Telusur Saksi Bisu Peninggalan Kolonial Belanda di Cimahi

Halo-halo

Telusur Saksi Bisu Peninggalan Kolonial Belanda di Cimahi

Diva Ega - detikJabar
Senin, 22 Jan 2024 08:30 WIB
Jejak peninggalan bangunan bersejarah di Kota Cimahi
Kota Cimahi (Foto: Diva Ega)
Cimahi -

**Tulisan ini merupakan kiriman dari Diva Ega, Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Bangunan-bangunan tua yang umurnya sudah ratusan tahun masih berdiri dengan kokoh dan menjadi saksi sejarah di Kota Cimahi, Jawa Barat. Sebelumnya, Cimahi pernah menjadi bagian dari Kabupaten Bandung.

Di daerah yang dijuluki Kota Militer ini banyak tersimpan peninggalan sejarah pada era kolonial Hindia Belanda, yang sampai saat ini masih berdiri kokoh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bangunan bersejarah sering kali memiliki nilai arsitektur yang unik. Bangunan bersejarah yang masih ada pun sering kali menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Bangunan-bangunan ini menambah keunikan dan pesona kota Cimahi, sekaligus menjadi bukti fisik dari sejarah Panjang. Bangunan bersejarah di Cimahi antara lain:

ADVERTISEMENT

Abattoir Tjimahi

Jejak peninggalan bangunan bersejarah di Kota CimahiAbbatoir Tjimahi Foto: Diva Ega

Abattoir Tjimahi adalah bekas rumah pemotongan hewan (RPH) yang terletak di Cimahi, Jawa Barat yang mulai dibangun pada tahun 1913.
Bangunan ini merupakan peninggalan Belanda dan memiliki sejarah yang panjang. Abattoir Tjimahi dibangun pada zaman penjajahan Belanda sebagai bagian dari pasokan daging sapi untuk tentara kolonial mereka.

Abattoir Tjimahi memiliki usia yang hampir mencapai 101 tahun. Sayangnya, saat ini bangunan ini terbengkalai dan kondisinya memprihatinkan.

Meskipun terbengkalai, Abattoir Tjimahi tetap menjadi bagian dari sejarah Cimahi. Bangunan ini menjadi saksi bisu dari masa penjajahan Belanda dan merupakan salah satu peninggalan kolonial yang masih ada hingga saat ini. Meskipun tidak dapat dikunjungi secara resmi, keberadaan Abattoir Tjimahi dapat memberikan gambaran tentang sejarah dan perkembangan kota Cimahi.

Bangunan Abattoir Tjimahi dianggap sebagai bagian dari warisan budaya di Cimahi karena memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang khas. Meskipun saat ini bangunan tersebut dalam kondisi terbengkalai, namun keberadaannya masih menjadi saksi perjuangan dan masa lalu kota Cimahi.

Abattoir Tjimahi diangap sebagai bagian dari warisan budaya karena memiliki nilai sejarah. Bangunan ini menjadi bagian infrastruktur kolonial, memenuhi kebutuhan pangan bagi para tantara Belanda. Keberadaannya menerminkan sejarah perkembangan kota Cimahi dan perang penting dalam masa penjajahan.

Bangunan Abattoir Tjimahi mmiliki gaya arsitektur kolonial Belanda yang klasik. Meskipun saat ini bangunan tersebut dalam kondisi terbengkalai. Ornamen-ornamen yang ada di bangunan tersebut masih mencerminkan keindahan dan keunikan arsitektur zaman dahulu.

Abattoir Tjimahi menjadi bagian dari identitas local dan sejarah kota Cimahi. Meskipun telah mengalami penurunan fungsi dan kondisi, namun bangunan ini masih memiliki arti penting bagi masyarakat setempat. Keberadaannya menjadi pengingat akan masa lalu dan warisan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan.

Rumah Sakit Dustira

Jejak peninggalan bangunan bersejarah di Kota CimahiRS Dustira Foto: Diva Ega

Terletak di Jalan Rumah Sakit No.1, Cimahi, Jawa Barat. Rumah sakit ini berdiri sejak 1887. Rumah sakit ini digunakan untuk merawat tawanan tantara Belanda dan juga tantara Jepang.

Dahulu, rumah sakit ini Bernama Milifaire Hospital, lalu pada tahun 1956 berganti nama menjadi Rumah Sakit Dustira. Nama Dustira diambil dari nama salah seorang dokter, Mayordr.Dustira Prawiraamidjaja, yang memiliki jasa besar dalam pengobatan di rumah sakit ini.

Rumah Sakit Dustira memiliki fasilitas dan pelayanan medis yang lengkap. Rumah sakit ini dilengkapi dengan berbagai unit pelayanan, seperti unit gawat darurat, unit rawat inap, unit bedah, unit radiologi, dan lain-lain. Selain itu, rumah sakit ini juga memiliki tenaga medis dan paramedis yang terlatih dan berpengalaman untuk memberikan perawatan yang berkualitas kepada pasien. Selain menjadi pusat pelayanan medis, Rumah Sakit Dustira juga menjadi pusat pendidikan dan penelitian.

