Kata Badan Geologi soal Semburan Gas dari Sumur di Bogor

Kata Badan Geologi soal Semburan Gas dari Sumur di Bogor

Bima Bagaskara - detikJabar
Jumat, 13 Okt 2023 20:15 WIB
Semburan gas terjadi dari sebuah sumur bor milik warga di Sukaraja, Kabupaten Bogor.
Foto: Semburan gas terjadi dari sebuah sumur bor milik warga di Sukaraja, Kabupaten Bogor. (dok. BPBD Kabupaten Bogor)
Bandung -

Semburan air bercampur gas yang keluar dari lubang sumur bor sedalam 130 meter di Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat mengejutkan banyak orang. Meski saat ini semburan itu telah berhenti, namun warga di sekitar lokasi masih merasa khawatir.

Badan Geologi langsung turun tangan menyelidiki penyebab semburan tersebut. Plt Kepala Badan Geologi M. Wafid mengatakan, munculnya semburan air bercampur gas merupakan fenomena yang umum terjadi.

"Munculnya beberapa semburan air bercampur gas pada sumur bor masyarakat secara geologis merupakan fenomena geologi yang umum, seperti yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia," kata Wafid dalam keterangan tertulisnya, Jumat (13/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan, gas dari semburan itu merupakan gas biogenic yang sering muncul di rawa atau sawah, sehingga disebut gas metan sawah atau gas metan rawa, sesuai yang telah diidentifikasi oleh PGN (Perusahaan Gas Negara).

"Gas tersebut dihasilkan dari aktivitas dekomposisi material organic pada suatu rawa-rawa di masa lampau. Gas tersebut di bawah permukaan akan terakumulasi dan tertangkap pada kantong-kantong dengan sebaran yang relatif tidak luas," jelasnya.

ADVERTISEMENT

"Umumnya terperangkap pada lapisan sedimen yang berumur muda (kurang dari 10.000 tahun) dan muncul ke permukaan sebagai semburan biasanya akibat tertembusnya lapisan perangkap gas tersebut pada kedalaman tertentu," lanjutnya menerangkan.

Wafid menyebut, biasanya kejadian munculnya semburan air disertai gas tidak akan berlangsung lama, maksimal hanya dua bulan.

Hal tersebut menurutnya sangat memungkinkan berdasarkan atas kondisi geologi lokasi munculnya semburan gas bercampur air yang berada pada Kipas Alluvium, tersusun atas lempung, lanau batupasir, kerikil, dan kerakal.

"Batuan tersebut terbentuk oleh aktivitas sungai yang berasosiasi dengan rawa-rawa. Dekomposisi material organic terjadi pada tumbuh-tumbuhan yang hidup pada ekosistem rawa untuk kemudian seiring berjalannya waktu geologis akan tertimbun oleh material sedimen," paparnya.

Lebih lanjut, Wafid memastikan Badan Geologi melalui Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan berencana akan melakukan kunjungan lapangan pada lokasi semburan tersebut. "Untuk dilakukan pengukuran sifat kimia-fisika air di lapangan dan analisis hidrokimia di laboratorium," pungkasnya.

(bba/mso)


Hide Ads