Indonesia berencana menggelar Konferensi Asia Afrika dan Amerika Latin (KAAA) tahun 2024 untuk menumbuhkan semangat perdamaian global. Rencana itu muncul dalam Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA) yang digelar di Kota Bandung, 20-22 Desember 2023.
Kepala Balitbang Diklat Kementerian Agama RI Suyitno mengatakan, Konferensi Moderasi Beragama ini dilakukan untuk mempersiapkan segala sesuatu termasuk apa yang akan dibahas dalam konferensi tingkat tinggi selanjutnya di tahun 2024.
Suyitno mengungkapkan, dalam konferensi ini semua perwakilan negara diharapkan dapat menghadirkan menteri luar negeri ataupun kepala negara di Konferensi Asia Afrika Amerika Latin tahun depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena itu tahun 2024 atas kesepakatan semua yang hadir, itu akan dilanjutkan pada konferensi tingkat tinggi yang sesungguhnya. Pesannya adalah semua delegasi yang hadir tahun depan bisa menghadirkan para Menlu atau bahkan para kepala negara," kata Suyitno di Gedung Merdeka, Bandung, Rabu (20/12/2023).
"Karena itu mudah-mudahan pesan dari yang didiskusikan itu bisa menjadi catatan utama untuk dibahas lebih lanjut tahun depan," imbuhnya.
Suyitno menjelaskan, dalam KAAA 2024 nanti, salah satu isu yang akan dibahas adalah tentang penguatan kelembagaan yakni PBB yang harus berperan sesuai dengan tugas dan fungsinya
Dia juga menyebut, isu terkait perdamaian global dan anti kekerasan juga bakal dibahas dalam konferensi tersebut.
"Kita memberikan pesan anti kekerasan karena apa yang terjadi di Palestina, di Ukraina semua terjadi kekerasan yang menimbulkan korban bagi rakyat yang tak berdosa. Makanya lewat pesan moderasi beragama, kita tekankan betul hidup damai toleran dan anti kekerasan," jelasnya.
Wujudkan Mimpi Bung Karno
Di tempat yang sama, Ketua PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menambahkan 69 tahun lalu, Indonesia menggelar Konferensi Asia Afrika yang jadi ajang konsolidasi bagi negara baru.
"Itu adalah forum konsolidasi negara yang baru lahir di Asia Afrika untuk mengingatkan PBB dimana ada negara super power yang mereka seharusnya berfungsi sebagai penjaga agar prinsip piagam PBB terlaksana," ucap Gus Yahya.
"Nah negara yang kurang berkuasa ini mengingatkan mereka untuk tidak melakukan penyalahgunaan kekuatan yang dimiliki untuk kepentingan eksklusif masing-masing tapi untuk menjaga prinsip piagam PBB terlaksana," lanjutnya.
Saat KAA itu, Gus Yahya menyebut Presiden Soekarno (Bung Karno) menginginkan agar konferensi dihadiri lebih banyak negara tidak hanya dari Asia Afrika, namun juga Amerika Latin.
"Pada waktu itu Bung Karno menyampaikan ingin konferensi yang lebih besar yang melibatkan bukan hanya Asia dan Afrika tapi juga Amerika Latin. Beliau bilang setelah AA, mau AAA, tapi itu belum sempat terlaksana," ujarnya.
Karena itulah, menurutnya saat ini adalah waktu yang tepat untuk menggelar Konferensi Asia Afrika dan Amerika Latin di tengah masih memanasnya situasi geopolitik global dimana negara-negara adidaya saling berebut kekuasaan dan membiarkan tragedi kemanusiaan terjadi.
"Sampai hari ini tragedi-tragedi kemanusiaan terus terjadi hanya untuk menuruti kepentingan pemain global itu. Maka ini adalah momentum yang sangat penting bagi kita semua untuk melakukan sesuatu," pungkasnya.
(bba/dir)