Dalam dunia musik, budaya produksi mandiri merupakan perwujudan nyata dari semangat inovatif dan pemanfaatan teknologi. Pergerakan ini terus berkembang, sebagaimana digencarkan oleh Sekolah Tinggi Musik Bandung (STiMB) yang mendorong mahasiswanya untuk terus terdepan dalam hal eksplorasi dan penciptaan musik.
Sejalan dengan hal tersebut, Ketua STiMB Dini Ardiningsih menekankan pentingnya bagi musisi modern untuk tidak hanya menjadi seorang performer, tetapi juga harus memiliki keterampilan lebih.
"Musisi saat ini idealnya memiliki kemampuan untuk mendokumentasikan karyanya dengan cara merekam komposisi musiknya sendiri. Mereka tidak hanya harus menjadi penampil yang hebat, tetapi juga menjadi seorang produser yang mampu menghasilkan rekaman berkualitas tinggi," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (13/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dini menjelaskan produksi karya mandiri adalah evolusi alami dalam dunia musik digital mandiri yang memberikan musisi kontrol penuh atas karya-karya mereka. Perangkat lunak DAW dan software pelengkap lainnya menjadi inti dari produksi musik mandiri.
Ia menerangkan mahasiswa STiMB menggunakan beberapa perangkat lunak tersebut untuk merekam, menyunting dan mengatur komposisi mereka. Dengan itu, mereka dapat dengan mudah mengeksplorasi berbagai genre musik, menciptakan proyek-proyek kolaboratif yang unik dan merespon tren musik terbaru.
Menurut Dini, perangkat lunak tersebut juga memungkinkan mereka untuk menciptakan efek dan suara khusus yang memperkaya karya-karya mereka.
Saat ini, tren musik di seluruh dunia telah bergerak menuju platform musik digital seperti Spotify, Apple Music, SoundCloud dan lain sebagainya. Baiknya, mahasiswa STiMB telah menyadari potensi besar yang ditawarkan oleh platform tersebut.
Dini mengungkapkan para mahasiswa dapat dengan mudah mengunggah karya-karya musik mereka, membuat profil artistik, dan menjangkau pendengar di seluruh dunia tanpa perlu melibatkan label rekaman besar.
Hal tersebut ia nilai sangat baik, selain dapat memberi mahasiswa kendali penuh atas distribusi musik mereka, hal itu juga sekaligus membebaskan mereka untuk mengeksplorasi berbagai genre dan menghasilkan karya-karya yang lebih eksperimental.
Dini pun mencontohkan seorang mahasiswa STiMB dengan nama alias Harsy, yang telah merilis lagu berjudul Bring Me Down, berkolaborasi dengan mahasiswa STiMB lainnya bernama Andriligar. Lagu ini sudah rilis di beberapa platform musik digital, dan menempati urutan pertama Top 40 di situs indonesiadancechart.id pada minggu ke-19 tahun 2023.
Lebih lanjut, ia mengatakan media sosial dan jejaring musik online memungkinkan mahasiswa STiMB untuk membangun basis penggemar mereka sendiri. Mereka dapat berinteraksi dengan pendengar, mendapatkan umpan balik langsung dan mempromosikan konser atau rilis musik mereka secara langsung kepada penggemar mereka.
Menurutnya, potensi tersebut menjadi langkah krusial dalam membangun karier musik yang berkelanjutan dan memperluas jangkauan mahasiswa dalam mengeksplorasi musik.
Dini melanjutkan kombinasi antara budaya produksi mandiri dan tren musik digital ini telah menciptakan lingkungan yang sangat dinamis di STiMB. Mahasiswa tidak hanya belajar tentang aspek kreatif dari musik tetapi juga memahami bagaimana mengelola karier musik mereka sendiri.
Hal tersebut memungkinkan para mahasiswa untuk berkembang sebagai artis atau performer sekaligus menjadi pengusaha musik yang cerdik, menjadikan STiMB sebagai lembaga yang relevan dan adaptif dalam dunia musik yang terus berubah.
(akn/ega)