2 Desa di Karawang Terendam Banjir, Ratusan Warga Mengungsi

2 Desa di Karawang Terendam Banjir, Ratusan Warga Mengungsi

Irvan Maulana - detikJabar
Jumat, 05 Jan 2024 15:00 WIB
Warga dievakuasi saat banjir merendam 2 desa di Karawang, Jumat (5/1/2024).
Warga dievakuasi saat banjir merendam 2 desa di Karawang, Jumat (5/1/2024). (Foto: Irvan Maulana/detikJabar)
Karawang -

Banjir merendam ratusan rumah warga di Karawang. Sejumlah warga terpaksa mengungsi akibat banjir yang tak kunjung surut.

Banjir sendiri mulai merendam Desa Karangligar dan Desa Mekarmulya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karaawang sejak Rabu (3/1) kemarin. Hingga saat ini, air dari luapan sungai Cibeet dan Citarum itu masih menggenangi dua desa tersebut.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang mencatat ada ratusan rumah di dua desa itu yang terendam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berdasarkan laporan yang tercatat, banjir terjadi sejak hari Rabu (3/1), ada 5 RT yang terdampak di Desa Karangligar, dan Mekarmulya, " ujar Ketua Pelaksana BPBD Karawang Mahpudin, saat diwawancara detikJabar di posko banjir Desa Karangligar, Jumat (5/1/2024).

Selain itu, ribuan jiwa terdampak banjir yang merendam ratusan rumah tersebut. Warga terdampak pun mengungsi ke posko pengungsian yang dibangun di dekat kantor Desa Karangligar.

ADVERTISEMENT

"Hasil pendataan sementara, sebanyak 352 rumah yang dihuni warga terendam, untuk Desa Karangligar sebanyak 997 jiwa terdampak dan Desa Mekarmulya sebanyak 82 jiwa, jadi total1.079 jiwa yang terdampak di 2 desa," kata dia.

Sementara itu berdasarkan pantauan detikJabar di lokasi, ketinggian air mencapai lutut hingga kaki orang dewasa. Diperkirakan ketinggian air mencapai 50 sampai 100 centimeter.

"Sekarang ini masih merendam ratusan rumah, kami juga sudah menyediakan dapur umum, selain dari pada posko pengungsian," imbuhnya.

Mahpudin mengungkap, pihaknya juga masih bersiaga, serta memantau tinggian muka air sungai Cibeet dan Citarum. Dua sungai ini jadi penyebab banjir di dua desa.

"Kita masih siaga, bahkan tinggi muka air tetap dipantau, hal itu dilakukan untuk mengetahui perkembangan kondisi terkini, dan penindakan jika sewaktu-waktu air meninggi," paparnya.

Sementara itu, warga Dusun Pangasinan, Desa Karangligar Nyai Khuraesin (50) mengatakan, keluarganya menjadi yang terkahir mengungsi di lingkungannya. Sebab kini kondisi rumahnya tak lagi dapat ditinggali.

"Kalau banjirnya sudah 3 hari, cuma saya baru mau mengungsi, karena sekarang ini memang sudah gak bisa tinggal," kata Nyai, saat ditemui detikJabar di posko pengungsian.

Dua hari pertama banjir, Nyai tetap memilih tinggal sebab air di rumahnya hanya setinggi mata kaki dan keluarganya masih bisa tidur di sofa rumah. Namun saat ini air sudah merendam setengah tembok rumahnya, atau dengan ketinggian kurang lebih 50 centimeter di atas teras rumah.

"Kemarin masih bisa tidur di sofa, karena cuma semata kaki, sekarang sudah setengah rumah terendam. Jadi memang gak bisa tinggal," pungkasnya.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads