Keracunan massal di Jawa Barat menjadi sorotan. Dalam satu bulan terakhir ini, tercatat ada empat kasus keracunan massal yang terjadi di Garut, Bandung Barat dan yang terakhir di Cianjur.
Pada Selasa 26 September 2023, puluhan siswa SDN Jati 3 di Bandung Barat mengalami keracunan massal setelah mengonsumsi aci mini alias cimin. Bahkan satu siswa kemudian meninggal dunia karena kejadian itu.
Kemudian pada Senin 9 Oktober 2023, puluhan orang di Garut dan Tasikmalaya keracunan massal setelah menyantap sate jebred. Keracunan ini juga membuat tiga warga meninggal dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keracunan massal kemudian kembali dialami siswa SDN 1 dan 2 Cimerang, Padalarang, Bandung Barat pada Rabu 11 Oktober 2023. Tercatat ada 20 siswa yang keracunan setelah meminum yoghurt.
Terakhir, keracunan massal juga terjadi di Kecamatan Cibeber, Cianjur pada Jumat 13 Oktober 2023. Belasan warga disana mengalami pusing hingga mual setelah mengonsumsi makanan yang dibagikan usai kegiatan Muludan.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Vini Adiani Dewi mengungkapkan, keracunan massal yang banyak terjadi saat ini selain dikarenakan adanya paparan bakteri pada makanan, juga disebabkan faktor cuaca.
"Di cuaca ekstrem seperti sekarangkan kemungkinan penyakit-penyakit muncul yah," kata Vini, Sabtu (14/10/2023).
Dia menerangkan, fenomena El Nino selain kepada cuaca juga berdampak pada kesehatan manusia. Karena itu, Dinkes Jabar sejak lama sudah mengedarkan surat imbauan terkait antisipasi dampak El Nino terhadap kesehatan.
Baca juga: 3 Nyawa Melayang gegara Sate Jebred |
"Jadi kami sudah membuat surat edaran sebetulnya antisipasi untuk menghadapi musim kering ini karena ada fenomena El Nino," ujarnya.
Terkait maraknya kasus keracunan khususnya di lingkungan sekolah, Vini menerangkan upaya penguatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) akan kembali digalakkan. Dinkes Jabar juga bakal melakukan rapat kordinasi khusus untuk membahas keracunan massal.
"Dengan menyikapi hal ini kita akan mengadakan rakor nih sekalian di minggu depan kami ada rakor yah untuk evaluasi ini, dan kebetulan juga kemarin ada pertemuan UKS sebetulnya," tegas Vini.
Dia memaparkan, dari hasil pemeriksaan laboratorium, sebagian besar makanan penyebab keracunan tidak mengandung zat kimia. Sehingga menurutnya, keracunan disebabkan karana makanan yang terpapar bakteri.
"Karena ternyata kemarin saja yang KBB itu kan tidak ada racun, tapi adanya bakteri gitu kandungan bakteri," ujarnya.
Lebih lanjut, Vini juga meminta kepada daerah untuk segera melapor ketika terjadi kasus keracunan. Menurutnya saat ini masih ada beberapa kejadian yang tidak dilaporkan dan luput dari pengawasan Dinkes Jabar.
"Nah kayaknya nanti ada evaluasi. Karena ibu menyuruh kota/kabupaten takutnya tidak ada yang melaporkan. Periode kemarin tuh di Bekasi kan yah, yang sudah terlaporkan itu Bekasi, Garut, KBB dua," tutup Vini.
(bba/sud)