Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengungkap polusi sampah plastik di Indonesia mencapai level tertinggi. Siti Nurbaya menyebut upaya pengelolaan harus melibatkan semua komponen.
"Karena sumber sampah ini berada di sekitar kita seperti rumah tangga, pasar, industri, dan dari berbagai aktivitas manusia lainnya. Ini menjadi persoalan yang harus ditangani serius dan butuh perhatian kita semua, bukan hanya pemerintah pusat dan daerah," kata Siti usai upacara peringatan Hari Sampah Nasional, di Lapangan Karangpawitan, Kabupaten Karawang, Jumat (8/3/2024).
Ia mengaku persoalan pengelolaan sampah yang semakin berat dan kompleks, perlu ada pergeseran paradigma dengan langkah-langkah, komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berdasarkan analisis dari UNEP United Nations Environment Programme, dengan menggunakan skenario business as usual jumlah sampah plastik yang masuk ke ekosistem perairan bisa hampir 3 kali lipat dari sekitar 9-14 juta ton per tahun pada 2016, menjadi kurang lebih 23-37 juta ton pada 2040 mendatang," kata dia.
"Polusi akibat sampah plastik (plastic pollution) sudah mencapai tingkat yang tinggi dan meningkat secara cepat pada ekosistem daratan dan lautan sehingga mengancam lingkungan hidup, kehidupan sosial, dan pembangunan ekonomi," lanjutnya.
sampah plastik, kata Siti, secara natural dapat bersifat transboundary, terutama marine plastic, sehingga butuh kerja sama antarnegara mulai dari desain, produksi, distribusi, konsumsi, paska konsumsi, dan guna ulang serta daur ulang paska konsumsi.
"Untuk konteks Indonesia, berdasarkan data SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional) 2023, komposisi sampah plastik menempati posisi kedua setelah sampah sisa makanan, yaitu dengan persentase sekitar 18,75 persen," ungkapnya.
Saat ini, kata Siti, penggunaan sampah plastik dan kertas dalam negeri untuk industri daur ulang masih rendah, hanya sekitar 40-50 persen dari kebutuhan industri daur ulang dalam negeri.
Bank sampah yang saat ini tercatat di Sistem Informasi Manajemen Bank Sampah (SIMBA) hanya terdapat 16 ribu unit yang menjadi salah satu fasilitas yang mampu menyediakan sampah daur ulang dengan kualitas yang baik, untuk mendorong tercapainya kebutuhan daur ulang melalui proses pemilahan di tingkat masyarakat dan menghasilkan manfaat ekonomi.
"Perubahan pola pengelolaan sampah di daerah perlu dilakukan sehingga dapat mengejar pencapaian target, kebijakan dalam pengelolaan sampah rumah tangga, ditargetkan terkelola sebesar 100 persen di tahun 2025, dengan metode penanganan sampah 70 persen dan pengurangan sampah 30 persen," imbuhnya.
Dengan ini, Siti berharap, peringatan hari sampah nasional jadi momen penting untuk memperkuat posisi Indonesia dalam International Legally Binding Instrument on Plastic Pollution (ILBI).
"Hari ini kiranya dapat menjadi momentum penting untuk mengarustamakan isu penyelesaian polusi plastik, memperkuat posisi Pemerintah Indonesia dalam ILBI, dan menjadi faktor kesiapan dalam melaksanakan komitmen zero waste zero emission pada tahun 2050 mendatang," pungkasnya.
(sud/sud)