10 Istilah di Pesantren, Calon Santri Harus Tahu Nih!

10 Istilah di Pesantren, Calon Santri Harus Tahu Nih!

Hanifah Salsabila - detikJabar
Sabtu, 21 Okt 2023 19:30 WIB
Muslim kids reciting holy Koran
Ilustrasi pesantren (Foto: Getty Images/iStockphoto/DistinctiveImages)
Bandung -

Di kalangan santri, terdapat beberapa istilah yang sering mereka gunakan untuk berkomunikasi. Istilah-istilah ini bisa jadi hanya ditemukan di pondok pesantren tempat para santri menimba ilmu.

Berikut ini sejumlah istilah yang biasa digunakan di kalangan pesantren, bagi kamu yang berminat menjadi santri. Ada apa saja?

1. Iqob atau Ta'zir

Pondok pesantren biasanya memiliki aturan yang ketat. Agar aturan tersebut ditaati oleh santri, perlu adanya hukuman jikalau ada yang melanggar. Hukuman di kalangan santri dikenal dengan Iqob. Ada pula yang mengenal hukuman dengan istilah Ta'zir.

2. Murajaah

Anak pesantren dikenal sebagai pribadi yang memiliki hafalan yang banyak dalam kepalanya. Mereka memang diharuskan untuk menghafal isi Al-Quran. Untuk mempertahankan hafalan-hafalan sejak tingkat satu, perlu dilakukan pengulangan. Di kalangan santri, pengulangan disebut dengan istilah Muraja'ah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

3. IN (Insyaallah Nikmat)

Tidak setiap hari para santri dapat bertemu dengan keluarga, terlebih lagi jika ia berasal dari kota berbeda dengan pondok pesantrennya. Biasanya, keluarga santri memiliki jadwal khusus untuk menjenguk santri. Saat waktu kunjungan tersebut, tak jarang orang tua membawa banyak bekal untuk anaknya, salah satunya makanan. Para santri menyebut bekal ini sebagai IN, kependekan dari Insyaallah Nikmat. Biasanya mereka akan berebut melihat IN apa yang dibawakan oleh orang tua sesama santri.

4. Santri Kalong

Selain berasal dari luar kota, ternyata ada pula santri yang rumahnya tidak jauh dari pondok pesantren tempat belajarnya. Ini membuat ada saja santri yang memilih untuk pulang ke rumah di waktu istirahat. Santri seperti ini disebut dengan Santri Kalong. Namun, perlu diketahui bahwa aktivitas ini tidak boleh mengganggu jadwal santri di pesantren. Santri harus tetap melakukan aktivitas seperti santri lainnya dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

ADVERTISEMENT

5. Santri Mukim

Lawan dari Santri Kalong adalah Santri Mukim. Istilah ini ditujukan kepada santri yang menetap di asrama pesantren semasa proses belajar mengajar berlangsung. Konsekuensinya, mereka berada jauh dari orang tua. Namun, dengan menetap di asrama dapat membantu santri untuk bisa lebih mandiri.

6. Muhadharah

Saat di pesantren, santri biasanya diberi kesempatan untuk belajar dan berlatih memberikan pidato atau ceramah. Teman-teman santri lainnya akan menyaksikan penampilan santri lainnya secara bergiliran. Kegiatan ini disebut sebagai muhadharah.

Di bulan puasa, tak jarang anak pesantren pulang ke rumah untuk melaksanakan puasa bersama keluarga. Terkadang kesempatan ini digunakan untuk mengasah kemampuan public speaking santri. Beberapa pesantren bahkan menugaskan secara khusus pada santrinya untuk menyampaikan ceramah saat kegiatan salat tarawih di lingkungan rumah.

7. Bandongan

Istilah ini digunakan untuk kegiatan pembelajaran kitab kuning. Di sini, para santri akan duduk bersama-sama menghadap kiai yang membacakan kitab tersebut. Setelah dibacakan, kiai juga akan menerjemahkan dan menjelaskan, sedangkan santri bertugas memaknai penjelasan tersebut.

8. Sorogan

Jika bandongan berarti belajar bersama-sama kepada kiai, sorogan berarti belajar seorang diri kepada kiai. Kegiatan ini biasanya dilakukan jika seorang santri butuh perhatian khusus dalam pembimbingan. Menggunakan metode ini, santri akan lebih banyak berinteraksi dengan kiai untuk memperdalam ilmu atau hafalannya.

9. Musyrif

Dalam bahasa Arab, musyrif berarti orang yang mengawasi dan mengontrol. Istilah ini diberikan pada pembimbing santri di pesantren. Musyrif memiliki tanggung jawab atas beberapa santri yang harus diawasi. Atas tugasnya tersebut, musyrif juga disebut sebagai orang tua kedua santri. Tidak hanya bertanggung jawab tentang ibadah santri, musyrif juga bertanggung jawab untuk mengajarkan santri bimbingannya dalam berbagai pekerjaan yang membutuhkan kemampuan dasar seperti bersih-bersih.

10. Ndalem/Khodim

Istilah ini merujuk pada santri yang mengabdikan dirinya pada kiai. Mengabdikan diri berarti ada banyak interaksi dan ilmu yang didapatkan santri lewat kiai yang ia layani. Peran ini dianggap istimewa karena tidak semua santri bisa mendapatkan kesempatan ini.

Itulah beberapa istilah yang perlu diketahui jika kamu ingin menjadi santri. Semoga membantu!




(tya/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads