Sejarah G30S PKI: Tragedi yang Meninggalkan Bekas Mendalam

Sejarah G30S PKI: Tragedi yang Meninggalkan Bekas Mendalam

Hasan Zuhdi - detikJabar
Kamis, 28 Sep 2023 19:01 WIB
Monumen G30S PKI: Serba-serbi Monumen Pancasila Sakti
Monumen G30S PKI: Serba-serbi Monumen Pancasila Sakti (Foto: Rully Kurniawan/detikcom).
Bandung -

Gerakan 30 September atau yang dikenal sebagai G30S PKI merupakan salah satu sejarah kelam yang terjadi di Indonesia pada tahun 1965.

Peristiwa ini menjadi tonggak penting dalam sejarah Indonesia yang berdampak signifikan terhadap perjalanan politik dan sosial di negara ini akibat pengkhianatan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Salah satu bentuk pengkhianatannya, yakni pada peristiwa berdarah yang menelan korban sejumlah petinggi TNI dan perwira TNI secara sadis dan brutal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas bagaimana peristiwa kelam ini bisa terjadi? Berikut sejarah dan kronologisnya.

Latar Belakang Terbentuknya Partai Komunis di Indonesia

Dilansir dari laman SMAN 13 Semarang, Partai Komunis Indonesia (PKI) berdiri pada tanggal 23 Mei 1914 melalui organisasi Indische Sosial Democratische Vereeniging (ISDV) yang diprakarsai oleh seorang aktivis komunis asal Belanda, Henk Sneevliet.

ADVERTISEMENT

Sneevliet awalnya menyebarkan paham komunisme melalui Sarekat Islam, di mana tokoh-tokoh seperti Semaun, Alimin, dan Darsono aktif dalam menyebarkan pandangan komunis.

Akibatnya, terjadilah perpecahan internal dalam Sarekat Islam yang menyebabkan organisasi terbagi menjadi dua kubu, yaitu SI merah (Komunis) dan SI putih (Islam).

Semaun dan anggota kubu SI Merah, mengadakan kongres ISDV pada Mei 1920 di Semarang. Dari kongres tersebut, menghasilkan transformasi nama ISDV menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH) dengan Semaun sebagai ketua dan Darsono sebagai wakil ketuanya.

Pada tahun 1924, terjadi perubahan nama kembali dari PKH menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada saat itu, PKI dikenal sebagai organisasi dengan orientasi radikal dan pernah terlibat dalam beberapa pemberontakan, seperti pada tahun 1928, 1948, dan 1965. Akibatnya, pemerintah Hindia Belanda melarang PKI dan mengasingkan beberapa pemimpinnya.

Penyebab Terjadinya Peristiwa G30S/PKI

Pada masa itu, Indonesia mengalami ketegangan politik dan ekonomi yang tinggi. Presiden Soekarno yang sedang menjabat, berada di tengah konflik antara kelompok sayap kiri dan sayap kanan dalam pemerintahan. Kelompok sayap kiri, yang dipimpin oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), semakin menguat dan menuntut peran yang lebih besar dalam pemerintahan.

Hal itu juga ditambah dengan adanya kekhawatiran dari PKI terhadap kondisi kesehatan Presiden Soekarno yang makin memburuk. Sehingga, banyak pihak yang mempertanyakan tentang siapakah yang akan menjadi penerus pemimpin Indonesia berikutnya. Dari hal tersebut, terjadilah persaingan ketat yang melibatkan kelompok PKI dengan TNI.

PKI yang memiliki tujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara komunis, akhirnya melakukan berbagai upaya secara paksa agar pemerintahan Soekarno jatuh ke tangannya.

Kronologi Peristiwa G30S/PKI

Di pertengahan malam antara tanggal 30 September 1965 dan 1 Oktober 1965, pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI), Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit, memerintahkan kepada sebuah kelompok pemberontak yang terdiri dari Pasukan Cakrabirawa dan Anggota PKI, untuk melancarkan gerakan kudeta terhadap pemerintahan Soekarno.

Kelompok pasukan tersebut, bergerak dari Halim Perdanakusuma untuk menculik ketujuh jenderal tinggi TNI yang sengaja dituduh sebagai Dewan Jenderal yang akan merebut kekuasaan pada hari angkatan bersenjata 5 Oktiober 1965. Aksi penculikan ini, dikomandoi oleh Komandan Batalyon I Cakrabirawa, Letnan Kolonel Untung Syamsuri.

Ketika malam penculikan terjadi, pasukan Cakrabirawa membunuh langsung ketiga jenderal di kediaman mereka masing-masing, yaitu Letjen Ahmad Yani, Mayjen MT Haryono, dan Brigjen DI Panjaitan.

