Gurun Sahara Pernah Hijau, Begini Sejarahnya

Kabar Internasional

Gurun Sahara Pernah Hijau, Begini Sejarahnya

Tim detikedu - detikJabar
Senin, 02 Okt 2023 03:00 WIB
Gurun sahara bersalju di awal Januari 2021.
Gurun Sahara Foto: (Karim Bouchetata)
Jakarta -

Gurun Sahara yang dikenal dengan hamparan pasir ternyata dulunya pernah hijau. Gurun Sahara ternyata sudah mengalami perubahan selama miliaran tahun.

Perubahan yang dimaksud mulai dari perubahan lokasi benua hingga susunan atmosfer. Hal itu terkuak usai peneliti dari Finlandia dan Inggris melakukan rekonstruksi mengenai perubahan atau transformasi periodik di gurun Sahara.

Dilansir dari detikEdu, proses rekonstruksi menggunakan permodelan baru. Tim juga menemukan hal-hal yang dapat digunakan untuk melengkapi sejarah transformasi gurun Sahara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Transformasi gurun Sahara yang menjadi sabana dan hutan adalah salah satu perubahan lingkungan paling luar biasa di Bumi," jelas Edward Armstrong, ilmuwan iklim dari Universitas Helsinki di Finlandia, dikutip dari Science Alert.

"Penelitian kami adalah salah satu studi mengenai model iklim pertama yang mensimulasikan periode lembab di Afrika yang sebanding dengan pengamatan iklim purba, untuk mengungkapkan mengapa dan kapan peristiwa ini terjadi," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Peneliti fokus terhadap periode lembap Afrika. Rentang waktunya ketika Benua Afrika jauh kebiu basah dan hijau dibandingkan saat ini.

Peneliti juga menggunakan model iklim untuk menyelidiki rentang waktu dan kekuatan faktor pendorong terjadinya periode tersebut.

Ini juga turut mendukung hipotesis lama dari peneliti yang menilai periode lembap di Afrika didorong oleh presisi orbit Bumi.

Presesi orbit Bumi merupakan kondisi cara Bumi dalam bergerak pada porosnya atau rotasi dalam siklus 21.000 tahun. Gerakan bumi tersebut yang mempengaruhi variasi antara empat musim dan kekuatan monsun Afrika.

Presisi ini juga turut mengungkap adanya musim panas yang lebih hangat di daerah belahan Bumi Utara. Kemudian saat itu monsun akan lebih banyak terjadi di bagian Afrika Barat. Sehingga akan menyebabkan curah hujan tinggi di gurun Sahara.

Lebih jauh dari itu, saat zaman es dimana gletser raksasa menutupi garis lintang, terdapat penemuan lain bila efek gerakan pada orbit Bumi berkurang dan menyebabkan wilayah utara menjadi lebih dingin.

Dengan diketahuinya gurun Sahara pernah basah dan hijau, maka hal tersebut bisa digunakan sebagai pengetahuan persebaran manusia di seluruh dunia. Bahkan hewan-hewan seperti kuda nil dapat menghuni wilayah ini.

Peluang ini dapat dimanfaatkan manusia untuk berpindah dengan melintasi gurun Sahara yang biasanya sulit menjadi mudah untuk diakses dan dilalui.

"Keberhasilan merekonstruksi periode lembap di Afrika Utara merupakan pencapaian yang besar, dan berarti kami sekarang juga lebih mampu membuat pemodelan distribusi manusia serta memahami evolusi genus di Afrika," ungkap Miikka Tallavaara, ahli geosains dari Universitas Helsinki.


Artikel ini sudah tayang di detikEdu, baca selengkapnya di sini




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads