Halaman Balai Kota Bandung dipadati massa pada Sabtu (23/9/2023). Sebuah barisan mengular di depan pusat penukaran sampah. Mulai dari anak sekolah hingga lansia berbaris dengan sampah yang sudah dipilah di samping mereka.
Seorang pria dalam barisan dengan rompi hitam cukup menarik perhatian. Pasalnya, pria bernama Ujang itu membawa banyak plastik besar berisi sampah. Ujang bersama seorang teman mengangkut sampah yang disimpan dalam sepuluh kantung sampah. Satu persatu kantung plastik diangkut Ujang ke tempat temannya mengantre.
Pria 42 tahun tersebut telah mengumpulkan berbagai jenis sampah. Di antaranya botol plastik, kaleng, plastik, dan kardus. Semua itu ia kumpulkan dalam kurun waktu kurang dari dua bulan. Jumlah sampah yang tidak sedikit itu berasal dari sampah rumah tangga dan kantor tempat ia bekerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari rumah, dari ngambil di, ya bersih-bersih di kantor gitu," katanya.
Biasanya, Ujang menyetor sampah yang telah ia pilah ke bank sampah kecamatan tempat tinggalnya. Dari setoran sampah tersebut, Ujang memiliki tabungan. Uang hasil penukaran sampah biasanya ia gunakan untuk membayar listrik. Namun, begitu mendengar tentang acara Bazaar Bayar Pakai Sampah, Ujang berpikir untuk lebih dulu menyetorkan sampahnya ke agenda Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung itu.
"Kalau jadwal buat di kecamatan 3 bulan ini kebetulan di sini," kata pria bertopi hitam tersebut.
Ide yang ditawarkan acara ini cukup menarik perhatian banyak orang. Dengan menukarkan sejumlah sampah, masyarakat memperoleh selembar voucher senilai Rp5.000,- yang dapat ditukarkan pada bazar. Terdapat beberapa pilihan produk. Sebut saja makanan dan minuman, pakaian, sepatu, tas, hingga sembako dengan harga miring.
Ujang mengaku ia tidak memiliki produk yang diincar sejak awal. Hal terpenting adalah sampah tersebut disetorkan. Hal serupa juga disampaikan oleh Dian, seorang ibu dua anak asal Buahbatu.
"Nggak tau sih, pokoknya mau ngeluarin sampah dulu aja," terang Dian.
Pagi itu, Dian turut membawa serta dua buah hatinya. Bersama anak-anaknya, Dian mengangkut sampah yang disimpan dalam tiga kotak. Sampah yang Dian bawa didominasi oleh sampah rumah tangga. Sampah tersebut dikumpulkan Dian dalam waktu kurang dari tiga bulan.
"Ada bekas plastik, dus, kemasan plastik. Ada kresek plastik bening, segala macam. Jadi kalau beli plastik-plastik, udah dipilah-pilah juga,"
Berbeda dengan Ujang, Dian cukup kesulitan mencari bank sampah di sekitar rumahnya. Namun, hal itu tidak menyusutkan niatnya berkontribusi dalam penanganan permasalahan sampah. Pilihan Dian pun berlabuh pada tukang loak dan tukang barang bekas. Setelah memilah sampahnya berdasarkan jenis, Dian menyetorkan sampah pada mereka.
"Biasanya ke tukang loak, macem-macem. Dikasihin ke tukang-tukang barang bekas. Sampah basahnya ditanem," terang Dian.
Kepada detikJabar, petugas penukaran sampah dari Bank Sampah Induk (BSI) Kota Bandung, Joda, menjelaskan bahwa sampah setoran warga hari ini akan didaur ulang. Sampah tersebut terlebih dahulu akan diangkut ke Pusat Daur Ulang (PDU) di Cicabe. Tidak hanya itu, sebagian sampah juga akan dikembalikan ke industri terkait.
(yum/yum)