapa sudut pandang ya, pertama pasti dia cari kenyamanan, cari kenyamanan itu karena di tempat aslinya ada ancaman, ancaman ini bisa berasal dari predator atau kekurangan bahan pangan," kata Herlina.
Herlina menuturkan, untuk mengetahui penyebab monyet itu masuk ke permukiman harus dilakukan penelitian lebih lanjut.
"Bisa jadi satu koloni, tapi harus diteliti juga. Apakah over capacity juga di tempat dia sehingga si koloni ini tersingkir, itu yang kemudian saya berpikir harus observasi lebih lanjut, karena ke depan banyak juga yang takutnya kalau kita tidak tahu akar masalah di habitatnya dia dan dia akan ke permukiman," tuturnya.
Selain itu, Herlina juga mengkhawatirkan jika monyet itu memiliki penyakit rabies. "Saya khawatirkan itu rabies. Ketemu kucing, misal dia punya virus rabies, kucingnya dicakar, nanti kucingnya gigit orang gimana, itu yang dikhawatirkan," ujar dia.
(wip/yum)