Jabar Penyumbang Kasus Talasemia Tertinggi di Indonesia

Jabar Penyumbang Kasus Talasemia Tertinggi di Indonesia

Wisma Putra - detikJabar
Rabu, 22 Nov 2023 17:22 WIB
Ketua Yayasan Talasemia Indonesia Rusandi (kanan) dan Ketua STFI Dr. apt. Adang Firmansyah, M.Si. (kiri) (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Ketua Yayasan Talasemia Indonesia Rusandi (kanan) dan Ketua STFI Dr. apt. Adang Firmansyah, M.Si. (kiri). Foto: Wisma Putra/detikJabar
Bandung -

Angka kasus talasemia di Jawa Barat cukup tinggi dan terjadi peningkatan setiap tahunnya. Ketua Yayasan Talasemia Indonesia Ruswandi mengatakan dari 12 ribu kasus yang terdeteksi, 40 persennya ada di Jawa Barat.

"Dari total jumlah 12.155, 40 persennya ada di Jawa Barat. Jawa Barat paling besar," kata Ruswandi usai menghadiri kegiatan skrining talasemia yang digelar Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI) di salah satu hotel di Kota Bandung, Rabu (22/11/2023).

Ruswandi mengungkapkan kegiatan skrining yang digelar dengan berbagai pihak untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang talasemia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita mengadakan ini merupakan gerakan skrining talasemia, karena masyarakat sampai hari ini masih banyak yang tolak mengetahui talasemia itu apa, kita bikin acara ini supaya masyarakat tahu apa itu talasemia," ungkapnya.

"Masyarakat sering berpikir salah, seperti mengatakan penyakit ini menular, itu salah, ini murni faktor genetik, ini bisa dicegah, masalahnya kalau nggak dicegah, semakin lama, semakin berat beban negara dan pemerintah, terutama BPJS. Makannya kita harus mulai lakukan program pencegahan yang diawali sosialisasi lalu skrining dan baru kita mengetahui apakah kita oembawa sifat atau bukan," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Ruswandi menjelaskan, kalau kita pembawa sifat, yang masih belum menikah, tolong cari pasangan yang normal karena masih banyak. Jikalau bertemu dengan pasangan pembawa sifat apa yang akan kita cegah dan lahir lagi talasemia mayor, yaitu anemia yang harus menjalani tranpusi darah dan itu membutuhkan biaya mahal, cukup mahal dan beban bagi penyandang atau orang tuanya cukup berat.

Disingung sebab orang bisa alami telesemia Ruswandi menyebut, katanya dulu orang-orang melarang menikahkan anaknya di luar dari lingkungan saudara, alasannya agar kekayaanya tak kaluer. Hal terebut, dikatakannya, mengakibatkan kesalahan genetik dan terjadilah telesemia.

"Sebetulnya, potensi jadi telaeemia memang betul. Tapi apakah dia pembawa sifat atau bukan, tapi kalau dia normal gak mungkin. Normal dan normal, jadinya normal," turunnya.

Masih di tempat yang sama, Katua STFI Adang Firmansyah mengatakan, jika dibiarkan nanti akan terjadi ledakan kasus talasemia di Indonesia.

"Talasemia ini karena belum banyak yang terskrining, ini hidden, ini bisa jadi gunung es sebetulnya karena yang ketahuan baru sedikit. Bahkan orang banyak yang tidak tahu, penderitaan hanya 12-20 ribu tapi habiskan BPJS Rp 600 miliar, satu orang bisa habiskan Rp 400 juta untuk transfusi darah," jelqs Adang.

Pihaknya mendorong seluruh warga Indonesia untuk melakukan skrining sejak dini. Menurutnya, sebetulnya skrining ini tujuannya banyak, untuk pencegahan itu turunnya agar tidak terjadi pernikahan antara cerier dan keduanya alasan ekonomi, karena BPJS itu habis Rp 600 miliar untuk thalasemia.

"Seandainya skrining, data base ada, redaksi terjadi pernikahan antara carrier, makin lama makin turun. 2016 saja dulu cuman sekitar 6 ribu, sekarang 12-20 ribu. Dulu urutan kelima, sekarang keempat," tuturnya.

Adang menyebut, dengan digelarnya kegiatan skrining talasemia yang digelar STFI, pihaknya berharap kegiatan serupa bisa digelar di kampus lainnya.

Adang juga ingatkan, proses skrining talasemia tidak sulit seperti yang bayangkan. "Tidak sulit, ini gebrakan awal, harapannya dengan 450 orang ini kita berharap, kita undang kampus-kampus karena inginnya nanti misalnya dengan salah satu kampus di Tasikmalaya atau di mana, ini bahawa ada mahasiswanya yang carreier 10 orang, tolong dong di kampusnya di skrining, lebih masif," pungkasnya.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads