Penyakit gatal-gatal dan nyeri lambung mulai diderita para penyintas bencana banjir di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang. Seperti yang dirasakan Teti (43).
Lingkungan tempat tinggal Teti salah satu wilayah yang paling parah terdampak banjir. Rumah milik Teti pun sempat terendam banjir dengan ketinggian sekitar dua meteran.
"Ini kebanyakan main air, jadi gatal-gatal setelah kebanjiran tiap hari main air terus," kata Teti saat diwawancara detikJabar di Posko Kesehatan Bencana Banjir Kantor Desa Karangligar, Kabupaten Karawang, Selasa (9/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekadar diketahui, banjir melanda wilayah tersebut sejak Rabu (3/1/2024). Ribuan jiwa tercatat mengungsi imbas ratusan rumah di Desa Karangligar terendam banjir. Meski kondisi berangsur surut, namun rumah Teti masih terendam. Sehingga terpaksa harus tertahan tinggal di posko pengungsian Kantor Desa Karangligar.
"Iya masih di pengungsian belum bisa pulang, rumah masih terendam air," kata dia.
Teti mengaku, selain gatal-gatal ia juga meriang, dan kerap diderita warga Karangligar setiap banjir melanda wilayah tersebut.
"Selain gatal paling meriang, pusing, tiap banjir juga pasti sama kayak gini, paling meriang, gatal, buang air," imbuhnya.
Sementara itu Kepala Puskesmas Wanakerta Veronica menuturkan, pihaknya mencatat ada ratusan warga termasuk balita dan bayi yang terdampak banjir. Pihaknya melayani perawatan kesehatan bagi warga terdampak banjir.
"Kondisi kesehatan warga yang terdampak banjir tiap hari berbeda, termasuk jumlahnya, ada ratusan warga yang tercatat kami tangani," kata Veronica, kepada detikJabar.
Mayoritas orang dewasa, penyintas bencana banjir mengeluhkan gatal-gatal, dan nyeri lambung, dan beberapa balita dan bayi mengeluhkan batuk pilek. "Kalau orang dewasa itu rata-rata keluhan gatal-gatal karena mungkin terlalu sibuk berkegiatan mengevakuasi barang-barang di air sehingga kondisi tubuh lembab, dan jamur kulit tumbuh. Beberapa juga mengeluhkan nyeri lambung mungkin karena telat makan," ucapnya.
Selain itu, tercatat 162 balita, dan 42 bayi penyintas bencana banjir juga ditangani dengan keluhan batuk pilek selama di posko pengungsian. "Data pertama ada 162 balita yang ditangani mayoritas keluhannya adalah batuk pilek, termasuk ada juga 42 bayi, dan sekarang tinggal 7 bayi yang ditangani dengan keluhan batuk pilek," ungkap Veronica.
Selain itu, kata Veronica, Desa Karangligar termasuk desa yang memiliki angka stunting cukup tinggi, sehingga pihaknya memprioritaskan gizi dan asupan makanan bagi balita penderita stunting yang saat ini terdampak banjir.
"Di Karangligar ini angka stunting juga cukup tinggi, kita punya sistem untuk bisa memantau di manapun mereka mengungsi, dan selama musim banjir tetap ditangani, kita harus memikirkan apa yang tidak terpikirkan. Kita perhatikan asupan gizi nya, makannya karena mereka ini tidak bisa makan sembarang makanan," pungkasnya.
(sud/sud)