Taman Kartini, ruang terbuka hijau serupa oase di tengah krisis lahan di Kota Cimahi bertransformasi menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk menghabiskan malam.
Wajah taman yang menjadi saksi bisu sejarah kemerdekaan bangsa itu kini telah berubah. Tak lagi menyeramkan mengingat kondisinya yang tak terawat dengan rimbun pepohonan berukuran besar.
Dibangun sekitar tahun 1886, kini Taman seluas 6.500 meter persegi itu terasa lebih hangat. Berubah signifikan usai ada pemasangan lampu-lampu taman berwarna kuning mengitari bagian dalam taman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada warung-warung serta tempat duduk bagi pengunjung yang datang. Pun menjadi lebih ramah anak, lantaran banyak wahana dan penyewaan mainan di dekat patung Ibu Kartini yang menyambut pengunjung di pintu masuknya.
"Sekarang lebih haneuteun kalau bahasa sundanya. Enggak seram seperti sebelumnya. Banyak lampu, ada tempat main anak. Ramai pokoknya," kata Citra Puspahati (33), salah seorang pengunjung saat berbincang dengan detikJabar, Rabu (15/11/2023).
![]() |
Puas mengawasi anak-anaknya bermain, pengunjung juga bisa melipir ke sejumlah tenant makanan dan minuman yang berdiri di bekas tempat parkir kendaraan Taman Kartini sebelum dipugar.
Sebut saja ayam bakar, ramen, jagung bakar, roti bakar, hingga makanan ringan lainnya yang bisa mengisi perut kosong pengunjung.
"Sudah beberapa kali main ke sini bawa anak, setelahnya pasti makan di sini. Ya banyak pilihan juga, nggak terlalu mahal pastinya. Buat warga Cimahi, sangat perlu tempat-tempat begini," kata Citra.
Di masa lampau, Taman Kartini punya kenangan tersendiri di benak warga lokal. Seperti kata Citra, saat ia masih SD di tahun 2000-an, ia ingat betul Taman Kartini boleh dikata amat menyeramkan, salah satunya karena pohon beringin tinggi dan rimbun di sebelah utara.
Pohon beringin itu sampai saat ini masih berdiri dengan tegak dengan tinggi sekitar 20 meter. Akar-akar gantung menjuntai, serta daun rimbun memayungi sebagian sisi taman hingga ke tepi jalan raya.
"Ya dulu kalau mau ke taman ini harus siang, kalau sore itu seram. Terus banyak gelandangan sama anak-anak jalanan nongkrong, buat kita anak-anak SD zaman dulu kan pasti takut," kata Citra.
Asep (48), juga jadi salah satu yang kecipratan rezeki dari perubahan Taman Kartini. Ia kini menjadi juru parkir di taman itu, setiap malam memandu kendaraan pengunjung mencari posisi kosong.
"Alhamdulillah, sudah hampir 5 bulan bantu-bantu di sini. Ya lumayan ramai, apalagi kalau Sabtu sama Minggu pasti penuh," kata Asep.
(yum/yum)