Sejak ditetapkan pada 2012, tanggal 19 Oktober diperingati sebagai Hari Tulang dan Sendi Sedunia (World Pediatric Bones and Joint Day). Tahun ini, Hari Tulang dan Sendi Sedunia jatuh pada hari Kamis.
Hari Tulang dan Sendi Sedunia merupakan bagian dari penyelenggaraan Pekan Aksi untuk Tulang dan Sendi (Bones and Joint Action Week). Aksi tersebut dilakukan setiap tahunnya pada 12 hingga 20 Oktober. Hari Tulang dan Sendi Sedunia pertama kali diperjuangkan oleh Komunitas Ortopedi Pediatrik Amerika Utara dan Akademi Pediatrik Amerika Serikat. Baru kemudian diobservasi oleh United States Bone and Joint Initiative (USBJI) dan resmi ditetapkan pada 19 Oktober 2012.
Tujuan peringatan Hari Tulang dan Sendi di seluruh dunia adalah untuk menyebarkan kesadaran pentingnya menjaga kesehatan tulang dan sendi. Secara global, terdapat 1,7 milyar orang yang menderita penyakit pada sistem muskuloskeletal. Sistem ini meliputi tulang, otot, saraf, sendi, dan jaringan. Penyakit yang menyerang sistem ini akan berdampak pada kesulitan dalam bergerak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak orang yang mengabaikan penyakit seperti arthritis karena menganggap bahwa penyakit tersebut adalah normal seiring bertambahnya usia. Padahal, selain usia, ada faktor lain yang berdampak secara signifikan. Di antaranya adalah kekurangan asupan vitamin D, kecelakaan, obesitas, cedera saat olahraga, dan lain sebagainya.
Peringatan Hari Tulang dan Sendi ini ditujukan sebagai pengingat bahwa, pada usia dini pun, anak-anak dapat berpotensi memiliki penyakit pada tulang dan sendinya. Jika gejala ringan seperti nyeri pada anak tidak diberi penanganan, dampak jangka panjang akan berpotensi menghantui di usia lanjut.
Tidak hanya nyeri atau luka, obesitas juga bisa berujung pada penyakit yang menyerang sistem muskuloskeletal. Obesitas pada anak dan remaja memiliki risiko tinggi terhadap masalah tulang dan sendi. Kondisi ini dapat mengganggu kenyamanan dan kemampuan dalam beraktivitas.
Salah satu penyakit yang menjadi momok di seluruh dunia adalah sakit atau nyeri punggung bawah (low back pain). Berdasarkan data yang dihimpun oleh Global Alliance for Musculoskeletal Health (GMUSC) pada 2020, terdapat 619 juta orang di dunia yang menderita nyeri punggung. Angka ini kemudian diperkirakan akan meningkat jika tidak ada perhatian khusus.
Di Indonesia, berdasarkan data dari WHO Rehabilitation Need Estimator, terdapat 22 ribu orang terdampak nyeri punggung pada 2019. Angka ini merupakan hasil peningkatan sebesar 76,1% sejak 1990.
Sudah seharusnya masyarakat dunia memberikan perhatian khusus untuk kesehatan tulang dan sendi. Bukan hanya lewat konsumsi susu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah gaya hidup, asupan vitamin D yang cukup, intensitas gerak, dan tentu saja pola makan.
(tya/tey)