Musim kemarau sedang terjadi di Indonesia. Kota Bandung pun kena imbasnya. Jika pada musim kemarau biasanya kota Bandung dan sekitarnya (termasuk Bandung Raya) masih memiliki stok air yang cukup hingga musim hujan datang, kali ini kondisinya sedikit berbeda. Kota Bandung mulai terancam kekurangan air bersih.
Hal ini diungkapkan oleh Tati (60), Ketua RT 05 RW 04, Kelurahan Pasir Kaliki Kecamatan Cicendo. Kediamannya terletak tak jauh dari Sumur Siuk, sumber mata air di tengah kota Bandung yang terkenal bersejarah.
Baca juga: Cinta Ditolak, Cekikan Maut Bertindak |
Sejak kecil, lebih dari 50 tahun sudah, ia tinggal di perkampungan padat penduduk ini. Sejak dulu Sumur Siuk selalu berkelimpahan air. Tapi ia mengaku sedikit kaget, karena pada musim kemarau tahun ini membuat warga merasa kesulitan mencari air bersih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi sebetulnya kemarin-kemarin itu agak dalam ngambil airnya, jadi susah ya. Ini tumben baru tahun ini kok agak capek gitu ngambil air mah, susah air bersih. Kelihatannya mungkin bagian bawahnya itu banyak lumpur, jadi kemarin sempat dibersihkan jadi airnya juga agak bening," cerita Tati pada detikJabar Rabu (11/10/2023).
Ia menyebut bahwa warga tak terlalu khawatir karena kalau hujan turun, maka sumur siuk akan kembali terisi air. Tapi tak bisa dipungkiri kalau ada sekitar 20 KK yang bergantung dengan air dari sumur kedalaman enam meter itu.
"Karena agak kering jadi minta bantuan ke KONI. Terus ada beberapa wilayah yang belum kekeringan itu juga ngasih, ya alhamdulillah saling bantu aja. Ditaruh di sumur itu lagi jadi kalau ada yang butuh pada ngambil kesitu, kan kalau ngantri kasihan takutnya ada yang nggak kebagian. Dari PDAM enggak ada, mungkin juga kurang air ya di sana," ucap Tati.
"Sebetulnya kalau hujan sehari, air serapan suka pada keluar kan ada bolong-bolong dari lubang air serapan itu. Bisa penuh kalau hujan. Jadi semoga cepat hujan. Warga yang butuh sih biasanya yang belum punya toilet atau ngontrak gitu, kalau warga lain kebanyakan sudah punya jet pam, ledeng, nah ini mah kita cari lah bantuan gimana biar ada air bersih," tambahnya.
Sementara itu, perkampungan padat penduduk Kelurahan Tamansari, Bandung Wetan, Kota Bandung, bahkan lebih kelimpungan soal air. Diungkapkan oleh Aceng (66), Ketua RT 03 RW 16, tiga bulan sudah PDAM tak mengaliri air ke perkampungannya. Hal ini membuat warga pun berusaha membuat sumur galian sendiri.
"Kekeringan ini, sudah nggak ngalir hampir tiga bulan, sudah hubungi PDAM tapi airnya tetep nggak ada. Jadi masing-masing gali sumur ngebor. Tapi ada yang berhasil dan tidak, tergantung bawah tanahnya itu. Sudah lima sumur dalam tiga bulan digali," ucap Aceng.
Katanya, warga biasa mengambil dari sumur masjid yang tidak kekurangan air. Tapi, pemakaiannya pun tentu terbatas. Padahal ada total sekitar 80 KK yang masih membutuhkan air bersih dan bergantung dari PDAM.
Baca juga: Kembalinya Ketajaman David da Silva |
"Dulu itu kan air itu giliran. Sekarang nggak ada sama sekali. Biasanya jam 12.00-16.00 WIB harus ngantri stok air. Jadi yang kalau mau tahajud ya agak susah ya. Di bawah juga ada yang gali-gali sumur, tapi kelihatannya lebih cepat nemunya. Kalau (aksesnya) semakin ke atas itu semakin sulit," kata Aceng.
Selain masalah air, Aceng juga berkeluh kesah sedikit masalah sampah. Kata dia, kalau masalah sampah sudah terlalu sering dialami kampungnya. "Sampah juga, dari dulu sampai sekarang sama. Misahin mah kalau anorganik sudah ada yang ngambil, jadi ya tinggal residu dan organik atau sampah dapurnya. Ini sampah sudah jarang diambil," keluh dia.
(aau/mso)