Sedangkan, jenderal lainnya seperti Mayjen Suprapto, Mayjen S. Parman, Brigjen Sutoyo, dan Kapten Tendean, ditangkap hidup-hidup dan disiksa di rumah penyiksaan, Jakarta Timur.

Para korban, baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup, dibawa ke sebuah sumur tua berdiameter 75 cm dan memiliki kedalaman 12 meter yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Semua korban tewas dan jasad mereka, ditempatkan ke dalam sumur tersebut.

Pada tanggal 3 Oktober 1965, jasad mereka akhirnya ditemukan. Jenderal AH Nasution, yang merupakan target utama penculikan, berhasil melarikan diri dengan melewati dinding yang berbatasan dengan taman di Kedutaan Besar Irak. Akan tetapi putri kecilnya yang berusia 5 tahun, Ade Irma Suryani, tertembak oleh peluru salah satu anggota Cakrabirawa saat tragedi penculikan di rumahnya.

Rumah Wakil Perdana Menteri II, Dr. J. Leimena, yang juga merupakan tetangga dari rumah Jenderal AH Nasution, turut didatangi oleh beberapa pasukan Cakrabirawa. Hal itu dilakukan agar para pengawalnya tidak mengganggu saat proses penculikan Jenderal AH Nasution. Akibatnya, Brigadir Polisi Satsuit Tubun, tewas dalam baku tembak yang terjadi di rumah itu.

Tak hanya di Jakarta, pemberontakan PKI juga terjadi di wilayah Yogyakarta yang dipimpin oleh Mayor Mulyono. Pemberontakan tersebut menyebabkan Kolonel Katamso, Komandan Korem 072/Yogyakarta, dan Letnan Kolonel Sugiyono, Kepala Staf Korem, gugur dalam peristiwa itu.

Tujuan G30S/PKI

Dilansir dari laman Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya, Gerakan 30 September PKI memiliki tujuan yang berkaitan dengan:

1. Pengambilalihan Kekuasaan

Gerakan ini diduga memiliki tujuan utama untuk merebut kendali pemerintahan di Indonesia. Anggota gerakan ini, yang dianggap terkait dengan PKI, berusaha untuk mengkudeta negara agar dapat mengubah struktur politik negara sesuai dengan pandangan ideologis mereka.

2. Mendukung Agenda Komunis

PKI merupakan partai komunis dengan berpandangan sosialis dan komunis. Salah satu tujuan gerakan ini mungkin adalah untuk memindahkan arah politik nasional ke arah yang lebih sejalan dengan pandangan PKI, yang mencakup redistribusi kekayaan, reforma agraria, dan penghapusan sistem kapitalisme.

3. Menghapus Pengaruh Militer

Gerakan ini juga mungkin bertujuan untuk melemahkan peran dan pengaruh militer dalam politik Indonesia. Keterlibatan perwira tinggi militer dalam gerakan ini dapat diartikan sebagai upaya untuk menggantikan struktur kekuasaan yang ada dengan kekuatan yang lebih mendukung ideologi komunis.

4. Menghapus Faksi-faksi Tertentu

Beberapa pandangan menyatakan bahwa gerakan ini bertujuan untuk menghilangkan faksi-faksi tertentu dalam lingkaran militer atau politik yang dianggap tidak sejalan dengan agenda gerakan atau PKI. Pembunuhan perwira tinggi militer juga mungkin diinterpretasikan sebagai langkah untuk mengurangi perlawanan terhadap perubahan politik yang direncanakan.

5. Menciptakan Perubahan Sosial

PKI memiliki visi perubahan sosial yang luas, termasuk perubahan dalam distribusi kekayaan dan penghapusan ketidaksetaraan. Gerakan ini mungkin bertujuan untuk mendorong perubahan sosial melalui pengambilalihan kekuasaan dan implementasi kebijakan-kebijakan komunis.

Pengaruh Jangka Panjang Bagi Wajah Indonesia

Peristiwa G30S/PKI adalah sebuah tragedi yang meninggalkan bekas mendalam dalam sejarah Indonesia. Pembantaian massal dan penghilangan orang-orang yang dianggap terlibat dalam peristiwa ini masih menjadi topik sensitif dalam masyarakat Indonesia hingga saat ini. Selain itu, peristiwa ini juga memengaruhi perkembangan politik dan sosial Indonesia dalam beberapa dekade ke depan.

Meskipun telah berlalu puluhan tahun sejak peristiwa G30S/PKI, peristiwa tersebut tetap menjadi titik terang yang menyala dalam ingatan kolektif bangsa Indonesia. Sebagai negara yang berkembang, Indonesia terus berusaha untuk memahami dan mengatasi warisan buruk dari peristiwa tersebut sambil bergerak maju menuju masa depan yang lebih baik.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads