Seribu perempuan itu berkumpul di Pantai Madasari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran. Ribuan penari itu merupakan para relawan Ganjar-Mahfud dari Kuningan, Ciamis dan Pangandaran.
Gerakan bertajuk tari kolosal Rakyat Membatik ini dilakukan disamping pesisir Pantai Madasari. Mereka melakukan tari kolosal dengan dipandu satu penari.
Deputi Inklusi TPN Ganjar-Mahfud Jaleswari Pramodawardani mengatakan, bentuk dukungan dari kalangan perempuan ini dilakukan dengan aksi tari kolosal di pesisir pantai.
"Artinya kami memberikan contoh bahwa gerakan tari itu penuh makna, tidak sekedar joged aja, tetapi ada arti dari setiap gerak tubuhnya," kata Jaleswari kepada detikJabar, Jumat (2/2/2024).
Menurtnya, menari merupakan gerak tubuh yang mencitrakan ciri perempuan anggun dan cantik. "Bahwa kami tidak hanya berdiam diri, perempuan berhak bergerak dengan bebas dan juga bagian dari simbol persatuan," ucapnya.
Ia mengatakan, tari kolosal ini bentuk gotong-royong, semacam ajakan, karena politik tidak semuanya kotor. "Jadi nilai-nilai budaya dalam gerak tari, harmoni dan ekspresi menunjukan bagimana perempuan menarasikan tentang persatuan," katanya.
Selain itu, kata dia, dalam konteks politik hari ini harus didasari dengan nilai-nilai budaya. "Politik bisa dilakukan untuk kebaikan semua orang," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Tokoh Perempuan Pangandaran Ida Nurlaela Wiradinata menyambut baik gerakan tari kolosal yang digelar TPN Ganjar-Mahfud di Pangandaran.
"Tentu ini menjadi ciri bahwa kami perempuan memiliki hak untuk berekspresi dan menunjukan diri bahwa perempuan tidak hidup di dapur saja," kata Ida.
Ia mengatakan, tari tradisional yang tadi digelar dan dilakukan 1.000 perempuan itu merupakan ciri khas, bahwa hidup harus berbudaya. "Karena bernegara juga harus beriringan dengan budaya. Supaya tari tradisional tetap lestari. Bukan hanya soal dukungan kumpulan perempuan kepada Ganjar-Mahfud, tapi makna dalam gerakan tari itu sendiri," ucapnya. (mso/mso)