Rumah sakit ini bekerja sama dengan berbagai institusi pendidikan dan lembaga penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Rumah Sakit Dustira telah berperan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Cimahi dan sekitarnya selama bertahun-tahun. Dengan fasilitas dan tenaga medis yang berkualitas, rumah sakit ini terus berupaya memberikan layanan yang terbaik bagi pasien dan mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

Gereja Santo Ignatius

Jejak peninggalan bangunan bersejarah di Kota CimahiGereja Santo Ignatius Foto: Diva Ega

Gereja Santo Ignatius Cimahi dibangun pada tahun 1905. Pada tanggal 20 Desember 1908, gedung gereja dengan ukuran 18x6 meter tanpa kupel (menara) selesai dibangun dan diberkati. Gereja ini diberi nama Santo Ignatius Loyola, yang merupakan seorang mantan perwira tentara Spanyol yang menjadi imam dan pendiri Ordo Serikat Yesus.

Gereja Santo Ignatius Cimahi adalah sebuah gereja Katolik yang terletak di Kota Cimahi, Jawa Barat, Indonesia. Gereja ini didedikasikan untuk Santo Ignatius Loyola, pendiri Ordo Yesuit. Gereja Santo Ignatius Cimahi memiliki sejarah yang panjang.
Pembangunan gereja ini dimulai pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1911. Gereja ini memiliki arsitektur yang unik dan khas, dengan gaya arsitektur kolonial Eropa.

Gereja Santo Ignatius Cimahi menjadi pusat kegiatan keagamaan bagi umat Katolik di kawasan Cimahi. Gereja ini menyelenggarakan misa dan sakramen-sakramen Gereja Katolik lainnya, seperti pembaptisan, pernikahan, dan Ekaristi. Selain kegiatan keagamaan, Gereja Santo
Ignatius Cimahi juga aktif dalam kegiatan sosial dan pengembangan komunitas. Gereja ini memiliki berbagai komunitas dan organisasi yang bertujuan untuk melayani dan membantu masyarakat sekitar.

Selain sebagai tempat ibadah, Gereja Santo Ignatius Cimahi juga menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi umat Katolik di sekitar Cimahi.

Gereja ini sering menjadi tempat perayaan misa, pernikahan, dan acara keagamaan lainnya. Gereja Santo Ignatius Cimahi juga memiliki komunitas yang aktif, termasuk kelompok pemuda, kelompok doa, dan kelompok sosial. Gereja ini menjadi tempat bagi umat Katolik untuk memperkuat iman, beribadah, dan berbagi kasih sesama.

Stasiun Cimahi

Jejak peninggalan bangunan bersejarah di Kota CimahiStasiun Cimahi Foto: Diva Ega

Stasiun ini dibuka pada tanggal 15 Mei 1884 sebagai bagian dari pembukaan jalur kereta api Bandung-Cianjur. Stasiun Cimahi (CMI) adalah sebuah stasiun kereta api kelas II yang terletak di Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat.

Stasiun ini termasuk dalam Daerah Operasi II Bandung dengan jarak sekitar 160,7 km arah tenggara dari Jakarta Gambir. Stasiun Cimahi berada pada ketinggian sekitar +723 meter di atas permukaan laut. Stasiun ini dibangun oleh Staatsspoorwegen, perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda. Stasiun ini memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus. Bangunan stasiun ini masih asli dan cukup terawat.

Stasiun Cimahi memiliki arsitektur yang khas dengan gaya kolonial Belanda. Bangunannya terbuat dari batu bata dan memiliki ornamen-ornamen yang menambah keindahan bangunan tersebut. Stasiun ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti tiket, ruang tunggu, toilet, dan area parkir.

Stasiun Cimahi menjadi salah satu akses penting bagi masyarakat Cimahi dan sekitarnya untuk melakukan perjalanan dengan kereta api. Stasiun ini juga menjadi titik pemberhentian bagi berbagai jenis kereta api, termasuk kereta api lokal, ekonomi, bisnis, dan eksekutif.

Stasiun Cimahi juga memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia, terutama pada masa penjajahan Jepang dan revolusi kemerdekaan. Stasiun ini pernah menjadi tempat penampungan tawanan perang selama penjajahan Jepang. Selain itu, stasiun ini juga menjadi saksi bisu pertempuran antara tentara Indonesia dan Belanda selama agresi militer Belanda.

Sekarang, stasiun ini melayani perjalanan kereta api lokal dan jarak jauh. Stasiun ini menjadi salah satu pilihan utama bagi masyarakat Cimahi dan sekitarnya untuk bepergian menggunakan kereta api.

