Massa petani di Kecamatan Kroya geruduk kantor Bupati Indramayu, Rabu (13/9/2023). Aksi itu dilakukan sebagai bentuk protes buntut gagal panen akibat minimnya pasokan air.
Dalam orasinya, massa menyerukan sejumlah tuntutan kepada pemerintah daerah Indramayu. Salah satunya keluhan petani yaitu sulitnya distribusi air ke persawahan.
Salah satu massa aksi Wastinih (60) mengaku sengaja ikut berunjukrasa karena ia sudah geram. Pasalnya, sudah lima tahun belakangan, hampir setiap musim kemarau Wastinih tidak bisa menikmati hasil pertaniannya karena kekeringan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah 5 tahun gagal terus. Kalau musim sadon (musim tanam kedua) mesti gagal. Karena sering kurang air atau kena hama (tikus)," ungkap Wastinih.
Sebagian besar garapan lahan sawah di wilayah Kecamatan Kroya hanya mengandalkan air hujan. Pasalnya, satu satunya saluran yang ada tidak bisa mencukupi semua lahan pertanian.
"Di sana tidak ada saluran air. Bor sih ada cuma susah airnya," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Iwan (32). Meski baru mengelola di tahun 2021 lalu, namun ia pun sering tidak merasakan keuntungan dari lahan yang disewanya untuk menanam padi. Apalagi di musim kemarau saat ini.
"Setiap musim sadon itu 99 persen gagal karena cuma ngandalin hujan, sedangkan sekarang hujan kurang," ujar Iwan.
"Intinya air di irigasi kurang jadi andalannya curah hujan," tegasnya.
Dari kondisi itu mereka berharap pemerintah benar-benar memberikan solusi kongkrit agar bisa dirasakan oleh para petani. Termasuk persoalan air. "Pengen minta sumbangan bor biar subur gak gagal panen bae," ungkapnya.
Tidak berselang lama, sejumlah perwakilan massa aksi melakukan audiensi dengan perwakilan pemerintah daerah di Pendopo Indramayu.
(iqk/iqk)