Pada penghujung musim kemarau tahun ini volume air Waduk Darma, Kabupaten Kuningan, surut sekitar 19 juta kubik. Sehingga kini volume air tersisa 15,5 juta kubik dari volume normal 34,148 juta kubik.
Berdasarkan pantauan, surutnya volume air Waduk Darma terlihat dari garis permukaan air pada dinding bendungan yang semakin turun. Terlihat keramba jaring apung milik warga sekitar pun kini semakin merapat ke perairan yang lebih dalam. Tak hanya itu, surutnya air waduk Darma juga menyebabkan bermunculannya tanah timbul hingga banyak dimanfaatkan oleh warga setempat untuk bercocok tanam seperti padi dan palawija.
Petugas Operasi dan Pemantauan Pemeliharaan Bendungan Darma Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung Ahmad M Zamanudin mengatakan, surutnya volume air Waduk Darma disebabkan karena dibukanya pintu air sejak awal musim kemarau. Tujuannya untuk kebutuhan irigasi area pertanian di wilayah Kuningan Timur dan sebagian Kabupaten Cirebon. Ahmad menyebutkan, total areal pertanian yang mendapat pengairan dari Waduk Darma mencapai 19.684 hektare.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sesuai fungsinya, air bendungan atau Waduk Darma ini sebagai cadangan untuk kebutuhan irigasi lahan pertanian saat musim kemarau. Oleh karena itu, sesuai Rencana Tahunan Operasi Waduk (RTOW), maka sejak awal musim kemarau bulan Mei lalu pintu air dibuka sampai akhir Oktober kemarin. Sekarang volume air sudah semakin surut menjadi 15,5 juta kubik atau surut sekitar 19 juta kubik dari volume normal 34,148 juta kubik," ungkap Ahmad.
Selama enam bulan musim kemarau ini, kata Ahmad, pihaknya mengalirkan air dengan debit konstan 2 meter kubik per detik untuk memenuhi kebutuhan irigasi area pertanian di wilayah Kuningan Timur dan sebagian Kabupaten Cirebon. Berdasarkan perhitungan RTOW itu pula, Ahmad menambahkan, pada November ini wilayah Kuningan diperkirakan mulai memasuki musim penghujan. Sehingga air Waduk Darma tidak lagi dibutuhkan untuk pengairan.
"Ternyata benar, dalam sepekan kemarin sejumlah wilayah di Kabupaten Kuningan mengalami hujan, termasuk di wilayah Darma sempat tiga kali diguyur hujan," ujar Ahmad.
![]() |
Namun demikian, Ahmad memastikan jika dalam kurun waktu ke depan ternyata hujan belum turun merata dan masih ada area pertanian yang membutuhkan pengairan, maka tidak menutup kemungkinan sewaktu-waktu pintu air bisa dibuka. Ini seperti yang pernah terjadi pada akhir Oktober lalu ada permohonan air untuk penyelamatan masa tanam kedua wilayah Ambit dan Seuseupan, Kabupaten Cirebon.
"Alhamdulillah, setelah pengaliran air tersebut areal pertanian padi di dua daerah tersebut bisa selamat hingga panen," ujarnya.
Namun untuk pengaliran air Waduk Darma tersebut, kata Ahmad, ada prosedur yang harus ditempuh petani agar pintu air bisa dibuka. Yaitu dengan mengajukan surat permohonan terlebih dahulu.
"setelah semua prosedur pengajuan disampaikan, kemudian kita proses dengan mempertimbangkan kondisi lahan pertanian apakah memungkinkan untuk pengairan atau tidak. Kalau memang sangat membutuhkan pengairan dan harus ada penyelamatan, baru kita buka pintu air diatur sesuai kebutuhan," ujar Ahmad.
Hal ini dilakukan, kata Ahmad, untuk menjaga ketersediaan air bendungan agar tetap aman. Selain untuk menjaga konstruksi bendungan, cadangan air juga dibutuhkan untuk pasokan air PDAM.
"Kami sudah menetapkan batas bawah cadangan air Waduk Darma adalah sekitar 4 juta meter kubik. Dengan kondisi volume air Waduk Darma saat ini yang masih di angka 15,5 juta meter kubik, berarti cadangan air kita masih aman dan memungkinkan untuk dialirkan jika dibutuhkan. Tapi mudah-mudahan musim kemarau ini segera berakhir sehingga areal pertanian kembali terairi dan volume air Waduk Darma bisa kembali normal seperti semula," harap Ahmad.
(orb/orb)