Analisis PVMBG soal Gempa M 4,0 di Bogor dan Sukabumi

Analisis PVMBG soal Gempa M 4,0 di Bogor dan Sukabumi

Bima Bagaskara - detikJabar
Selasa, 26 Des 2023 13:30 WIB
Penampakan rumah-rumah di Kabupaten Bogor yang rusak akibat gempa M 4.6 Sukabumi.
Foto: Penampakan rumah-rumah di Kabupaten Bogor yang rusak akibat gempa M 4.6 Sukabumi. (dok. BPBD Kabupaten Bogor)
Bandung -

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi mengeluarkan rekomendasi teknis terkait gempa yang terjadi Bogor dan Sukabumi pada 8 Desember 2023.

Saat itu, gempa Magnitudo (M) 4,0 terjadi pada koordinat 106,61 BT dan 6,73 LS yang berjarak sekitar 26,6 km barat daya Kota Bogor atau 40,41 km barat laut Kota Sukabumi pada kedalaman 5 km.

Dalam keterangannya, Kepala PVMBG Badan Geologi Hendra Gunawan menuturkan gempa tersebut mengakibatkan kerusakan sejumlah bangunan di Bogor dan Sukabumi. Karena itu, tim tanggap darurat PVMBG diterjunkan ke lokasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Morfologi wilayah tersebut pada umumnya berupa dataran hingga dataran bergelombang, setempat berupa lembah, dan perbukitan bergelombang hingga terjal. Menurut data Badan Geologi daerah terdampak guncangan gempa tersusun oleh tanah sedang dan tanah keras," kata Hendra, Selasa (26/12/2023).

Hendra mengungkapkan, wilayah yang menjadi lokasi pusat gempa secara umum tersusun oleh endapan kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda, hasil erupsi gunung api Salak dan endapan aluvial sungai.

ADVERTISEMENT

Sementara sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan. Menurut Hendra, endapan kuarter tersebut pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.

"Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi," jelasnya.

Hendra juga mengungkapkan berdasarkan posisi lokasi pusat gempa dan kedalamannya, gempa tersebut diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif yang berarah utara timur laut - selatan barat daya.

"Menurut catatan Badan Geologi, sesar aktif tersebut pernah bergerak dan mengakibatkan terjadinya gempa bumi merusak dengan kedalaman dangkal pada tahun 2012 M 4,8 dan tahun 2020 M 5,0," ujar Hendra.

Lebih lanjut, menurutnya sejak gempa pada 8 Desember lalu, telah terjadi beberapa kali gempa susulan. Pada umumnya jumlah dan kekuatan gempa susulan yang terjadi akan terus menurun.

Kemudian dari hasil pemeriksaan lapangan, memperlihatkan bahwa kejadian gempa tersebut telah mengakibatkan kerusakan bangunan di daerah Kabupaten Bogor (Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan) dan di Kabupaten Sukabumi (Desa Ciepeteuy, Mekarjaya, Cihamerang, Kabandungan, Kecamatan Kabandungan).

"Jenis kerusakan bangunan adalah tembok sebagian roboh, plester mengelupas, genting jatuh, retakan dinding dan retakan lantai. Selain itu juga terjadi retakan tanah tipe lateral spreading dalam dimensi kecil," ungkapnya.

Menurut Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi (KRBG) daerah Jawa Barat yang diterbitkan oleh Badan Geologi tahun 2019, daerah yang mengalami kerusakan bangunan terletak pada KRBG tinggi hingga menengah yang artinya kawasan yang berpotensi terlanda guncangan dengan skala intensitas gempa bumi berkisar VI hingga VIII MMI.

"Oleh karena itu Hendra menyebut untuk mengurangi risiko bencana gempa, maka bangunan pada daerah ini harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi," ujarnya.

Masih kata Hendra, Bogor dan Sukabumi tergolong daerah rawan gempa karena terletak dekat dengan sumber gempa yaitu sesar aktif di darat dan zona penunjaman yang terletak di laut akibat tumbukan antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia.

"Oleh karena daerah Kabupaten Bogor dan Sukabumi rawan gempa bumi, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi gempa bumi secara struktural dan non struktural. Mitigasi struktural dilakukan dengan membangun bangunan tahan gempa bumi, tempat dan jalur evakuasi," pungkasnya.

(bba/iqk)


Hide Ads