Sudah hampir sebulan ini, warga di Desa Padaasih, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi mengalami krisis air bersih. Mereka berbondong-bondong mendatangi halaman tempat wisata Gunung Sunda sambil membawa ember, galon hingga toren untuk mendapatkan air bersih.
Salah satu warga setempat, Sari (70) tak kuasa menahan haru saat air bersih itu ia dapatkan. Bahkan Sari berseloroh, mendapatkan air bersih seperti mendapatkan uang satu gepok.
"Asa menang duit sagepok (seperti mendapatkan uang satu gepok)," ujarnya kepada detikJabar di lokasi, Jumat (25/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, selama Agustus ini keluarganya kesulitan mendapatkan air bersih. Biasanya ia membeli air galon untuk memasak, mencuci dan mandi. Dalam sehari, lebih dari lima galon dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
"Meser (beli) air galon buat masak, nyuci, dari galon itu ngambilnya. Per hari nggak cukup dua galon. Satu galon itu paling cuma buat beras, nyuci piring, nggak cukup neng. Satu galon harganya Rp5 ribu, sehari abis empat galon," kata dia.
Selain membeli galon, keluarganya mengandalkan air bendungan. Jaraknya pun cukup jauh dan dia kesulitan diusianya yang sudah renta.
"Kalau nggak beli ngambil dari Langgar, jauh sekali. Makanya terima kasih ada sumbangan air bersih," ucapnya.
Neneng Nerlina (56) warga lainnya juga merasakan hal serupa. Air di rumahnya sangat minim dan membutuhkan satu hari untuk menampung air untuk keperluan rumah tangga. Kondisi airnya pun sudah berwarna kuning.
"Airnya ada tapi kecil, kuning (warnanya). Pagi nampung, saat (kering) mah nggak tapi kecil, di sini nggak ada sumber air. Kalau warga. Kalau warga di sana mah ngambil air di kali, dibendung buat sehari-hari," kata Neneng.
"Saya nggak sampai beli air galon cuma pagi didiemin dulu, tetap pakai air yang kuning itu. Sejauh ini belum ada kerasa sih ya misal kaya gatal-gatal atau lainnya. Pengennya ada sumur bor biar gampang kalau musim kemarau kaya gini jadi nggak susah," sambungnya.
Menanggapi hal tersebut, Baznas Kabupaten Sukabumi mendistribusikan 15 ribu liter untuk warga Desa Padaasih, Cisaat. Ketua Baznas Kabupaten Sukabumi Udang Sudarma mengatakan, kondisi di Desa Padaasih masuk dalam kondisi darurat sehingga didahulukan untuk mendapatkan air bersih.
"Kita merespons usulan dari masyarakat melalui Kades Padaasih. Kita ada dua model pertama sifatnya insidentil karena sifatnya darurat, kita memberikan air dalam tangki-tangki, di daerah ini diketahui termasuk sulit air," kata Udang.
Lebih lanjut, pihaknya juga berencana akan melakukan pipanisasi di daerah-daerah krisis air yang memiliki sumber air termasuk di beberapa pondok pesantren. Di antaranya pondok pesantren wilayah Gegerbitung dan Gunungguruh.
"Di daerah krisis air tetapi ada sumber airnya maka kita lakukan pipanisasi, insyaallah di beberapa titik yang sudah mengusulkan kita mulai merespons secara bertahap. Di wilayah ini sesuai dengan permintaan kita distribusikan tiga tangki, insyaallah di ponpes kita juga mulai pasang pipanisasi," jelasnya.
Penanganan krisis air yang dilakukan oleh lembaga pemerintah non struktural ini akan dilakukan secara bertahap. Bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan air bersih, kata dia, dapat mengajukan kepada Baznas Kabupaten secara administratif dan dilanjutkan dengan asessment di lapangan.
"Tentunya Baznas karena sebagai lembaga pemerintah non struktural jadi kita mengikuti arahan dari bapak Bupati (Marwan Hamami). Salah satunya Baznas membantu dalam hal krisis air maupun di bidang pangan, hari ini yang dibutuhkan adalah air bersih oleh karena itu kita fokus ke penyediaan air bersih baik secara insidentil maupun permanen. Lebih pada secara administratif mereka (dapat) mengusulkan ke Baznas nanti kita lihat asessment ke lapangan, dilihat sesuai kebutuhan," tutupnya.
(dir/dir)