Suasana tak karuan saat ini sedang dialami mantan personel Kerispatih, Badai. Pianis dengan nama lengkap Doasibadai ini curhat setelah suara pencalonannya di DPR RI tiba-tiba menghilang dalam data yang ditayangkan di laman Info Pemilu 2024.
Bagi yang belum banyak mengetahui, Badai pada Pemilu 2024 maju sebagai caleg DPR RI dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Badai bersaing di daerah pemilihan (Dapil) Jawa Barat VI yang meliputi Kota Depok serta Kabupaten dan Kota Bekasi.
Curhatan Badai pun kemudian ia tuangkan dalam akun Instagram pribadinya. Badai mempertanyakan suaranya yang tiba-tiba menghilang hingga lebih dari 3 ribuan. Suara Badai dalam real count sementara KPU, tadinya ia catat mencapai 4.773. Tapi kini, suara itu mendadak turun menjadi 1.120.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada tanggal 17 Februari 2024 tepatnya jam 14.56 WIB, suara saya telah tercatat mencapai 4.773 dan telah diberitakan juga oleh @detikjabar. Lalu saat 19.30 WIB, suara saya telah mencapai 4.825 suara," kata Badai dalam penggalan unggahannya sebagaimana dilihat detikJabar, Rabu (21/2/2024).
"Namun secara tiba-tiba di tanggal 20 Februari 2024 jam 8 pagi, suara saya hilang secara drastis hampir 3.000 lebih dan menyusut hingga 1.075 suara. Kemudian berlangsung terus hingga mencapai 1.027, lalu 1.112 dan sekarang 1.120. Ini menunjukkan keanehan dengan kehilangan suara hampir 3.750 suara," ungkapnya menambahkan.
Sekarang, Badai bersama timnya mengaku sedang mengecek masalah tersebut. Badai menyesalkan kondisi yang dialaminya itu jika memang terjadi akibat dugaan adanya pencurian suara.
"Jika ini memang terjadi dikarenakan sistem, saya yakin ini dapat diperbaiki dan suara yang hilang akan kembali. Namun jika ini terjadi dikarenakan 'sebuah hal' maka saya mempertanyakan sejauh apa keberlangsungan pemilu ini," katanya.
"Saya dan tim masih akan terus cek dan mengawal formulir C1 agar semua dapat di sinkronisasi dengan benar. Sebagai salah satu kontestan legislatif yang meramaikan pesta demokrasi ini, berharap ada solusi dari @kpu_ri @bawasluri @psi_id," tutup Badai dalam unggahannya.
detikJabar mendapat konfirmasi langsung dari Badai. Saat dihubungi, Badai menduga ada 2 hal yang terjadi dalam proses penghitungan suara tersebut. Hal pertama yaitu memang karena adanya kesalahan sistem, dan hal kedua adalah Badai menduga suaranya sengaja dicuri oknum tertentu.
"Kalau karena gangguan sistem, memang rata-rata ada caleg yang mengalami itu. Tapi kalau di saya, ini sangat cepat suaranya berkurang. Terus kalau memang ada sesuatu di lain hal, katakanlah suara saya dicuri, saya enggak tahu siapa yang melakukan. Tapi kalau ini diduga ada pencurian suara, saya mau bertanya, ini keamanan pengawalannya seperti apa," ungkapnya.
"Karena terus terang, dari pihak saya mengawal terus ini (penghitungan suara). Saya mengirim saksi ke kecamatan. Secara logis, kok bisa dalam waktu sekejap suara saya hilang 3 ribu, itu kan di luar akal sehat," katanya menambahkan.
Badai juga ikut mengomentari mengenai masalah proses penghitungan suara melalui sistem Sirekap KPU. Menurut Badai, dengan metode apapun, seharusnya penghitungan suara itu tidak jauh berbeda karena sumber rujukannya adalah hasil rekapitulasi di setiap TPS.
"Pedoman kita kan di Sirekap itu. Terus kata beberapa orang Sirekap ini enggak bisa jadi pedoman, lalu kita berpedoman kepada siapa? Kalau berpedoman ke saksi, sama aja kan hasilnya begitu. Jadi kalau menurut saya, harus diperbaiki bagaimana cara penghitungannya dari TPS-TPS ini, sehingga menghasilkan suara yang bener," ujarnya.
Badai pun menyayangkan mengalami kehilangan suara dalam kontestasi Pileg 2024. Sebab menurutnya, suara rakyat yang telah memilihnya malah jadi sia-sia. "Kita sebagai caleg punya effort luar biasa untuk memperjuangkan di kontestasi pemilu. Sayang banget kalau terjadi ketimpangan di lapangan," ucapnya.
"Jadi saya ingin mempertanyakan aja, kalau memang ini sistem, jaminannya apa suara kita yang hilang itu bisa kembali. Karena kan itu orang memberi suara ke kita. Kalau suara itu hilang begitu saja karena kerusakan sistem, jaminannya apa saya bisa dapetin suara saya lagi," katanya.
"Kalau ada dugaan ini sebuah kecurangan, atau pencurian suara, ini kan harus ada solusi. Apa yg dilakukan oleh partai, Bawaslu, KPU. Jadi selain men-share keadaannya, banyak temen caleg yang mengalami hal yang sama, kehilangan suara dan suaranya naik turun," tuturnya.
Keluhan Badai ini lalu direspons KPU Jabar. Komisioner KPU Jabar Hedi Ardia menjelaskan, suara yang tertera dalam laman Info Pemilu 2024 tidak bisa dijadikan rujukan utama. Data di model C1 plano lah kata Hedi, yang bakal menjadi sumber untuk menentukan raihan suara dari para peserta Pileg 2024.
"Kalau info pemilu, itu berdasarkan Sirekap. Sirekap ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi. Misalkan, itu ada ketidaksesuaian antara C-plano dengan pengisian C-salinan, atau ketika sirekap salah membaca angka yg ada di C-plano. Maka dikoreksi, ketika dikoreksi, maka misalkan berkurang. Jadi sumber rujukan utamanya di (hasil rekapitulasi) C-plano di TPS," katanya saat dihubungi detikJabar.
Menutup penjelasannya, Hedi mengatakan masyarakat harus tetap berpedoman dengan hasil rekapitulasi melalui C-Plano yang saat ini sedang diproses KPU. Sementara, mengenai hasil suara yang dimuat dalam laman Info Pemilu misalnya, Hedi mengatakan bahwa itu hanya sebagai alat bantu saja untuk menghitung jumlah suara peserta Pemilu 2024.
"Masyarakat harus tetap berpedoman pada hasil rekap yang dilakukan KPU secara manual. Kalau Sirekap hari itu kami publikasikan, itu hanya alat bantu aja. Yang utama rekapitulasi secara manual," pungkasnya.