Heboh Emosi Petani Minta Crosser Ganti Rugi Usai Libas Kebun Pisang

Round-up

Heboh Emosi Petani Minta Crosser Ganti Rugi Usai Libas Kebun Pisang

Tim detikJabar - detikJabar
Sabtu, 13 Jan 2024 09:00 WIB
Petani yang mencak-mencak kepada pemotor yang lintasi perkebunan pisang di Bandung Barat
Petani yang mencak-mencak kepada pemotor yang lintasi perkebunan pisang di Bandung Barat (Foto: Istimewa)
Bandung -

Narasi luapan kemarahan petani ke sejumlah crosser yang melintas perkebunan pisang di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat viral di media sosial.

Pria yang disebut sebagai pemilik lahan itu terlihat emosi dan meminta ganti rugi kepada crosser yang dianggap merusak tanaman pisang di lahannya.

Belakangan diketahui event tersebut digelar di daerah pegunungan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) pada 7 Januari 2024 lalu. Sementara video tersebut awalnya diunggah akun Tiktok Jery Anaska dan di kanal YouTubenys, Jery22, lalu diunggah ulang oleh akun instagram dan media sosial lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat dikonfirmasi, Jeryanudin, pemilik akun Tiktok Jery Anaska menjelaskan duduk perkara video yang viral tersebut. Berawal saat ia dan rombongan melintas jalur yang sudah ditentukan panitia penyelenggara

"Nah yang viral di Tiktok saya itu kita nggak tahu siapa. Pemilik kebunnya (yang asli) ternyata welcome, malah bantu dorong dan tarik motor (peserta). Jadi senang, nggak ngerasa dirugikan," kata Jeryanudin saat dihubungi, Jumat (12/1/2024).

ADVERTISEMENT

Untuk itu, ia dan peserta lainnya yang bersinggungan dengan pria tersebut mengaku agak curiga jika yang bersangkutan bukan pemilik lahan melainkan oknum yang mengambil kesempatan.

"Makanya kita agak curiga yang minta uang itu siapa? apakah oknum yang mengada-ada atau bagaimana? Atau memang bener pemilik lahan lainnya," ujar Jeryanudin.

Diminta Rp 150 ribu

Saat itu, ia diminta uang sebesar Rp150 ribu untuk penggantian kerusakan akibat dilintasi motor trail. Namun ia tak mengetahui apakah uang itu diminta juga ke peserta lainnya atau pada dirinya saja.

"Mintanya orang itu Rp150 ribu, saya nggak tahu per koli itu Rp15 ribu atau berapa. Karena yang nabrak kan bukan saya, yang lewat situ itu banyak banget. Kebayang kalau peserta lewat situ, diminta segitu. Saya nggak tahu itu buat per orang atau berapa," ujar Jeryanudin.

Menurutnya, dalam setiap event trail resmi yang diikutinya biasanya sudah ada perjanjian antara penyelenggara dengan warga dan pemilik lahan yang dilintasi kendaraan peserta trail.

"Namanya event seperti itu pasti ada ganti rugi dari panitia, semua event seperti itu. Pasti koordinasi sebelum dilaksanakan, tapi memang nggak semua tersampaikan ke warga karena jalur itu panjang banget. Cuma kan pasti sudah koordinasi dengan kades dan camat sebagai informasi kalau ada apa-apa nanti jangan kaget," tutur Jeryanudin.

Tak Jadi Masalah

Namun menurutnya, tak jadi masalah jika memang saat pelaksanaan ada warga atau siapapun yang akhirnya meminta uang. Biasanya, ia juga mengalami hal itu seperti saat diminta uang Rp5 ribu untuk melintasi titik tertentu.

"Sebetulnya sih nggak masalah juga minta uang, wajar. Cuma dia marah-marah, kasih citra lain yang kurang baik. Kalau disebut miskomunikasi juga nggak, ya mungkin itu orang-orang yang emosi atau ambil kesempatan," kata Jeryanudin.

Di sisi lain, event motor trail yang diikuti ribuan peserta sebetulnya memberikan dampak positif pada perekonomian warga sekitar yang dilintasi oleh jalur trabas para crosser.

"Justru dengan event ini, jalur yang dilalui sampai rusak tanamannya kan senang mereka (petani dan pemilik lahan). Tanamannya diganti langsung dengan uang. Jadi nggak berupa bibit lagi, kan ini instan, nggak capek tapi hasilnya langsung kerasa," kata Jeryanudin.

"Dengan kegiatan itu kan sebetulnya membantu ekonomi lokal juga. Kebayang 2 ribu lebih peserta, itu kan jajan dan makan di situ, jadi membantu ekonomi warga," imbuhnya.

Penjelasan Panitia

Ketua penyelenggara event trail tersebut, Agus Rustandi mengatakan bahwa permasalahan antara crosser dengan pria diduga pemilik lahan itu sudah diselesaikan hari kemarin.

"Nah yang di video itu, bukan pemilik lahan. Informasi dari pemilik lahan yang sebenarnya, yang ada di video itu dia buruh daun. Jadi kita sudah ketemu dengan pemilik lahan dan orang yang bersangkutannya. Sudah clear semua," kata Agus saat dihubungi, Jumat (12/1/2024).

Agus menyebut berdasarkan keterangan pria tersebut, yang bersangkutan saat itu kaget karena lahan milik majikannya dilintasi crosser. Hingga akhirnya ia meminta uang pengganti pada crosser peserta kegiatan.

"Keterangan yang bersangkutan dia itu kaget dan takut disalahkan sebetulnya, bahasa kitanya mah reuwas (kaget). Kita sounding kan bukan ke pekerja tapi ke pemilik lahan, nah mungkin pekerjanya nggak tahu atau dapat informasi dari pemilik lahannya. Jadi dia juga sudah minta maaf katanya nggak tahu ada kegiatan itu," ujar Agus.

Agus mengatakan ia dan panitia kegiatan lainnya sudah melaksanakan koordinasi dengan pemilik lahan yang lahannya bakal dijadikan sebagai jalur trabas. Kemudian dibuat kesepakatan mengenai nominal penggantian kerugian.

"Intinya kami selalu panitia sebelum kegiatan sudah koordinasi dengan pemilik lahan, termasuk izin ke desa dan kecamatan. Jadi ada kesepakatan antara panitia dengan pemilik lahan, jadi nanti itung-itungannya seperti apa sudah ada aturannya dan kesepakatannya," kata Agus.

Beberapa hari setelah event selesai pun, panitia masih ada yang berada di lokasi kegiatan mengantisipasi ada pemilik lahan yang terlewat mendapatkan uang pengganti kerugian.

"Jadi 3 hari setelah kegiatan kita masih standby di lokasi barangkali ada yang terlewat untuk penggantian. Dan alhamdulillah aman ternyata, nggak akan meleset dari kesepakatan awal," kata Agus.

Kegiatan itu melibatkan dua ribu lebih crosser dari berbagai daerah. Di sela-sela kegiatan, juga diselipkan agenda bakti sosial dan aksi tanam pohon.

"Kegiatan kemarin kita juga mengadakan bakti sosial, penanaman 2000 pohon, pembagian sembako, bantuan berupa cat dan materi ke tempat ibadah yang terlewat selama kegiatan," kata Agus.

(yum/yum)


Hide Ads