Kota Bandung saat ini masih disergap bahaya sampah yang menggunung. Fenomena ini membuat siswa-siswi di kota Bandung tak tinggal diam. Melalui tugas sekolahnya, mereka mampu menyulap sampah-sampah plastik jadi barang-barang bernilai jual.
Sudah dari bulan Agustus lalu, para siswa dari SMA BPI 1 jadi petugas kebersihan dadakan. Sepulang sekolah, mereka harus mencari sampah-sampah dari sekolah dan rumah masing-masing. Pada Selasa (31/10/2023) siang, menjadi jadwal mereka untuk mempresentasikan karya di hadapan orang tua dan para guru.
Ada dua belas kelas XI yang mempresentasikan hasil karya yang kreatif dari sampah. Seperti menyulap menjadi tas anyaman, taplak meja, sampai menjadi meja dan kursi. Para pelajar dituntut untuk berkreasi dan mengolah keterampilan tangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hari ini kami buat lima produk yakni vas bunga, tikar dan tas anyaman, taplak meja, hiasan bunga, dan celengan. Bahannya dari sampah yang kami cari dari sekitar sekolah kemudian dibersihkan. Terus kalau bahan yang susah seperti kain perca, itu kami cari ke tukang jahit. Bekas bungkus kopi cari di rumah masing-masing juga, jadi butuh waktu tiga bulan setiap hari Rabu dan Kamis dikerjain waktu pelajaran P5," kata Candy (17), siswa kelas XI-7.
Sementara itu dari kelas lain, membuat produk yang cukup unik yakni kalender dan tanaman hidroponik. Bahan-bahannya tentu saja masih dari sampah. Meskipun mereka dari jurusan IPS, tapi mereka mampu mencari kreasi yang berbau pengetahuan alam.
"Tanaman hidroponik ini dibuat dari botol bekas, perkelompok kan membuat satu produk. Kebetulan kelompok kami tertarik dengan biologi dan coba eksperimen dari sayuran taoge. Nah botol bekas tadi kami cat pakai warna hitam atau gelap, kemudian dihias. Warna gelap ini supaya udara kedap di dalam dan jadi uap, cahaya juga bisa masuk ke dalam untuk membantu pertumbuhan," ucap Rere (16), siswa XI-10.
Selain menyulap botol bekas menjadi tempat tumbuhnya tanaman, ada pula kalender kreasi sendiri dari tutup botol. Kalender ini bahkan bisa digunakan untuk beberapa tahun ke depan. Diungkapkan oleh Rere, proses pembuatan tanaman hidroponik dan kalender tak seberapa sulit dibandingkan dengan kreasi bucket bunga.
"Paling sulit bucket bunga dari botol plastik, karena susah dibentuknya untuk menjadi kelopak. Harus dibentuk sempurna dan kemudian ditempel dengan lem tembak. Kalau lainnya masih lumayan gampang sih, paling kayak sampah kalendernya harus cari dari botol minuman gitu," ujar Rere.
Program mendaur ulang sampah ini merupakan tugas dari pelajaran Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Disampaikan oleh Fitri Kafiyani selaku guru pengampu P5, dalam kurikulum merdeka ini para peserta didik disiapkan untuk mengarungi masa depan menggunakan beragam sumber daya. Salah satunya dengan mendaur ulang produk-produk yang tadinya tak berguna jadi bernilai guna sampai nilai jual.
"Secara teknis kami awalnya memberikan rangsangan, isu ke peserta didik kalau di Bandung ada kejadian kebakaran di TPA dan lain-lain. Jadi apa solusinya? Yakni mendaur ulang sampah plastik, ada yang membuat ecobrick untuk disusun jadi kursi dan meja, jadi sampah bisa berfungsi lagi," ucap Fitri.
Agar tak sekadar jadi barang yang menumpuk, nantinya karya anak-anak akan dipamerkan dalam etalase karya para siswa BPI. Bahkan, jika sudah mendapat penilaian dari para orang tua dan telah diperbaiki, hasil karya anak-anak ini akan dijual jika ada orang tua atau tamu dari SMA BPI yang hendak membeli.
Baca juga: Kisah Melwan dan Kecintaannya Terhadap Melon |
Bukan hanya sekadar apresiasi, pameran hasil karya daur ulang sampah ini juga jadi harapan para orang tua agar anak-anaknya punya jiwa pengusaha. Dari mengasah kreativitas, Ira (44) orang tua salah satu siswa XI-4 berharap para siswa bisa mengasah insting berjualan.
"Iya bagus ini acaranya, kami juga tahu hasil kreativitas mereka. Terus bikin kami juga ingin mendaur ulang sampah, bikin sesuatu yang nggak terpikirkan dan jadi pengin nyoba terapkan. Syukur-syukur jadi nilai jual ya, jadi mereka bisa usaha sendiri," ujar Ira.