Hikayat Capitol, Saksi Bisu Pertemuan Ekspatriat Belanda di Sukabumi

Lorong Waktu

Hikayat Capitol, Saksi Bisu Pertemuan Ekspatriat Belanda di Sukabumi

Siti Fatimah - detikJabar
Senin, 13 Nov 2023 10:00 WIB
Suasana Capitol Sukabumi.
Suasana Capitol Sukabumi. Foto: Siti Fatimah/detikJabar
Sukabumi -

Sebuah bangunan letter U bergaya retro klasik masih berdiri kokoh di seberang kantor pos Kota Sukabumi. Bangunan tersebut, dulunya merupakan ruang pertemuan dan rekreasi para warga Belanda yang bermukim di Sukabumi.

19 Juli 1930 jadi momen bersejarah bagi perkembangan arsitektural Sukabumi. Semangat baru muncul di tengah pembangunan yang 'terwujud' dari pucuk-pucuk daun teh dan biji kopi.

Seperti diketahui, pada zaman Hindia Belanda, Sukabumi menjadi kawasan yang disebut sebagai penghasil kopi terbaik. Bahkan, saat itu kopi Sukabumi mendapatkan julukan 'Si Emas Hitam.'

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kembali ke gedung Capitol, gedung itu berlokasi di Jalan Mayawati yang terbilang modern dan megah. Gedung tersebut berdiri di Soekaboemi Centrum atau pusat Kota Sukabumi, tepatnya di Grote Postweg Soekaboemi (Jalan Raya Pos Sukabumi).

Lokasinya berseberangan dengan Post Kantoor (Kantor Pos) dan Restaurante Huize Schuttevaer yang terkenal hingga mancanegara. Keberadaan restoran itu sempat mewakili posisi Soekaboemi hingga dapat disejajarkan dengan restoran di kota-kota belahan Eropa.

ADVERTISEMENT

Bangunan Ikonik dengan membawa semangat arsitektural bergaya 'Niew Bouwen' ini dirancang dan dibangun oleh Arsitek AF Aalbers dan Prof Charles Prosper Wolff Schoemaker. Bentuknya dibuat secara detail, presisi dan elegan.

Rangga Suria Danuningrat seorang pegiat sejarah Sukabumi History mengatakan, awalnya kompleks yang menjadi Gedung Capitol dahulunya bernama Het Bouwen van Een Societeitgebouw, Bioscoopzaal, Toko's en Flats atau Toko dan Flat atau yang sekarang dikenal dengan istilah ruko.

"Bangunan-bangunan sekitar yang posisinya letter U yaitu bangunan-bangunan di samping Toko Dunia mengarah ke belakang dan kembali berputar setengah lingkaran ke ex Toko Sepatu 'Aneka' (sekarang)," kata Rangga kepada detikJabar beberapa waktu lalu.

Het Bouwen van Een Societeitgebouw, Bioscoopzaal, Toko's en Flats Grote Postweg atau yang sekarang dikenal dengan sebutan Capitol saat itu dibangun di atas lahan yang dibeli dari Patih Bandung oleh seorang pengusaha dan pendiri Biro Teknik 'Unicum' pada tahun 1919.

Saat itu, mereka membutuhkan tempat berkumpul dan bersosialisasi bagi para ekspatriat dari Eropa dan pejabat tinggi lokal. Gedung capitol pun dibangun untuk menggantikan peran Societeit Soekamanah di Societeit Straat (sekarang Gedung Juang 45).

Perancangan Bangunan

Suasana Capitol Sukabumi pada masa lalu.Suasana Capitol Sukabumi pada masa lalu. Foto: Istimewa

Rangga mengatakan, bangunan itu berdiri di atas lahan seluas 6.000 meter persegi. Lantai marmer dan lampu-lampu gantung di Gedung Capitol didatangkan dari Italia. Selain itu, ornamen-ornamen bagian dalam yang indah bergaya Perancis menambah kesyahduan dan semangat Eropa baru yang bercampur kental dengan kaidah lokal.

Bangunan nan kokoh ini memiliki beberapa ruangan di antaranya ruang dansa (Dans Kamer), ruang rapat (Oproom), ruang biliar (Biljard Kamer), ruang bioskop (Capitol Theater), ruang orkestra dan pertunjukan (Symphonie En Choir Orchestra Hall) serta ruang rapat dan pertemuan para petinggi dan pejabat yang dikenal dengan Gezonheid Vergadering Kamer.

Kemudian, di sana juga terdapat ruang Casino serta Roulete serta ruangan olahraga permainan Bridge dan Catur. Ruang-ruang rahasia pun tak ketinggalan sebagai jalur evakuasi yang kabarnya terhubung dengan berbagai bangunan penting di Soekaboemi saat itu.

Aalbers dan Schoemaker piawai membangun gedung-gedung ikonik di nusantara telah berhasil membawa perubahan besar dari sisi arsitektural di Sukabumi. Gedung itu pun memiki posisi strategis bagi perdagangan teh, kopi, kina serta karet di Hindia Belanda.

Societeit Soekamanah dan Teather Capitol

Societeit Soekamanah Grote Postweg yang berada di dalam gedung Capitol dijadikan tempat untuk ajang bersosialisasi para pejabat Eropa setempat dan digunakan untuk berbagai macam acara baik perjamuan, rapat atau sekedar bernostalgia sambil berdansa. Terkadang, para ekspatriat dan pejabat Belanda menikmati musik iringan orkesta sambil membagikan hadiah-hadiah.

Pada zaman dulu, kata Rangga, di dalam gedung capitol terdapat bioskop. Film pertama yang ditayangkan di Bioskop Capitol berjudul 'Innocent of Paris' yang dibintangi Maurice Chevalier. Nama Bioskop Capitol disematkan karena bermitra kerja dengan perusahaan Bioskop Capitol di Jakarta yang berpusat di Amerika Serikat.

Sayangnya, pada 1 September 1932 Manajemen Gedung Bouw Mij Soekaboemi memutus kontrak, menghentikan kerjasama pemutaran film dan beralih fungsi menjadi gedung teater.

"Sejak tahun 1933, Capitol lebih berfungsi sebagai gedung serba guna yang dapat digunakan untuk berbagai acara atau kegiatan, seperti ceramah umum, kontes biliar, tempat demo keterampilan untuk ibu-ibu rumah tangga, pertemuan para pensiunan dan lain-lain," ujarnya.

Societeit Soekamanah diresmikan oleh istri Bupati Soekaboemi R.A.A Soeria Natabrata pada tanggal 19 Juli 1930. Tempat ini sering dijadikan ajang pertemuan. Namun, kondisinya saat ini jauh dari kata bangunan bersejarah.

Di bagian depan, tembok gedung Capitol ditempeli dengan iklan perusahaan provider jaringan telepon. Meski demikian, beberapa pemilik toko tetap mempertahankan kondisi bangunan heritage itu.

"Kini bangunan tersebut tinggal kenangan, serta bangunan ikonik yang telah mengangkat dan ikut mengharumkan nama Soekaboemi hingga ke mancanegara sekarang tak terlihat lagi nuansa klasik dan kemegahannya," kata Rangga.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads