Langkah Mantap Jenal Abidin meski 'Rungkad' Saat Jadi Guru

Kabupaten Karawang

Langkah Mantap Jenal Abidin meski 'Rungkad' Saat Jadi Guru

Irvan Maulana - detikJabar
Sabtu, 25 Nov 2023 17:00 WIB
Jenal Abidin bersama muridnya.
Jenal Abidin saat mengajar. (Foto: Irvan Maulana/detikJabar)
Karawang -

Investasi amal di dunia untuk bekal di akhirat, itulah yang jadi misi Jenal Abidin, seorang guru honorer SDN Ciptasari II, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang.

Alih profesi dari buruh pabrik jadi seorang guru, malah membuat perekonomian keluarganya makin terpuruk, namun dengan tekad yang bulad Jenal mengaku merasa kehidupan lebih bermanfaat.

Diceritakan Jenal, awalnya ia merupakan buruh pabrik aki pada kisaran tahun 2012-2015. Setelah tiga tahun berprofesi sebagai buruh dengan gaji lumayan, ia menjadi guru guru honorer sambil melanjutkan kuliah dengan jurusan pendidikan matematika karena ketertarikannya ke dunia pendidikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu saya buruh pabrik, kalau dibandingkan dengan sekarang penghasilan jauh lebih banyak. Sebulan gaji saya bisa Rp 6-7 juta, sekarang malah lebih buruk, tapi justru merasa lebih bahagia," ujar Jenal saat ditemui usai upacara di Halaman Kantor Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang, Sabtu (25/11/2023).

Ia menceritakan, selama tiga tahun bekerja di pabrik, dirinya menjadi tulang punggung keluarga hingga mampu menyicil dua unit kendaraan roda dua, serta merenovasi rumah, bahkan membiayai sekolah adik-adiknya.

ADVERTISEMENT

Namun, setelah alih profesi menjadi seorang guru honorer, semua itu hampir mustahil ia lakukan. Sebab untuk keperluan hidup sehari-hari ia dan istrinya saja, Jenal harus meluangkan waktu mencari pekerjaan sampingan.

Jenal Abidin bersama muridnya.Jenal Abidin bersama muridnya. (Foto: Irvan Maulana/detikJabar)

"Sekarang penghasilan saya, kalau dibilang gaji dari mengajar mungkin kurang layak lah, karena jadi guru honorer di kampung, apalagi guru SD, itu pasti kecil. Kalau ditotal sekali gajian nggak sampe Rp 1 juta, karena kan per tiga bulan sekali, jadi hampir Rp 300 ribuan per bulan honor berikut transport," kata dia.

Demi menyiasati kurangnya penghasilan untuk biaya hidup keluarga, Jenal mengaku, menjalankan usaha lain, yakni jadi tukang servis barang elektronik secara mandiri di rumah.

"Iya, karena saya orang penasaran, jadi sering nonton tutorial di Youtube bagaimana membetulkan hp, laptop, kemudian belajar ganti hardware dan software. Sampai akhirnya bisa memperbaiki punya sendiri dan sekarang orang pada tahu saya bisa servis hp, jadi ada tambahan dari situ meskipun nggak menentu," ungkapnya.

Mengomentari soal minimnya gaji sebagai guru honorer, Jenal hanya tersenyum sembari menepuk jidat. Ia menganggap persoalan itu sudah menjadi hal biasa.

"Gaji guru? Itu mah semua orang tahu kalau guru honorer seperti nggak ada harganya kalau dihitung dari jumlah gaji. Tapi kan mau bagaimana lagi, memang semuanya (guru honorer) juga begitu," ucap Jenal sembari tertawa kecil.

Diceritakan Jenal, awalnya ia sempat mengeluh dan hendak menyerah menjadi seorang guru. Ia sempat mencari beberapa lowongan pekerjaan di perusahaan, namun tidak berhasil, hingga akhirnya ia ikhlas menjalani profesi sebagai pahlawan tanpa tanda jasa tersebut.

"Dua tahun awal saya sempat menyerah, jujur aja sih, udah mau nyari kerja lain ngelamar ke sana-sini tapi nggak keterima. Akhirnya ibu saya bilang kalau jadi guru jangan dianggap akan kaya dari gajinya. Dan saya mengerti kalau ini sebenarnya ibadah, saya tidak mempersalahkan gaji, ini saya anggap sebagai investasi mengajar anak-anak generasi penerus, sekaligus investasi amal saya di akhirat," paparnya.

Jenal Abidin bersama muridnya.Jenal Abidin saat mengajar. (Foto: Irvan Maulana/detikJabar)

Di samping itu, Jenal yang sudah mencintai dunia pendidikan. Ia selalu diingatkan oleh tingkah polos para siswa yang menjadi penyemangatnya dalam menjalankan tugas sebagai seorang pengajar.

"Iya beda dengan dulu, sekarang tuh saya libur seminggu aja udah inget tingkah lucu anak-anak di kelas. Intinya jadi punya rasa tanggungjawab gitu, misal pelajaran ini bab ini belum tersampaikan, jadinya yah betah mengajar," ungkapnya.

Kendati demikian, sebagai masyarakat biasa yang perlu kesejahteraan, Jenal tetap berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan nasib para tenaga honorer, baik guru ataupun bidang lain. Sebab mereka sama-sama masyarakat yang punya keluarga dan tuntutan mencukupi kebutuhan hidup.

"Ya kami honorer yah, bukan cuma guru, tetap berharap bisa lebih diperhatikan lagi sama pemerintah melalui kebijakannya. Tetap saja kami juga masyarakat yang punya tuntutan untuk mensejahterakam dan membahagiakan keluarga," pungkasnya.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads