Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut terus berupaya melakukan pengendalian inflasi di daerah. Salah satunya melalui program Halaman Rumah Masyarakat Terpadu (Harum Madu).
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga Gunasantika mengatakan kehadiran program Harum Madu berhasil menekan inflasi dan membantu masyarakat memenuhi kebutuhan pangan di tengah kenaikan harga. Karena dengan memanfaatkan halaman rumah, masyarakat bisa memproduksi cabai, sayuran, dan umbi-umbian sendiri.
Dalam evaluasi terakhir, hampir seluruh desa di Kabupaten Garut telah berhasil mengimplementasikan program ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Outputnya) ya tadi artinya satu yang awalnya yang target output awal itu untuk pemenuhan kebutuhan keluarga, yang kedua itu untuk penumbuhan ekonomi lokal tingkat desa begitu di situ ya di tingkat keluarga, yang ketiganya jauh-jauhnya itu untuk menangani inflasi daerah, kemarin terbukti setidaknya pada saat harga cabai di atas rata-rata mereka kan untuk pemenuhan kebutuhan itu bisa ngambil dari lahan pekarangan begitu ya," ucap Beni dalam keterangan tertulis, Kamis (28/9/2023).
Dia menjelaskan saat ini sudah banyak desa yang mulai bergerak menuju fungsi ekonomi dari pemanfaatan Harum Madu. Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, di desa tersebut juga sudah mulai tumbuh ekonomi lokal, di mana dalam skala kecil desa tersebut bermitra dengan pasar untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Selain itu, melalui Program Harum Madu ini juga menjadi solusi bagi daerah yang mengalami kesulitan air.
"Nah malah sekarang di beberapa titik kemarin terakhir ke Malangbong ya hari kemarin, di tengah susah air, di tengah kesulitan untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku, mereka memanfaatkan hasil dari tanaman halaman pekarangan mereka, karena intinya kan kalau di rumah masing-masing kan untuk pemenuhan kebutuhan penyiraman air kan tidak terlalu luas seperti di kebun begitu ya, jadi setidaknya untuk pemenuhan kebutuhan sayuran daun, umbi begitu ya (terpenuhi)," ungkapnya.
Dalam memasifkan program Harum Madu, pihaknya berkoordinasi dengan sejumlah pihak, mulai dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Garut hingga Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Kabupaten Garut.
Selain itu Pemkab Garut juga menerapkan Program Harus Madu sebagai salah satu target Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) bagi 286 petugas lapangan yang ada di Dinas Pertanian.
"Karena kita kan punya penyuluh itu hampir 268 orang di masing-masing kecamatan, mereka punya desa binaan, targetnya salah satunya itu, jadi kalau itu tercapai target berarti SKP-nya tidak sesuai dengan target, artinya TKD yang mereka terima juga akan terkurangi begitu," tuturnya.
Dia berharap program Harum Madu di Kabupaten Garut diharapkan dapat terus berkembang untuk mendorong kemandirian pangan di tingkat keluarga dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Atas upaya keras menekan inflasi daerah, salah satunya melalui Program Harum Madu ini, Kabupaten Garut mendapatkan apresiasi melalui insentif fiskal senilai Rp 10.634.802.000 yang diserahkan langsung oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian kepada Bupati Garut, Rudy Gunawan, pada akhir Juli lalu.
"Kemarin Alhamdulillah dari seluruh gerakan itu dari Harum Madu begitu ya, dari kerjasama antar daerah, kita kan dapat apresiasi untuk penanganan inflasi daerah," jelas Beni.
Sebagai informasi, dicanangkan pada Februari 2023, kini manfaat program tersebut telah dirasakan oleh 382 desa di 42 kecamatan di Kabupaten Garut. Atau hampir 80% dari jumlah desa di Kabupaten Garut yang mengadopsinya.
Banyak warga yang mulai memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam beberapa komoditas vital, seperti cabai, tomat, selada dan lainnya.
Salah satu kawasan yang menonjol dalam menerapkan Harum Madu adalah RW 11 Kampung Caringin, Desa Mekarmukti, Kecamatan Cilawu. Sumarni (62), Ketua Kelompok Wanita Tani Mekar Rahayu, mengungkapkan keberhasilannya dalam menanam komoditas seperti terong ungu, cabai, bawang merah, dan tomat.
Menurutnya hasil panen tidak hanya mencukupi kebutuhan keluarga. Kendati demikian dengan pekarangan yang memiliki luas kurang lebih 2x4 meter bisa menjadi sumber pendapatan tambahan.
"Yang paling besar (hasilnya) bawang merah. Iya (memenuhi kebutuhan di rumah), iya kalau ada yang beli (dijual), kalau nggak ya dikonsumsi aja," ujar Sumarni saat ditemui di Kampung Caringin, Desa Mekarmukti, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Senin (25/09/2023).
Tidak hanya Sumarni, Eni (50) juga telah mengadopsi program ini dengan sukses. Ia mampu menjual daun bawang dengan harga yang menguntungkan. Selain itu, hasil panen tomatnya yang mencapai 9 kilogram juga memberikan dampak ekonomi positif.
Eni mengungkapkan program Harum Madu telah membantu kebutuhan pangan dan ekonomi keluarga. Bahkan, beberapa warga sekitar pun mengakui bahwa melalui program Harum Madu ini, kebutuhan beberapa pangan seperti cabai, sayur mayur, dan lain sebagainya, kini tersedia di pekarangan atau di halaman rumah.
"Teu aya pengeluaran nanaon, hoyong sayuran kantun petik sendiri, hoyong cengek metik sendiri, Alhamdulilah tos aya ieu teh Alhamdulilah sagala rupi oge (tidak ada pengeluaran apa-apa, mau sayuran tinggal petik sendiri, mau cabe rawit petik sendiri, Alhamdulillah ini segala macam ada)," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Mekarmukti, Juhana mengaku senang melihat antusiasme masyarakat di RW 11. Mereka tidak hanya menerima bantuan polybag dari pihak desa, tetapi juga menggunakan barang bekas untuk menanam, sehingga RW 11 ini menjadi tempat penyemaian hingga memiliki rumah bibit atau demplot.
Dia menilai kehadiran program ini tidak hanya memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi juga menyediakan komoditas seperti cabai dan sayur di halaman rumah masyarakat.
Atas semangat masyarakat dalam menerapkan Harum Madu secara berkelanjutan ini, Desa Mekarmukti diganjar penghargaan dari Dinas Pertanian Kabupaten Garut dalam Lomba Harum Madu Tingkat Kabupaten Garut, dalam momen Hari Krida Pertanian awal Agustus lalu.
"Ya Alhamdulilah (dapat juara), juara tingkat kabupaten Harum Madu Juara 1. Ya alhamdulillah, mungkin itu berkat masyarakatnya yang antusias, semangat, juga tak lepas dari peran penyuluh," tutur Juhana.
Di sisi lain, Penyuluh dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Cilawu, Ria Andriani mengungkapkan sejak tahun 2021 lalu masyarakat Kampung Caringin sudah terbiasa melakukan penanaman tanaman di pekarangan, sehingga proses sosialisasi Harum Madu ini lebih mudah dilakukan dan disambut antusias oleh masyarakat.
Ria mencatat sekitar 70 dari 72 rumah di Kampung Caringin telah menerapkan Harum Madu. Bawang merah dan cabai, komoditas yang mempengaruhi inflasi, menjadi fokus utama program ini. Penggunaan pupuk organik dan pestisida nabati juga ditekankan untuk memastikan keamanan pangan.
"Pokoknya setiap rumah wajib ada itu (bawang merah dan cabai), untuk di demplot juga itu wajib ada bawang merah sama cabe, soalnya kalau dilihat itu kan hampir setiap rumah setiap hari konsumsi tinggi, hampir setiap hari itu minimal cabe kalau setiap hari beli ke warung sampai dua ribu," ucapnya.
(ega/ega)