Akun media sosial (medsos) pemerintah beberapa kali membuat heboh jagat maya dengan memposting atau menyampaikan kalimat yang dianggap tidak pantas, seperti terkait pornografi hingga konteks tentang pemilihan umum (Pemilu).
Karena itu, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Barat mulai mewanti-wanti para admin medsos di lingkungan Pemprov Jabar untuk tidak 'berulah', khususnya jelang Pemilu 2024 yang tinggal menghitung hari lagi.
Kepala Diskominfo Jabar Ika Mardiah menyampaikan, para admin medsos yang memegang akun OPD di Jabar telah dibekali pengetahuan tentang cara menyampaikan dan memberikan informasi yang baik.
"Tentunya kami melatih juga teman-teman admin medsos ini agar selalu menjaga (postingannya), tentunya akunnya (juga)," kata Ika usai membuka diskusi tentang Perang Siber di Media Sosial Jelang Pemilu 2024 di Kampus Pascasarjana Unisba, Kamis (25/1/2024).
Ika mengungkapkan, salah satu pembekalan yang diberikan untuk admin medsos di Jabar adalah tentang netralitas ASN yang menurutnya menjadi hal mutlak dan harus ditegakkan.
Dia menuturkan, admin medsos diwanti-wanti untuk tidak memposting atau menulis pernyataan yang berkaitan dengan Pemilu, dalam hal ini soal dukungan terhadap salah satu peserta Pemilu.
"Kalau soal netralitas itu sudah pasti. Pak Pj Gubernur juga sudah sejak awal menyampaikan, kita harus netral makanya ada deklarasi Jabar Anteng, ada kegiatan juga dari Kementerian Kominfo untuk ASN agar netral," ujarnya.
"Pembekalan juga ada, kalau ada kata-kata yang misalkan kurang bagus atau apa, biasanya kami yang mengingatkan, misalkan itu take down dulu lah, itu enggak bagus di situasi sekarang, kayak gitu," lanjutnya.
Lebih lanjut, Ika menambahkan, Diskominfo saat ini juga tengah berupaya meningkatkan literasi digital kepada masyarakat terkait maraknya perang siber di medsos jelang Pemilu 2024.
Ika menegaskan, masyarakat harus cerdas menanggapi berbagai postingan hingga statemen yang memancing dan menimbulkan perpecahan. Karena itu dia meminta masyarakat Jabar agar lebih bijak dalam menggunakan media sosial.
"Menghadapi, katakan lah saling serang di media sosial termasuk juga upaya-upaya mendiskreditkan atau menyerang lawan, agar tentunya warga kita menjadi tenang menghadapi pemilu, melakukan pemilihan secara bijak dan cerdas," ujarnya.
"(Diminta) tidak terpengaruh lah dengan apa yang terjadi, yang tadi disebut perang di medsos," pungkasnya.
(bba/iqk)