Pos Penjagaan Loji

Jejak peninggalan bangunan bersejarah di Kota CimahiPos penjagaan Loji Foto: Diva Ega

Loji atau Pos Penjagaan dibangun pada tahun 1811, bersamaan dengan pembangunan Jalan Anyer - Panarukan oleh Gubernur Jendral Herman Willem Daendels. Pada waktu pembangunan Jalan Raya Pos dari Anyer itu sudah mencapai wilayah Bandung, pemerintah kolonial memutuskan untuk membangun sebuah pos penjagaan (semacam loji) di Cimahi, letaknya persisnya di sekitar Alun-alun Cimahi sekarang.

Pos Penjagaan Loji adalah salah satu bangunan bersejarah yang terletak di Cimahi. Bangunan ini dibangun pada masa penjajahan Belanda di Indonesia dan digunakan sebagai pos penjagaan atau pos pemeriksaan. Pos Penjagaan Loji berada di Jalan Kolonel Masturi, Cimahi Utara, Cimahi. Bangunan ini memiliki arsitektur khas era kolonial dengan bentuk yang sederhana namun kokoh.

Pos Penjagaan Loji memiliki peran penting dalam sejarah Cimahi dan Indonesia pada umumnya. Selama masa penjajahan Belanda, pos ini digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan lalu lintas orang dan barang. Selain itu, pos ini juga digunakan sebagai tempat penampungan dan interogasi bagi mereka yang dicurigai sebagai pemberontak atau musuh pemerintah kolonial.

Saat ini, Pos Penjagaan Loji telah menjadi salah satu situs bersejarah yang dilindungi oleh pemerintah. Meskipun tidak lagi digunakan untuk kegiatan militer atau kepolisian, bangunan ini tetap dipelihara dan dijaga kelestariannya sebagai bagian dari warisan sejarah Cimahi dan Indonesia.

Bangunan Pos Penjagaan Loji Cimahi memiliki arsitektur yang khas dengan gaya kolonial Belanda. Bangunan ini terbuat dari batu bata dan memiliki ornamen-ornamen yang menambah keindahan dan keunikan arsitekturnya. Meskipun saat ini bangunan tersebut mungkin telah mengalami penurunan fungsi dan kondisi, namun keberadaannya masih menjadi saksi sejarah dan identitas lokal.

Pos Penjagaan Loji Cimahi menjadi bagian dari kompleks Loji Cimahi yang memiliki nilai sejarah yang penting. Loji Cimahi pada masa penjajahan Belanda merupakan pusat kegiatan militer dan administratif yang strategis. Keberadaan bangunan ini mencerminkan peran pentingnya dalam sejarah perkembangan kota Cimahi.

Sebagai bagian dari warisan budaya, penting untuk menjaga dan melestarikan Pos Penjagaan Loji Cimahi agar nilai sejarah dan keunikan arsitekturnya tetap terjaga. Upaya pelestarian dan pengenalan nilai-nilai sejarah kepada masyarakat sangat penting agar bangunan ini bisa terus dihargai dan dipelihara.

Pandangan Menurut Penggiat Bangunan Bersejarah

Menurut Tasya, salah satu penggiat bangunan bersejarah di Cimahi mengatakan bahwa "Bangunan bersejarah yang masih ada sangat positif karena itu merupakan sebuah bukti dan saksi bisu dari masa lalu dan tentunya mengingatkan kita tentang peristiwa dan periode tertntu dalam Sejarah. Selain itu juga menjadi identitas dan warisan budaya, mencerminkan warisan budaya dan Sejarah suatu komunitas, dan menjadi simbol kebanggaan bagi masyarakat setempat." ujarnya.

Untuk beberapa bangunan yang terbengkalai pun dilakukan upaya untuk menjaga keutuhan dari bangunan tersebut. Menurutnya "Restorasi dan rehabilitasi diperlukan untuk mengembalikan bangunan bersejarah ke kondisi aslinya. Pemeliharaan rutin sangat penting

untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada bangunan bersejarah. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk menjaga, melindungi, dan menghargai warisan budaya yang terkandung dalam bangunan bersejarah." ujar Tasya.

Implikasi

Bangunan bersejarah adalah saksi bisu sejarah dan peradaban suatu bangsa. Mereka menceritakan kisah masa lalu dan memberikan wawasan tentang budaya, tradisi, dan nilai-nilai yang dihargai oleh masyarakat pada waktu itu. Mereka juga berfungsi sebagai simbol identitas nasional dan kebanggaan lokal.

Bangunan bersejarah seringkali menjadi daya tarik wisata yang besar, yang berkontribusi pada perekonomian lokal melalui pariwisata. Mereka juga dapat meningkatkan nilai properti di sekitarnya. Bangunan bersejarah dapat berfungsi sebagai pusat komunitas, tempat orang berkumpul untuk acara-acara khusus atau hanya untuk menikmati keindahan arsitektur. Mereka juga dapat memberikan rasa kebersamaan dan kontinuitas, menghubungkan generasi saat ini dengan masa lalu.

Lokasi

Adapun lokasi serta penjelasan singkat mengenai bangunan-bangunan bersejarah tersebut

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads