17 Puisi Kemerdekaan 17 Agustus Penuh Makna

17 Puisi Kemerdekaan 17 Agustus Penuh Makna

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Rabu, 16 Agu 2023 11:30 WIB
Ilustrasi bendera merah putih
Ilustrasi bendera merah putih (Foto: Getty Images/iStockphoto/Bastian Saputra)
Bandung -

Menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-78, ada banyak cara untuk merayakannya. Salah satunya dengan membacakan atau menyertakan puisi bertema kemerdekaan. Puisi kemerdekaan 17 Agustus mampu membangkitkan semangat merdeka dan mengenang kembali jasa-jasa para pahlawan.

17 Puisi Kemerdekaan 17 Agustus

Berikut ada 17 puisi bertema kemerdekaan yang bisa dibacakan untuk memperingati HUT RI 17 Agustus.

Berikut rangkuman detikJabar dari beberapa buku seperti Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi oleh Yamin dkk, Antologi Puisi Kemerdekaan oleh Alfin Nirhayatul Islamiyah, Puisi Kemerdekaan karya 17 Guru Indonesia, dan Antologi Puisi Kemerdekaan - Indonesia Maju oleh Komunitas Muda Bersejarah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Merdeka Tanah Airku

Api semangat kemerdekaan berkobar,
Pahlawan berjuang tanpa henti, penuh semangat.
Hingga akhirnya kemenangan datang menyapa,
Indonesia merdeka, tumbuh menjadi besar.

Merah putih mengibarkan kemenangan,
Kemerdekaan tiba, negeri tercinta.
Para pahlawan berjuang tanpa henti,
Kini kita merdeka, bangga dan bahagia.

ADVERTISEMENT

Kibarkan bendera merah putih nan megah,
Lambang kemerdekaan, semangat pahlawan.
Berjuta suara menyanyikan lagu kebangsaan,
Indonesiaku, merdeka dan terus berjaya.

Merdeka! Merdeka! Tanahku yang kucintai,
Indonesia Raya, merdeka dan abadi.
Tumpah darahku untukmu, Ibu Pertiwi,
Bersatu kita maju, tak terkalahkan lagi.

2. Merdeka, Kini dan Nanti

Karya Ahmad Suryadi

Merdeka ini adalah upaya yang tak kenal lelah
Usaha yang tak pernah menyerah

Merdeka ini adalah cucuran keringat dan darah
Yang setia mencucur hingga melimpah ruah

Merdeka ini adalah lelah
Lelah yang dirasakan oleh setiap jiwa

Merdeka ini tak mudah digapai
Karena berjuta ton darah raib serta tergadai

Merdeka didapat dengan taruhan nyawa
Demi merdeka jutaan nyawa dan jiwa melayang
Demi merdeka untuk senyum esok yang lebih
Demi merdeka untuk senyum bangsa Indonesia
Demi merdeka ibu pertiwi, kini dan nanti

3. Hari Kemerdekaan

Karya Sapardi Djoko Damono

Akhirnya tak terlawan olehku
Tumpah di mataku, di mata sahabat-sahabatku

Ke hati kita semua
Bendera-bendera dan bendera-bendera

Bendera kebangsaanku
Aku menyerah kepada kebanggan lembut
Tergenggam satu hal dan kukenal

Tanah di mana ku berpijak berderak
Awan bertebaran saling memburu

Angin meniupkan kehangatan bertanah air
Semat getir yang menikam berkali

Makin samar
Mencapai puncak ke pecahnya bunga api
Pecahnya kehidupan kegirangan

Menjelang subuh aku sendiri
Jauh dari tumpahan keriangan di lembah

Memandangi tepian laut
Tetapi aku menggenggam yang lebih berharga

Dalam kelam kulihat wajah kebangsaanku
Makin bercahaya makin bercahaya
Dan fajar mulai kemerahan

4. Harapan Bangsa

Tahun demi tahun perjuangan kita jalani,
Kemerdekaan tetap jadi harapan bangsa.
Generasi penerus, bawalah estafet ini,
Membangun Indonesia yang semakin gemilang.

Kemerdekaan, tonggak sejarah gemilang,
Diukir oleh para pahlawan tercinta.
Hari ini kita sambut dengan suka cita,
Merayakan Indonesia, tanah air tercinta.

Negeri merdeka, tanah air tercinta,
Hari ini tiba, kita rayakan dengan bahagia.
Pahlawan telah berkorban demi kita semua,
Kemerdekaan abadi, di hati kita merajah.

5. Mentari Indonesia

Karya Bunda Azki

Derap langkah para penjaga paksa
Letupan senjata tanpa aksama
Ribuan nyawa hilang tanpa dosa
Hanya derai air mata yang berkuasa

Ketika doa dan air mata bersama
Penjuru bumi langit berkuasa
Sebilah bambu runcing mencakar angkasa
Kekuatan besar mencabar bumi seisinya

Merdeka, merdeka, merdeka
Peluh dan lara berganti indahnya nirwana
Luka tikam menganga berganti senyuman sukma
Ribuan dera tergantikan secercah sinar khatulistiwa

Kisah romansa akan indah pada waktunya
Bukan karena kamu dan aku saja
Namun korelasi keduanya
Karena kita sama, kita adalah Indonesia

6. Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini

Karya Taufiq Ismail

Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur

Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu

Dalam setiap kalimat yang berakhiran
"Duli Tuanku?"
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus

7. Bunga Kemerdekaan

Pada tanggal tujuh belas yang agung,
Pahlawan bertemu dalam sejarah yang cemerlang.
Kita lanjutkan perjuangan, membangun negeri,
Indonesia merdeka, selalu dalam jiwa kami.

