Di awal tahun 2024, banjir sempat menghantui Kota Bandung. Beberapa titik di Kota Bandung juga kerap jadi 'langganan' banjir cileuncang. Bahkan kawasan Braga sempat diterjang banjir bandang.
Ketua DPRD Kota Bandung Tedy Rusmawan tak mau Pemkot Bandung lengah setelah musibah tersebut teratasi. DPRD melakukan pengawasan dan menerima aspirasi masyarakat agar Kota Bandung tak terkepung air saat musim hujan.
"Jadi terkait penanganan banjir di Kota Bandung, tentu kami mengapresiasi apa yang DSDABM buat, ada beberapa danau-danau retensi kemudian juga Mapag Hujan. Namun ada hal yang menjadi perhatian warga, yaitu Sungai Cikapundung yang meluap gitu ya. Nah ini ikhtiar DPRD kota Bandung mendorong meminta Pemkot untuk menganalisa kembali, mencari akar permasalahannya," katanya dalam Podcast DPRD Mendengar, seperti dilihat pada Sabtu (27/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tedy yang sempat berkunjung langsung ke lokasi tepat sehari setelah kejadian, menceritakan bagaimana ia melihat lumpur menggenang di kawasan Gang Apandi. Ia melihat memang secara kasat mata, penyebabnya adalah tingginya debit air kiriman dari wilayah atas, saat hujan deras terjadi.
Selain itu, ia pun mencermati titik-titik banjir cileuncang yang sering dikomentari oleh warga Bandung. Dalam kesempatan tersebut, ia sampaikan langsung pada Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM).
"Memang juga di lapangan terjadi genangan-genangan yang cukup signifikan gitu ya, dari mulai Pasir Koja, Kopo, Muhammad Toha, Samsat yang Jalan Ibrahim Adjie yang kalau kita dari Bypass arah Timur perempatan Samsat ke kanan itu, kurang lebih ada 100 meter di situ. Kalau hujan cukup besar genangannya juga signifikan gitu, lumayan. Sampai dengan ke Gedebage kita sudah push sebetulnya, namun ini berkaitan dengan kewenangan pusat," ucapnya.
Selain itu, Tedy pun sudah mendengar adanya kabar bahwa terdapat oknum-oknum yang sengaja menyumbat titik-titik drainase di pinggir jalan. Hal ini juga yang menjadi salah satu faktor banjir cileuncang di beberapa titik Kota Bandung seolah tak kunjung teratasi.
Ia pun menyayangkan hal tersebut dan berharap Pemkot Bandung bisa memberikan teguran yang lebih tegas pada oknum-oknum tersebut.
"Tidak boleh ada pembiaran seperti itu ya, jadi berikan shock therapy atau bahkan ya kalau memang perlu dilaporkan. Laporkan saja ke polisi, karena memang sangat merugikan dan sangat mengganggu gitu kan untuk warga gitu," tegasnya.
Respons Kepala Dinas Terkait
Dalam acara tersebut, Kepala DSDABM Didi Ruswandi pun menanggapi langsung aspirasi dari Ketua DPRD Kota Bandung. Ia menjelaskan bahwa dalam laporannya, di awal pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), Kota Bandung memiliki 25-30 titik cileuncang. Saat ini, Didi mengklaim hanya tinggal 7-8 titik saat terjadi hujan besar.
"Seperti di Citarip, Pasir Koja, Cibaduyut, Leuwipanjang, Pasar Induk Gedebage, perempatan Jalan Rumah Sakit, di sekitar itulah yang seringkali menjadi viral," ucapnya.
"Termasuk salah satunya di Jalan Rumah Sakit itu, memang ada laporan seperti itu (dugaan penyumbatan disengaja), kemarin teman-teman memvideokan, saya posting eh ramai. Tapi sebetulnya itu sudah lama terjadi, mungkin mencari kesempatan dalam kesempitan. Tapi memang bukan itu penyebab utamanya banjir gitu ya, tapi mengganggu juga," lanjutnya.
Ia pun mengatakan beragam upaya terus dilakukan meskipun bertahap. Salah satunya efek keberadaan kolam retensi yang memang membutuhkan lahan dan anggaran yang cukup banyak. Sehingga dalam pembangunannya pun dilakukan bertahap secara swakelola.
"Iya ini sebenarnya yang yang ingin saya sampaikan kepada masyarakat. Begitu ada kolam retensi, terjadi banjir, menganggap bahwa itu tidak efektif. Efektivitas dengan kapasitas itu dua hal berbeda. Ibarat tiga cangkir ini berasal dari satu botol, ketika kita isi ke satu cangkir, masih ada sisa. Nah seperti itu kita bangun kolam retensi dengan kapasitas kecil. Sebenarnya masih ada sisa genangan gitu, jadi kalau kurang berarti perlu diperbesar lagi," ujar Didi.
Didi mengatakan, setiap kolam retensi memang diperlukan pompa untuk memberi ruang jika hujan kembali terjadi. Saat ini, Kota Bandung sudah memiliki 15 rumah pompa dan akan terus dibangun oleh Pemkot Bandung. Hal ini sebagai wujud menyelenggarakan aspirasi yang disampaikan DPRD Kota Bandung.
"Memang menurut saya yang paling bagus itu justru dengan sumur imbuhan dalam, kalau diresapkan kita juga membantu banjir di hilirnya gitu. Tapi pompa di 2024 akan ada penambahan lagi. Sekarang lelang sudah beres yang Cibeureum, Margahayu, Dian Permai, dan Bandung Inten," katanya.
(aau/mso)