Analisis BMKG soal Terjangan Puting Beliung di Bandung-Sumedang

Analisis BMKG soal Terjangan Puting Beliung di Bandung-Sumedang

Bima Bagaskara - detikJabar
Rabu, 21 Feb 2024 19:15 WIB
Angin puting beliung di perbatasan Bandung-Sumedang
Angin puting beliung di perbatasan Bandung-Sumedang (Foto: Istimewa)
Bandung -

Angin puting beliung melanda kawasan di perbatasan Bandung dan Sumedang, Rabu (21/2/2024) sore. Video amatir detik-detik terjangan angin puting beliung beredar luas di media sosial.

Dalam video yang beredar, terlihat terjangan angin puting beliung meluluhlantakkan area yang dilintasinya. Dari video itu dinarasikan, angin puting beliung terjadi di kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung dan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menganalisa kejadian angin puting beliung tersebut. Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu menuturkan, terjangan angin puting beliung terjadi sekitar pukul 16.00 WIB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Angin puting beliung mengakibatkan atap rumah warga di Kecamatan Jatinangor berterbangan. Angin puting beliung merobohkan pagar PT. Kahatex, Bandung," ucap Rahayu dalam keterangan tertulisnya.

Dia menyebut, saat terjadinya puting beliung tersebut, kawasan di perbatasan Bandung-Sumedang sedang dilanda hujan dengan intensitas yang masuk ke kategori ekstrim. Menurutnya puting beliung terjadi karena adanya pertumbuhan awan CB yang disertai angin kencang.

ADVERTISEMENT

"Tampak hujan ekstrim dari radar lokasi kejadian. Puting beliung merupakan dampak ikatan pertumbuhan awan CB dan berlanjut hujan lebat disertai angin kencang tiba-tiba dengan durasi singkat dan skala lokal," jelasnya.

Truk bergulingan di kawasan industri yang terletak di Jalan Raya Bandung-GarutTruk bergulingan di kawasan industri yang terletak di Jalan Raya Bandung-Garut Foto: Istimewa

Lebih lanjut, dari hasil analisa cuaca sementara, BMKG menyebut jika suhu air laut di sekitar wilayah Indonesia relatif hangat. Hal ini mendukung penambahan suplai uap air ke wilayah Indonesia, termasuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Hal ini selaras dengan kelembapan udara di lapisan 850-500 Mb yang relatif basah yakni antara 45-95%.

Selain itu, terpantau juga adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat Pulau Sumatera yang mengakibatkan terbentuknya area netral poin dengan area pertemuan dan perlambatan angin (konvergensi) serta belokan angin (shearline) berada di sekitar wilayah Jawa Barat.

Kondisi ini menurutnya mampu meningkatkan pertumbuhan awan disekitar wilayah konvergensi dan belokan angin tersebut.

"Indeks labilitas berada pada kategori labil sedang hingga tinggi di sebagian wilayah Jawa Barat berpotensi meningkatkan aktivitas pertumbuhan awan konvektif pada skala lokal," ujar Rahayu.

Masih kata Rahayu, BMKG telah membuat peringatan dini cuaca ekstrim di Jabar per tanggal 21 Februari 2024 mulai pukul 11.30 hingga 16.40 WIB sebanyak 4 kali. "Untuk wilayah terdampak kejadian cuaca ekstrim bencana hidrometeorologi masih kami pantau hingga saat ini," pungkasnya.

(bba/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads