Sebanyak 150 orang peserta mengikuti acara "Gerakan 1000 Moms Cerdas Kelola Sampah" pada Sabtu (30/9/2023) di Masjid Salman ITB, Jalan Ganesa No. 7, Kota Bandung, Sabtu (30/9/2023) yang digelar Masjid Salman ITB melalui Wakaf Salman bersama Saviorangers.
Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan pengetahuan kepada masyarakat, khususnya ibu rumah tangga di Bandung dan sekitarnya dengan memberikan pelatihan pengelolaan sampah.
Masalah sampah di Kota Bandung menjadi salah satu faktor diadakannya acara ini. Diharapkan dengan adanya edukasi mengenai cara pengelolaan sampah secara mandiri, dapat membantu mengurangi jumlah sampah dari rumah masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebanyak-banyaknya ibu-ibu bisa ikut tergerak mengelola sampah mulai dari rumah masing-masing karena yang paling susah itu memberikan kesadaran dan mindset bahwa sampah itu tanggung jawab kita sendiri yang harus mengelolanya," ucap Bayu Rian selaku General Manager Wakaf Salman.
Wakaf Salman dan Saviorangers meyakini bahwa ibu rumah tangga memiliki peran sentral dalam keluarga dan lingkungan terdekatnya dalam mengedukasi pemilahan sampah, khususnya pengelolaan sampah sisa makanan rumah sehingga memberikan solusi dengan mewadahi para ibu rumah tangga dalam workshop dan pelatihan ini.
Solusi yang disediakan Wakaf Salman dan Saviorangers ini juga sejalan dengan misi Masjid Salman ITB, yaitu menjadi Masjid ramah lingkungan. Selain workshop yang menjelaskan pengelolaan sampah, terdapat aksi sedekah sampah dan minyak jelantah yang diinisiasi oleh Saviorangers dan Asosiasi Kafe dan Restoran (AKAR Community).
Saat datang, para peserta mengantri untuk menyetorkan sampah kepada panitia. Sampah ini kemudian akan dikelola oleh panitia menjadi hal-hal bernilai untuk program pemberdayaan sampah lainnya di Masjid Salman ITB.
Sampah yang dibawa berupa sampah kering yang dikelompokkan menjadi 3 jenis, yakni sampah botol, kaleng, dan kertas.
Gun Gun Saptari yang merupakan salah satu mentor Salman Ramah Lingkungan menjadi pembicara pada acara ini. Pria yang akrab disapa "Kang Gun Gun" ini memberikan materi kepada peserta berupa tayangan video sekaligus menjelaskan seputar sampah dan cara pengelolaannya.
Materi yang disampaikan terbilang mudah dipahami dengan adanya video ataupun penjelasan yang menjadi gambaran untuk dimengerti dan dicontoh oleh peserta.
Dari pantauan detikJabar, para peserta yang terdiri dari ibu-ibu, bapak-bapak, dan beberapa anak muda terlihat antusias untuk belajar lebih dalam mengenai cara mengelola sampah menjadi kompos.
Terlihat para peserta aktif bertanya dan menyimak dengan saksama selama sesi acara. Bahkan, acara yang difokuskan untuk masyarakat Bandung Raya ini juga mengundang antusiasme masyarakat dari luar Bandung dengan adanya kehadiran peserta yang berasal dari Karawang.
Bayu Rian mengatakan bahwa program ini memang difokuskan untuk dilaksanakan secara offline atau langsung kepada masyarakat agar bisa belajar bersama-sama dan membangun kesadaran masyarakat. Rencananya, acara pelatihan ini juga akan dikemas menjadi video agar bisa bermanfaat bagi yang membutuhkan.
"Acara ini InsyaAllah pelatihannya akan kita jadikan video pembelajaran yang bisa diakses juga melalui kanal-kanal Wakaf Salman," ujar Bayu.
Ratih (41), salah satu peserta acara ini, sudah setahun mengelola sampah organik menjadi kompos di rumahnya. Bermodal mencari informasi sendiri dari internet dan orang sekitar, Ratih telah menjadi Kader PKK yang mensosialisasikan tentang sampah di RW tempat tinggalnya dan membuka bank sampah di rumahnya sejak 2022. Meski tidak memiliki lahan tanah, ia tetap bisa mengelola sampah dengan baik. "Pakai karung kecil sama ember bekas cat terus dibolongi bawahnya, soalnya ga ada tanah di rumah paving semua," ujarnya.
Ratih merasa senang mengikuti acara workshop edukasi yang diselenggarakan oleh Wakaf Salman dan Saviorangers karena menambah ilmu. Ia juga menceritakan alasannya mengikuti acara ini. "Pengen tahu, terus tadi ada yang saya ga tahu haru bagaimana, jadi nanti tinggal di-share juga di wilayah saya", ucap Ratih.
Begitu juga dengan Diana (50) yang belum pernah mencoba mengelola sampah organik, namun sebelumnya ia sudah rutin memilah sampah anorganik dan menyetornya ke bank sampah ddkat rumahnya. "Bagus (acaranya), apalagi sekarang sampah susah dibuang udah berapa hari sampah numpuk di rumah, jadi bisa belajar bagaimana mengelola sampah di rumah sendiri," ucapnya.
(tey/tey)