Sekeluarga Geruduk Kantor Dinkes Imbas Bayi Meninggal di Tasikmalaya

Sekeluarga Geruduk Kantor Dinkes Imbas Bayi Meninggal di Tasikmalaya

Faizal Amiruddin - detikJabar
Kamis, 16 Nov 2023 13:34 WIB
Keluarga pasien sebuah klinik bersalin saat mendatangi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
Keluarga pasien sebuah klinik bersalin saat mendatangi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Kantor Dinas Kesehatan di komplek perkantoran Jalan Djuanda Kota Tasikmalaya digeruduk warga, Kamis (16/11/2023). Warga yang merupakan sekeluarga besar itu hendak mengadukan pelayanan salah satu klinik bersalin yang dituding buruk. Hal ini berkaitan juga dengan meninggalnya bayi yang baru dilahirkan di klinik tersebut.

Mereka yang mendatangi kantor Dinas Kesehatan tersebut adalah keluarga dari pasangan Erlangga Surya (23) dan Nisa Armila (23) warga Leuwimalang Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya. Sebelumnya rekaman video pihak keluarga ini marah-marah di lokasi klinik ramai tersebar di aplikasi perpesanan.

"Kami datang ke Dinkes ingin mengadukan buruknya pelayanan klinik bersalin. Kami akui soal nyawa memang takdir Allah SWT, tapi kami ingin ada evaluasi agar apa yang menimpa kepada kami tak terjadi ke orang lain," kata Erlangga didampingi Nadia kakaknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun demikian Erlangga dan keluarga tak langsung diterima oleh pihak Dinas Kesehatan, karena pejabat terkait sedang tidak ada di kantor. "Kata Satpam pejabatnya lagi rapat, tapi akan kami tunggu, nggak apa-apa lama juga," kata Erlangga.

Dia memaparkan kejadian itu berawal ketika Senin (13/11/2023) sore dia membawa istrinya untuk melahirkan di sebuah klinik di Jalan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.

ADVERTISEMENT

"Pas sore ke sana disuruh pulang lagi karena katanya lahiran masih lama, terus malamnya istri saya mules lagi, akhirnya malam itu lahiran secara normal," kata Erlangga. Saat terlahir anak pertamanya itu dalam kondisi kurang ideal, bobotnya sekitar 1,5 kilogram.

Saat proses lahiran itu menurut Erlangga pihaknya sudah merasa tak nyaman. Hal itu dipicu sikap perawat yang menurutnya judes, kerap main ponsel dan kurang tanggap.

"Yang membersihkan ibu bayi juga saya, membersihkan bekas darah apa segala macam itu bekas lahiran," timpal Nadia, kakak kandung Erlangga. Pihak klinik kemudian merawat bayi itu dengan memasukkannya ke dalam inkubator. "Kami yang begadang menunggui, bidan dan perawat malah tidur," kata Nadia.

Besok paginya atau Selasa (14/11/2023) pihak klinik mempersilahkan pihak keluarga untuk membawa pulang ibu dan bayinya. "Nah di sana kami kaget, antara percaya dan tidak, apa iya bayi dalam kondisi seperti ini bisa dibawa pulang," kata Erlangga.

Namun pada akhirnya Erlangga dan keluarga membawa pulang bayinya. Dia juga membayar biaya persalinan Rp 1 juta.

"Pake KIS (Kartu Indonesia Sehat) tapi masih harus bayar Rp 1 juta. Nah anehnya lagi tidak ada berkas catatan medis, surat kontrol bahkan kuitansi pembayaran pun tidak ada kami terima," kata Erlangga. Dia mengakui saat itu tak sempat mempertanyakan karena pikirannya fokus ke istri dan anaknya.

"Saya sudah senang punya cucu baru, tapi pas dilihat kondisinya memang agak kebiruan dan bobotnya kecil. Tapi karena klinik menyebut sehat ya kami percaya saja," kata Tati Nurhayati ibu kandung Erlangga atau nenek bayi itu.

Selanjutnya pada Selasa malam itu, kondisi bayi tiba-tiba memburuk. Bayi laki-laki itu tak menunjukan respons. "Akhirnya sekitar jam 10 malam saya bawa lagi ke klinik. Ternyata klinik tutup, padahal klaim mereka layanan 24 jam," kata Erlangga.

Setelah gerbang digedor-gedor akhirnya ada pegawai yang menerima. Setelah sempat diperiksa, mereka menyatakan bayi telah meninggal. "Lagi-lagi tidak ada penjelasan atau dokumen yang kami terima. Karena masih penasaran akhirnya langsung saya bawa ke rumah sakit. Ya memang sudah meninggal dunia," kata Erlangga.

Namun yang kian membuatnya sedih adalah penjelasan dari tim medis rumah sakit yang mengatakan bahwa bayi dalam kondisi seperti ini idealnya tetap dirawat di inkubator.

"Jadi petugas rumah sakit itu heran, kenapa katanya bisa dibawa pulang, harusnya tetap di inkubator. Ini yang membuat saya sakit hati dan ingin mempertanyakan kenapa klinik saat itu menyuruh pulang," kata Erlangga.

Hal serupa juga dirasakan oleh anggota keluarga yang lain, sehingga keesokan harinya mereka mendatangi klinik itu untuk meminta penjelasan. "Tapi kami lagi-lagi tak dilayani dengan baik," kata Erlangga.

Dihubungi via sambungan telepon, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat mengaku sudah menerima pengaduan dari warga tersebut. Dia mengatakan pihaknya sudah menerima pengaduan warga tersebut. "Ya sudah kami terima, kami tampung pengaduannya terkait masalah pelayanan klinik tersebut," kata Uus.

Dia mengatakan akan melakukan klarifikasi terhadap pihak klinik terkait masalah ini. "Nanti agendakan untuk meminta klarifikasi dari pihak klinik," kata Uus. Namun terkait substansi permasalahan Uus mengaku belum bisa memberikan penjelasan.

Sementara itu saat hendak diminta tanggapannya terkait tudingan pasien tersebut, pihak klinik belum bersedia memberikan tanggapan. "Untuk saat ini pihak pemilik belum bisa memberi tanggapan, sementara kami meminta kontak saja dulu, biar nanti kami hubungi," kata salah seorang petugas klinik kepada detikJabar yang mendatangi klinik tersebut sekitar pukul 13.00 WIB.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads