Warga Senegal berunjuk rasa memprotes soal penundaan Pemilu. Pemerintah Senegal pun bereaksi, pemerintah melarang demonstrasi penolakan penundaan Pemilu dan memblokir akses internet.
Mengutip dari detikNews, AFP melaporkan Rabu (14/2/2024), sebanyak tiga orang tewas saat aksi protes sejak Presiden Senegal Macky Saal membatalkan pemungutan suara pada 25 Februari 2024. Hal ini membuat Senegal mengalami krisis terburuk dalam beberapa dekade.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan sangat penting bagi seluruh warga Senegal untuk memiliki hak untuk menunjukkan rasa hormat secara damai. "Diselesaikan melalui cara-cara konstitusional," kata juru bicara Guterres, Stephane Dujarric.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prancis mendesak Senegal menanggapi aksi protes tersebut secara 'proporsional' dan menegaskan kembali agar pemilihan presiden diadakan sesegera mungkin.
Pihak berwenang menolak memberikan izin kepada demonstrasi oposisi dalam beberapa tahun terakhir. Unjuk rasa yang tak mendapatkan izin sering kali menjadi bentrokan yang diwarnai kekerasan.
"Pihak berwenang Senegal terus menunjukkan ketidakpedulian terhadap perbedaan pendapat secara damai," kata Direktur Regional Amnesty International untuk Afrika Barat dan Tengah, Samira Daoud.
"Pihak berwenang harus segera, menyeluruh, independen, tidak memihak, transparan dan efektif menyelidiki penggunaan kekerasan yang mematikan terhadap pengunjuk rasa," tambahnya.
Artikel ini telah tayang di detikNews Senegal Blokir Internet dan Larang Unjuk Rasa Tolak Penundaan Pemilu.
(isa/sud)