Tanaman dan Tanda Bahaya di Antartika

Kabar Internasional

Tanaman dan Tanda Bahaya di Antartika

Tim detikInet - detikJabar
Senin, 25 Sep 2023 03:30 WIB
ANTARCTICA - FEBRUARY 24: An aerial view of crabeater seals laying on ice berg on Horseshoe Island as Turkish scientists conduct fieldwork on Horseshoe Island within 7th National Antarctic Science Expedition under the coordination of the Scientific and Technological Research Council of Turkiye (TUBITAK) MAM Polar Research Institute with the joint responsibilities of the Turkish Presidency and Turkish Ministry of Industry and Technology in Antarctica, on February 24, 2023. Turkish Scientists, left a minimum footprint on Antarctica,  Continent of Science and Peace took up the role of lifes guardians by averting harm to the continents environment and its surrounds. (Photo by Sebnem Coskun/Anadolu Agency via Getty Images)
Antartika (Foto: Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency)
Jakarta -

Tanaman berwarna kuning tumbuh subur di Antartika. Bukannya indah, tumbuhnya tanaman menjadi tanda bahaya. Kenapa?

Antartika sendiri dikenal sebagai wilayah yang tak ramah untuk kehidupan. Sehingga sebagaimana dilansir dari detikInet, tumbuhnya tanaman yang bernama Colobanthus dan Deschampsia dianggap mengkhawatirkan.

Tanaman itu diketahui mampu melakukan fotosintesis. Padahal letaknya berada di tengah suhu di bawah nol derajat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tanaman yang sekilas mirip bunga tersebut sudah dilakukan penelitian. Berdasarkan penelitian tanaman itu mengalami perubahan selama sepuluh tahun terakhir.

Alasannya lantatan bersinggungan dengan pemanasan global yang kian parah. Suhu bumi terus naik sedangkan es di Antartika terus mencair. Sehingga bunga terus menambah habitatnya di sana.

ADVERTISEMENT

Penelitian yang dilakukan oleh Nicoletta Cannone, seorang profesor ekologi di Universitas Insurbia juga mendapatkan informasi baru bila populasi tumbuhan itu menyebar cepat.

Bahkan berdasarkan data yang dimiliki, tanaman itu tumbuh tiga kali lebih cepat. Berbeda dengan Deschampsia. Bukan pertumbuhannya yang cepat melainkan penyebarannya yang lebih luas di Antartika.

"Hipotesis kami adalah perluasan mengejutkan tanaman ini terutama disebabkan oleh pemanasan udara musim panas," jelas Nicoletta.

Dia juga menyebut bila peristiwa pendinginan udara yang terjadi di tahun 2012 mempengaruhi dinamika perkembangan tumbuhan di pulau tersebut. Sehingga akhirnya penelitian menjadi bukti pertama bagaimana pemanasan global memberi pengaruh cukup besar bagi ekosistem yang ada di Antartika.

"Temuan kami mendukung hipotesis bahwa pemanasan di masa depan akan memicu perubahan signifikan pada ekosistem Antartika yang rapuh ini," ungkap Canonne.

Hasil dari penelitian juga sejalan dengan fenomena yang terjadi di belahan bumi bagian utara. Di sana, wilayahnya mulai berubah kehijau-hijauan.

Artikel ini sudah tayang di detikInet, baca selengkapnya di sini




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads