Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menggelar acara festival film bagi kalangan pelajar dan mahasiswa.
Festival film yang diberi nama Bandung International Student Film Festival (BISFF) mengundang pelajar serta mahasiswa di seluruh dunia untuk ikut berpartisipasi.
Festival film tahunan tersebut pertama kali digelar saat tahun 2020 dan pada tahun ini merupakan BISFF yang ke 4. BISFF ke 4 dilaksanakan bulan Juni hingga berakhir pada September 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rangkaian program acara festival film BISFF diantaranya adalah pemutaran film peserta kompetisi, forum diskusi, pameran seni audio visual, pertunjukan teater dan layar tancap, serta pertunjukan musik.
Dalam ajang ini juga didatangkan ahli dan praktisi film dari berbagai negara seperti Singapura, Australia, Belanda,serta Jerman untuk menjadi juri dan kurator dalam kompetisi film.
Puncak acara dari Bandung International Student Film Festival memberikan penghargaan kepada peserta yang menjuarai kompetisi film. Adapun kategori lomba yang diselenggarakan yaitu film animasi internasional, film pendek internasional, film pendek nasional, film dokumenter internasional,dan film dokumenter nasional.
Yusuf Haay mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai salah satu pemenang film pendek nasional di acara BISFF merasa bangga dengan hasil karya yang telah ia buat selama lebih dari satu tahun. Yusuf dengan filmnya yang berjudul Dusner itu menceritakan sebuah perjalanan seorang manusia yang mencari data mengenai bahasa Dusner asal Papua Barat.
"Jadi soal bahasa Dusner yang dimana tinggal satu orang saja yang bisa berbahasa itu dan tinggal di dalam hutan. Ini menceritakan kisahnya di dalam hutan cuma satu orang dan bahasa Dusner ini dijadikan bahasa yang diibaratkan bahasa pemanggil setan, makanya anak-anak muda enggan untuk belajar karena takut kalau belajar bahasa itu diistilahkan sebagai pemanggil setan," ujar Yusuf kepada detikJabar saat malam puncak BISFF pada Jumat 22 September 2023 di kampus UPI.
Film Dusner memberikan pelajaran penting kepada penontonnya untuk bangga bisa berbahasa daerah. Hal tersebut juga yang menjadi tujuan Yusuf dengan dibuatnya film Dusner yaitu untuk menyadarkan anak muda mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan bahasa daerah agar tidak terlupakan.
"Tujuannya untuk kita sebagai anak muda yang melek teknologi harus mempertahankan sekaligus memperluaskan bahasa-bahasa daerahmu sendiri. Jadi aku ingin ngasih tau ke anak muda kalau kita harus bisa mengarsipkan bahasa daerah agar nanti beberapa ratus tahun kemudian ternyata masih ada arsipnya," kata Yusuf.
Selain Yusuf, Rahadian Navanka mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia menjuarai kompetisi film dalam bidang film dokumenter pendek internasional. Rahadian membuat film dokumenter mengangkat isu pencemaran lingkungan di laut dengan judul Clorinated Prison. Ia berhasil mengalahkan peserta dari Malaysia dan Australia dalam membuat film dokumenter.
Namun, pemenang tak hanya berasal dari peserta dalam negeri, peserta dari kampus Victorian College Australia bernama Will Beattie juga memenangkan kategori film animasi internasional dengan judul Dopamine Junky. Masih dari kampus yang sama, Jasper Caverly menjuarai kategori film pendek internasional berjudul Hedgehog.
(yum/yum)