5 Stigma Tentang AIDS yang Salah di Masyarakat

5 Stigma Tentang AIDS yang Salah di Masyarakat

Laiqa Ayesha - detikJabar
Kamis, 30 Nov 2023 13:00 WIB
Banner with realistic red ribbon. Poster with symbol for world aids day, 1 december. Design template, vector illustration.
Ilustrasi AIDS (Foto: Getty Images/iStockphoto/LenaSkor)
Bandung -

Stigma yang salah mengenai HIV/AIDS masih menjadi permasalahan serius dalam masyarakat. Bukan hanya keliru, stigma terhadap AIDS juga dapat berdampak negatif terhadap individu yang mengalami kondisi ini.

Salah satu hambatan utama dalam pencegahan dan penanggulangan Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Indonesia adalah tingginya tingkat stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Stigma ini muncul karena masyarakat meyakini bahwa AIDS disebabkan oleh perilaku amoral yang dianggap tidak dapat diterima oleh norma masyarakat.

Pengidap AIDS seringkali menghadapi hukuman sosial berupa diskriminasi, pengasingan, penolakan, dan pengucilan terhadap individu yang dicurigai terinfeksi HIV. Oleh karena itu, mendidik masyarakat dan mengganti persepsi yang keliru dengan fakta yang akurat menjadi hal yang sangat penting.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut beberapa stigma yang salah mengenai AIDS di masyarakat yang perlu diperbaiki:

1. AIDS Hanya Menjangkiti Orang Homoseksual

Faktanya, HIV/AIDS dapat menyerang siapa pun, tanpa memandang orientasi seksual. Dengan demikian, penting untuk menyadari bahwa setiap individu, tanpa memandang latar belakang atau orientasi seksualnya, berpotensi terpapar dan terinfeksi HIV/AIDS. Upaya pencegahan dan edukasi harus diarahkan kepada seluruh masyarakat agar pemahaman yang akurat dapat menggantikan stereotip yang tidak benar.

ADVERTISEMENT

2. HIV Bisa Menular Melalui Sentuhan atau Bersin

HIV tidak menular melalui sentuhan, berpelukan, atau bersin. Virus ini sebenarnya menyebar melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh yang terinfeksi (seperti sperma, cairan vagina, cairan anus, dan ASI dari ibu yang terinfeksi), serta penggunaan jarum atau alat yang sudah terkontaminasi. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara penularan HIV/AIDS agar kita dapat menghindari kesalahpahaman dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.

3. Hanya Orang yang Aktif Seksual yang Bisa Tertular HIV

Penularan HIV juga dapat terjadi melalui berbagi jarum atau transfusi darah yang tidak teruji. Oleh karena itu, penting untuk memahami berbagai cara penularan HIV dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.

4. Orang dengan HIV/AIDS Layak Dicurigai atau Diisolasi

Mengisolasi individu dengan HIV/AIDS hanya akan memperparah dampak psikologis dan sosial yang mereka alami. Sebaliknya, memberikan dukungan dan pemahaman dari masyarakat dapat membantu individu dengan HIV/AIDS mengatasi tantangan yang mereka hadapi.

5. Penderita HIV/AIDS Pantas Dicap sebagai "Berisiko Tinggi"

Ada stigma terhadap orang dengan HIV/AIDS sebagai individu yang berisiko tinggi atau terkait dengan perilaku kriminal, terutama yang terkait dengan penyalahgunaan narkoba atau pekerjaan seks. Mengkategorikan penderita HIV/AIDS sebagai "berisiko tinggi" hanya meningkatkan stigma dan membuat sulit bagi mereka untuk mencari dukungan atau perawatan medis yang tepat.

Adapun tiga jenis stigma terkait dengan AIDS yang dikutip dari portal resmi Provinsi Sumatera Barat, adalah:

Stigma Simbolis AIDS: Penggunaan HIV/AIDS untuk mengekspresikan sikap terhadap kelompok sosial atau gaya hidup tertentu yang dianggap berhubungan dengan penyakit tersebut.

Stigma Kesopanan AIDS: Hukuman sosial atas orang yang terlibat dalam isu HIV/AIDS atau orang yang positif HIV.

Stigma Instrumental AIDS: Refleksi ketakutan dan keprihatinan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan penyakit mematikan dan menular.

Itulah macam-macam stigma mengenai AIDS yang muncul di masyarakat. Stigma-stigma tersebut membuat ODHA menyembunyikan status HIV-nya dan malu untuk memeriksakan kesehatannya. Akibatnya, mereka tidak mendapat pengobatan dan perawatan yang sesuai, hingga meningkatkan risiko kematian ODHA dan penularan HIV/AIDS di masyarakat.

Meskipun sosialisasi tentang HIV & AIDS sudah dilakukan, masih diperlukan lebih banyak upaya lagi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat. Langkah ini dapat membentuk masyarakat yang lebih teredukasi dan empatik, yang mampu mengubah pandangan negatif serta membantu mengatasi dampak psikologis dan sosial yang dihadapi oleh individu yang hidup dengan HIV/AIDS.

Semoga bermanfaat detikers!




(tey/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads