Kemarau panjang yang terjadi beberapa bulan belakangan sangat dirasakan dampaknya oleh semua masyarakat Kota Cimahi di hampir semua kelurahan.
Berdasarkan pemetaan BPBD Kota Cimahi, luas dampak kemarau panjang mencapai 4.280,40 hektar. Kelurahan dengan luas bahaya tertinggi adalah Kelurahan Cipageran yaitu seluas 620,28 hektar dengan kelas tinggi atau sekitar 14,49 persen dari total luas wilayah bahaya kekeringan.
"Kekeringan hampir ada di seluruh kelurahan, tapi rata-rata kategori sedang. Ini yang kita waspadai, terutama di wilayah dengan luasan potensi kekeringan cukup besar seperti di Kelurahan Cipageran," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Cimahi, Fithriandy Kurniawan saat dikonfirmasi, Rabu (20/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, saat ini Pemkot Cimahi sudah menetapkan status siaga darurat bencana alam kekeringan. Penetapan status tersebut didasari kondisi cuaca yang diprediksi memasuki kemarau dan fenomena El Nino.
Penetapan status siaga darurat bencana alam kekeringan itu dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) yang sudah resmi diterbitkan. Masa siaga darurat kekeringan di Kota Cimahi berlaku sejak 27 Juli hingga 31 Oktober 2023.
"Betul kita sudah menetapkan status siaga darurat kekeringan. SK alhamdulillah sudah keluar," kata Fithriandy.
Pihaknya memprediksi potensi bencana kekeringan lahan pertanian, kekeringan sumber air bersih, serta kejadian kebakaran rumah dan lahan bakal terjadi sampai akhir puncak musim kemarau.
Pihaknya sendiri menyiapkan sejumlah armada untuk menyalurkan air bersih bagi warga Cimahi yang mengalami kekeringan. Nantinya warga di semua kelurahan di wilayah Kota Cimahi bisa mengajukan permintaan suplai air bersih. Pengajuan dilakukan oleh pengurus RT dan RW ke BPBD Kota Cimahi.
"Antisipasi kekeringan ini, betul kami menyiapkan truk berisi air bersih. Pengajuannya dari RW dulu, untuk wilayah berbasis data tahun lalu," ujar Fithriandy.
(dir/dir)