Jangan Dibuang! Tukar Minyak Jelantah Jadi Cuan Lewat Mesin Noovoleum

Jangan Dibuang! Tukar Minyak Jelantah Jadi Cuan Lewat Mesin Noovoleum

Bima Bagaskara - detikJabar
Sabtu, 09 Mar 2024 07:00 WIB
Setorkan minyak jelantah di mesin Noovoleum.
Setorkan minyak jelantah di mesin Noovoleum. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Jakarta -

Pengolahan minyak jelantah masih jadi masalah karena belum digarap secara menyeluruh dan berkelanjutan. Padahal jika diolah dengan benar, minyak jelantah bisa menjadi energi terbarukan dan memiliki nilai ekonomis.

Karena itulah, sebuah perusahaan rintisan bernama noovoleum membuat sebuah gagasan dengan mengumpulkan limbah minyak jelantah dari masyarakat. Kota Bandung dan sekitarnya, jadi lokasi awal noovoleum menggerakkan kampanye untuk menjaga lingkungan ini.

Dengan menggunakan aplikasi UCOllect, masyarakat bisa menukar satu liter minyak jelantah yang dihargai Rp6.521. Limbah minyak jelantah itu harus diantar dan dimasukkan ke dalam mesin yang dimiliki oleh noovoleum.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk mensosialisasikan gerakan ini, noovoleum mengadakan sebuah kegiatan bertajuk Raksha Bumi Festival sejak awal Januari 2024 kemarin. Kegiatan itu telah mencapai puncaknya yang digelar di Bandung Creative Hub dan Laswee Creative Space pada Jumat (8/3/2024).

Head of Marketing noovoleum Chitra Ananda mengatakan, apa yang dilakukan noovoleum berangkat dari persoalan pengolahan limbah minyak jelantah yang belum dilakukan dengan baik.

ADVERTISEMENT

"Di Indonesia itu 90 persen minyak jelantah terbuang dan tidak terolah. Yang berhasil diolah hanya 5 persen saja, jadi perlu ada solusi untuk membantu itu. Sementara 65 persen minyak jelantah adanya di rumah tangga dan restoran," kata Chitra saat diwawancarai.

Menurutnya, Rakhsa Bumi merupkan sebuah program kolaborasi antara Noovoleum dan Plastavfall Collecting Waste yang memiliki tujuan untuk mengedukasi tentang pentingnya kelestarian lingkungan.

"Jadi mungkin berangkatnya dari masalah pararel, satu soal lingkungan, kesehatan juga dan penggunaan minyak jelantah yang salah dan pembuangan yang sembarang dan menyebabkan limbah, ada yang ke laut dan sebagainya," ucapnya.

"Di waktu yang bersamaan beberapa negara sudah memakai minyak jelantah yang sudah jadi bio avtur atau SAF untuk bahan bakar pesawat. Itu mereka sudah menanamkan regulasi semua flight harus include sekitar 20-30 persen SAF kalau tidak salah," sambungnya.

Karena itulah, Chitra menginginkan agar kebiasaan masyarakat yang acuh dengan minyak jelantah dan membuangnya begitu saja setelah digunakan dapat diubah. Caranya adalah dengan menyetor minyak jelantah ke noovoleum.

"Dari situ kita mulai mengumpulkan dan mengubah habit masyarakat untuk tidak membuang minyak sembarang, tapi disetorkan ke kita untuk energi yang lebih bersih ke depannya dan diharapkan bisa membantu perbaikan iklim dan perputaran ekonomi," ujar Chitra.

Sejak bergerak 6 bulan lalu, noovoleum telah mengumpulkan kurang lebih 9 ton minyak jelantah. Berbagai kesulitan dan tantangan ditemukan oleh noovoleum dalam melakukan kegiatan tersebut.

"Iya pasti ada (kesulitan) walaupun antusiasnya ada. Walaupun sudah disuguhkan solusinya, kita harapannya bisa mengubah habit itu secara berkala dan efisien. Tapi memang perlu waktu untuk orang membiasakan diri untuk setor minyak jelantah," pungkasnya.




(bba/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads