Tanggal 27 September selalu diperingati sebagai Hari Bakti Pos dan Telekomunikasi (Postel). Meskipun tidak banyak yang mengetahui peringatannya, ada sejarah perjuangan dan pengorbanan yang patut dihargai pada hari itu, 78 tahun yang lalu.
Hari Bakti Postel ditetapkan sebagai bentuk penghargaan pada putra-putri Indonesia yang berjuang kala itu. Bersama-sama, mereka bergerak atas nama Angkatan Muda Pos Telekomunikasi dan Telegraf (AMPTT) kala itu.
Sejarah Hari Bakti Postel
Pada suatu malam di awal September, AMPTT merundingkan upaya untuk mengambil alih instansi PTT. AMPTT memiliki moto, 'Gemah ripah loh jinawi, tata tentram kerta raharja, para kawula iyeg rumagang in gawe. Subur kang sarwa tinandur, murah kang sarwa tinuku'. Artinya 'Bekerja bersatu padu, jauh daripada hasut, dengki, orang berdagang siang malam hentinya, tidak ada halangan di jalan'. Motto ini menjadi pengingat bahwa kemerdekaan berarti bebas dengan tetap mempertimbangkan ketentuan undang-undah, aturan, tata tertib, dan etika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demi mencapai kemerdekaan, kala itu MPTT menyusun rencana pengambilalihan Kantor Pusat PTT. Rencana awal saat itu adalah meminta Pemerintah Jepang menyerahkan PTT secara damai. Targetnya, instansi Pos Telekomunikasi dan Telegraf (PTT) sudah berada di tangan masyarakat Indonesia ketika September berakhir. Para pejuang ini sudah melakukan berbagai upaya damai dengan pemerintahan Jepang lewat perundingan. Namun nyatanya, pihak Jepang menolak menyerahkan PTT, bahkan hingga tiga kali perundingan. Komandan pasukan Jepang saat itu memberikan instruksi penyerahan Kantor Pusat PTT hanya bisa dilakukan oleh tentara sekutu.
Melihat tidak adanya respons positif dari pemerintah Jepang, salah seorang anggota AMPTT maju paling depan untuk mengeksekusi upaya terakhir, sebuah keputusan taktis perebutan Gedung Pos. Soetoko namanya. Soetoko disebut rekan veteran PTT-nya, Sohartono, sebagai seorang pemuda heroik. Pada 27 September 1945, ia memimpin para pejuang untuk menyerang langsung Kantor Pusat PTT. Mereka mengepung kantor tersebut yang berakhir dengan pemerintah Jepang menyerah secara sukarela.
"Soetoko berani berjuang mengambil alih gedung PTT ini. Saat itu 78 pahlawan mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan bahkan sampai rela menyerahkan nyawanya untuk memerdekakan kebebasan Postel. Dulu pejuang postel ada 431 orang," sebut Soehartono.
Mengacu pada penggalan amanat proklamasi berbunyi, "Bahwa hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain sebagainya diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya," begitu pula upaya perebutan PTT dilakukan.
Hari Bakti Postel 2023
Peringatan Hari Bakti Postel ke-78 ini mengusung tema 'Kolaborasi Untuk Indonesia Digital'. Selain sebagai bentuk penghargaan pada pejuang, peringatan hari ini juga bertujuan untuk terus memaksimalkan potensi transformasi digital Indonesia. Ini karena sektor pos dan telekomunikasi memiliki peran yang penting dalam penanganan krisis dan percepatan transformasi digital yang harus diimplementasikan secepatnya.
Berbagai kegiatan dilakukan untuk memperingati Hari Bakti Postel ke-78. Salah satunya adalah kegiatan donor darah yang dilaksanakan pada Senin (4/9/2023).
"Hari Bhakti Postel menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi melalui berbagai kegiatan," kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) pada kegiatan Donor Darah Hari Bakti Postel ke-78 pada Senin (4/9/2023).
Selain donor darah, kegiatan lain seperti upacara dan pemberian penghargaan adhi karya juga akan dilaksanakan.
(tya/tey)