Para pengungsi korban gempa di Kabupaten Sukabumi mulai terserang berbagai penyakit. Kondisi tenda yang seadanya dan cuaca yang tidak menentu membuat mereka rentan terserang penyakit.
Diketahui, gempa bumi berkekuatan 4,6 itu mengguncang Kabupaten Sukabumi pada Kamis (14/12) pagi. Lokasi warga yang terdampak tepat di Kampung Pasir Masigit, Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi.
Baca juga: Gempa M 4,6 Guncang Kabupaten Sukabumi |
Berdasarkan data yang dihimpun detikJabar, ada sebanyak 321 kepala keluarga terdampak tersebar di lima kedusunan yaitu Dusun Cipeuteuy, Dusun Leuwiwaluh 1, Dusun Leuwiwaluh 2, Dusun Cisarua, Dusun Arendah dan Dusun Pandan Arum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara rinci, jumlah warga yang terdampak sebanyak 1.153 jiwa, sembilan sarana umum rusak, 242 rumah rusak ringan, 55 rumah rusak sedang dan 33 rumah rusak berat.
Salah satu pengungsi, Aan (34) mengatakan, kondisi para pengungsi di tenda mulai merasakan gatal-gatal hingga muntah-muntah. Kondisi tersebut dialami orang dewasa bahkan anak-anak.
"Ya sudah mulai pada gatal-gatal, batuk, pilek, kemudian kalau seperti anak kecil diare, muntah-muntah kalau anak kecil karena mungkin cuaca, kalau malam dingin banget, kalau siang panas banget," kata Aan kepada awak media, Jumat (15/12/2023).
Dia mengatakan, gempa bumi itu sudah hampir dirasakan setiap hari dengan skala kecil. Getaran gempa terbesar ia rasakan Kamis (14/12) kemarin sebanyak lima kali.
"Kemarin saja sudah kerasa gempa enam kali, paling gede. Saya ngungsi di sini sama anak dua orang, yang satu SD kelas 4, yang satu SD kelas 3," ujarnya.
Dia berharap, pemerintah segera mengambil kebijakan bagi warga yang terdampak. "Pengen segera ada keputusan, dibuatin rumah yang layak ditinggalin, ditempatin di tempat yang aman, kepengennya kaya begitu, nggak seperti sekarang kan di sini kalau lama-lama kasian anak-anak juga sekolah terganggu," sambungnya.
Warga Alami Trauma
Hal senada juga dikatakan Ucih (47). Tak hanya rumahnya yang rusak parah, dia juga mengaku mengalami trauma saat mendengar suara gemuruh atau getaran kendaraan yang melintas. Dia mengatakan, gempa di wilayahnya sudah dirasakan beberapa kali.
"Gempa itu sudah beberapa kali, saya lagi di rumah, kemarin guncangannya nggak kaya hari-hari sebelumnya, panik lah jadi saya tidur di sini (tenda). Retakan rumah bertambah, yang tadinya belah, sekarang sudah parah banget," katanya.
Ucih dan keempat anggota keluarganya mengaku sudah seminggu berada di tenda pengungsian. Dia khawatir, gempa susulan akan terus terjadi.
"Saya di sini tiap malam, di tenda sudah seminggu. Kadang-kadang gempanya pagi, kalau malam pasti ke tenda. Masih trauma, barusan di tes darah naik," ujarnya.
Kepala Desa Cipeuteuy, Purnama Wijaya, mengatakan, hampir semua warga merasakan trauma akibat gempa bumi Gunung Salak.
"Masyarakat merasa trauma, terus ketakutan, malam itu ketakutan, karena gempanya ini datangnya jam 2 malam, kalau nggak jam 7 pagi, sudah rutin saja itu, setelah kemarin pagi gempa besar itu ada susulannya kecil-kecil," kata Purnama.
"Rata-rata gempa sehari tiga sampai lima kali, tapi kekuatannya kecil-kecil. Yang gede itu kemarin pagi," sambungnya.
Rencananya, kata dia, hari ini pihak desa dan kecamatan akan melakukan asessment terkait data rumah dan fasilitas masyarakat yang rusak. Selain itu, pihaknya juga mulai merencanakan relokasi sementara bagi warga yang terdampak.
"Hari ini tim desa dan pihak kecamatan sedang assessment ke lapangan untuk status kerusakan. Karena tadi itu yang rusak ringan jadi ke rusak sedang dan yang rusak sedang naik jadi rusak berat. Sementara ada 13 rumah yang tidak bisa ditempati karena takut ada pergeseran tanah," ucap Purnama.
"Lokasinya Ciraksa sama Sukagalih, karena kita pertimbangannya relokasi itu tempatnya, satu memang apa tukar guling sama ini, apa warga beli, apa sama pihak pemerintahan desa, kedua saya hitung juga alokasi, sumber air buat warga, jangan sampai tidak airnya," tutupnya.
(dir/dir)