Sampah memang bukan perkara mudah. Tapi dengan tekad kuat, salah satu hotel bintang empat di Bandung ini mampu mengelola sampah secara mandiri. Tak ada lagi puluhan atau ratusan kilo gram sampah per hari yang dikirim ke TPS/TPA.
Ialah Hotel Grand Tjokro Premiere di jalan Cihampelas Bandung. Sahmad selaku Resident Manager hotel ini, mengaku per harinya Grand Tjokro memproduksi sampah organik paling tidak sebanyak 350 kilo gram. Kini 100% organik atau sebanyak 90% sampah yang yang dihasilkan sudah diselesaikan mandiri.
"Catatan Januari-Oktober 2023 ini sampah organik kita per hari 3.5 kwintal atau 350 kilo gram. Sampahnya kan dari kitchen, resto, itu fluktuatif ya. Sekarang sudah organik 100% selesai di sini. Non organik sudah dipilah, barang berharga ekonomi ini dikumpulkan dan setiap dua minggu sekali dijual. Itu dapatnya cukup lumayan dan kami putarkan lagi uangnya untuk biaya operasional sampah," kata Sahmad ditemui detikJabar beberapa waktu lalu.
Ia bercerita, program Zero Waste Project SAS Go Green sebetulnya sudah dimulai tahun 2020 awal. Namun pandemi sempat membuat fokus hotel tak lagi pada sampah.
Akhirnya, pada tahun 2022 awal barulah langkah perubahan dalam pengelolaan sampah kembali dilakukan. Kini, hotel ini menggunakan budidaya magot dan pengomposan untuk menyelesaikan seluruh sampah organiknya.
"Saat itu sebelum darurat sampah, sudah ada pemberitaan Sarimukti kapasitasnya sudah melebihi. Jadi management berpikir karena sampah ini masalah bersama, kami punya tanggung jawab. Ada Pak Acil dari DLHK yang membimbing, ada orang yang memang sudah ahli dalam urusan magot, kemudian ada lahan sendiri untuk membuat kompos. Sebab kan ada juga sampah organik yang tidak termakan oleh magot," cerita Sahmad.
Dalam menyelesaikan sampah, kata Sahmad, perlu menjajal lebih dari satu metode. Sebab, ada beragam jenis sampah yang dihasilkan. Masih ada sampah daun dari mini kebun, hingga sampah kotoran beberapa hewan dari mini zoo.
Magot tak mampu menghabiskan sampah daun dan kulit buah, maka metode pengomposan pun juga diperlukan. Kompos tersebut dihasilkan dari campuran kotoran hewan dan sisa sampah organik yang tak dikonsumsi magot.
Selain itu, ada juga pengeringan dan pencacahan sampah cangkang telur menjadi serbuk tepung. Nantinya, hasil ini dijadikan campuran kompos di mini kebun milik Grand Tjokro.
"Ada sisa sampah organik yang perlu diolah lagi, kami bikin tempat kompos dari lahan yang tidak terpakai. Kuncinya satu, kita harus serius di pemilahan ya. Kalau sampah organik tidak dipilah, ini jadi PR yang banyak dan berat," ucapnya.
Semua metode ini, dilakukan di lahan terbatas yang tak jauh dari area parkir. Tapi nyatanya tak ada bau tak sedap yang menyebar kemana-mana.
Lalu, jadi apa magot-magot yang sudah menua? Magot kualitas unggulan ini akan menjadi lalat Black Soldier Fly (BSF). Lalat ini tidak membawa dan menyebarkan penyakit. Saat dewasa, lalat ini hanya berkembang biak kemudian mati.
Tak semua magot dijadikan lalat. Sebagian magot dikeringkan dan jadi pelet untuk makanan ikan. Wah, ternyata ada banyak keuntungan setelah mengelola sampah sendiri.
"PR kami tinggal sampah residu (tisu, kertas, plastik bekas kemasan). Kami masih cari solusi. Jadi sampah kami 90% itu organik dan sudah selesai, 6% non organik sudah disalurkan ke Bank Sampah, masih ada PR 4% sampah residu," ujar Sahmad.
Ia pun mencoba mengakali sampah residu dengan rajin membuat ecobrick. Hingga saat ini, memang ecobrick itu masih dikumpulkan. Tapi katanya, nanti puluhan ecobrick akan disulap jadi meja dan kursi yang bisa digunakan.
Niat dan Aksi Jadi Kunci Konsistensi
Acil, Pendamping Pengolahan Sampah Kawasan Komersil DLHK Kota Bandung, mengaku mengapresiasi langkah Hotel Grand Tjokro Bandung. Kesana-kemari ia bertugas melakukan pendampingan, namun pihak manajemen hotel ini punya tekad yang cukup kuat untuk mengolah sampah mandiri.
"Kuncinya itu ada tiga. Satu, manajemen punya keinginan dan ada action artinya program jalan. Kedua menyiapkan SDM, ketiga menyiapkan sarana prasarananya. Dimulai dari tahap biasa memilah sampah dulu, ini nanti akan berdampak positif. Penggunaan trash bag juga akan jauh lebih berkurang, karena mayoritas sampah organik ditaruh di ember baru atau pun bisa ember bekas cat yang dipakai berulang kali," kata Acil.
Ia pun menetapkan target agar tahun depan, sampah organik seluruh hotel dan restoran sudah akan mendapat pendampingan pemilahan dan pengolahan sampah. Nantinya, mereka harus mencatat banyaknya sampah sebelum dan sesudah diolah.
Kisah sukses Hotel Grand Tjokro ini menjadi percontohan untuk banyak hotel, restoran, bahkan pusat perbelanjaan. Semua punya tujuan yang sama, yakni ingin lingkungan yang lebih sehat dan tak membebankan sampah pada kota tercinta.
Simak Video "Video: Melihat Cara Kerja Teknologi Riset Genomik Termodern di RI"
(aau/tey)