Seperti bunga kemerdekaan yang mekar,
Indonesia tumbuh menjadi bangsa yang besar.
Semangat perjuangan pahlawan terus bersemi,
Merajut masa depan yang penuh harapan dan kemenangan.

Di setiap tahun, tiba saat yang dinanti,
Hari kemerdekaan, semangat terus terjaga.
Bendera merah putih berkibar tinggi,
Indonesia bangkit, penuh semangat dan cita.

8. Merah Putih untuk Pertiwi

Karya Alfin Nihayatul Islamiyah

Guratan tinta emas dalam kertas bekas
Memori masa kelam terlintas

Dalam balutan darah yang masih menggenang
Melaju melewati masa menjadi kenangan

Maksud terbuai dalam hati yang luluh
Kisa puluhan tahun yang beradu dalam peluh

Kelu; rasanya hati berdayuh-dayuh
Kertas bekas waktu menjadi rapuh

Merdeka! Diiringi Indonesia raya yang menggema
Air mata yang siap meluncur kapan saja

Penantian di penghujung usia
Akhir kata yang menjadi lega seluruh warga bumiputera

9. Diponegoro

Karya Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang

10. Hargai Para Pahlawan

Karya Deni Tri Risawati

Mengenang 78 tahun silam atas jasa para pahlawan
Kemerdekaan bisa diproklamasikan, Indonesia bisa dipersatukan
Banyak darah yang ditumpahkan
Banyak nyawa yang dikorbankan
Semua demi mencari keadilan dan menghapus penjajahan

Kini, telah tiba bulan istimewa bagi rakyat Indonesia
Merah putih berkibar di sepanjang jalan
Sebagai tanda peringatan kemerdekaan
Mari kawan kita jaga persatuan jangan ada perpecahan
Hargai pengorbanan para pahlawan

Kebebasan jangan disalahgunakan
Boleh berdebat adu pendapat tapi untuk meraih mufakat
Bukan untuk tipu muslihat karena kita adalah generasi hebat
Demi Indonesia yang kuat

11. Karawang-Bekasi

Karya Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan

Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat

Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

12. Indonesia Merdeka

Karya Sisko Dion A

Di masa yang lalu
Beribu raga telah terpendam
Berjuta jiwa telah hilang
Kemerdekaan ini sangat berarti untuk kita

Kuatkan persatuan
Mencapai perdamaian negri
Di bumi ini aku berjanji
Ini Indonesiaku

Aku teguh melambangkan pancasila
Menghargai bhineka
Dihari ini aku berkata
"Indonesia Merdeka"

13. Gugur

Karya W.S. Rendra

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
tiada kuasa lagi menegak
telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya

Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya

Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya

Ia merangkak
diatas bumi yang dicintainya
belum lagi selusin tindak
maut pun menghadangnya
ketika anaknya memegang tangannya
Ia berkata :

"Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah,
dan akupun berasal dari tanah
tanah ambarawa yang kucinta
kita bukanlah anak jadah
kerna kita punya bumi kecintaan.
bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.

Bumi kita adalah tempat pautan yang sah
bumi kita adalah kehormatan
bumi kita adalah jua dari jiwa
ia adalah bumi nenek moyang
ia adalah bumi waris yang sekarang
ia adalah bumi waris yang akan datang."

Hari pun berangkat malam
bumi berpeluh dan terbakar
kerna api menyala di kota ambarawa

Orang tua itu kembali berkata:
"Lihatlah, hari telah fajar!
wahai bumi yang indah
kita akan berpelukan buat selama-lamanya!
nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menancapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata:
"Alangkah gemburnya tanah di sini!"

Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanya

14. Indonesia Telah Merdeka

Karya Hernawati

Indonesia telah merdeka
Sudah lama Indonesia merdeka
Merdeka dari penjajahan bangsa Eropa dan Asia

Merdeka dari penjajahan Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda dan Nippon Pemimpin Asia
Ya, saat ini Indonesia telah merdeka
Merdeka dari belenggu penjajahan
Kolonial yang begitu lama

Merdeka dari belenggu kependudukan militer jepang hingga muncul Romusha
Indonesia saat ini telah merdeka, merdeka dari belenggu yang menyiksa

Wahai Indonesiaku tercinta...
Belenggu penjajah sudah begitu lama sirna
Biarkan kisah lampau menjadi sejarah bangsa
Kini dirimu telah merdeka

Wahai Indonesiaku tercinta...
Jangan sia-siakan kemerdekaan yang telah ada
Kemerdekaan yang kau dapat dengan tumpah darah dan tetesan air mata
Kemerdekaan yang kau dapat dari perjuangan dan pengorbanan pahlawan yang telah tiada

Wahai Indonesiaku tercinta...
Tanah airku yang selalu ku puja
Kini engkau telah merdeka
Saat ini Indonesia telah merdeka

15. Merdeka atau Mati

Karya Yamin

Darah menggenang di tanah tak bertuan
Ratusan nyawa melayang
Bergelimpangan di medan perang
Mengangkat panji kemenangan

Seorang pejuang berteriak lantang
Gagah berani memegang senjata melawan penjajah
Dua kata menjadi pilihan
Merdeka atau mati

Tubuh kekar dihujani peluru
Penuh lubang di sekujur tubuh
Darah bercucuran mereka tetap tegak berdiri
Sekali lagi lantangkan merdeka atau mati

16. Sebuah Jaket Berlumur Darah

Karya Taufiq Ismail

Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.

Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan 'Selamat tinggal perjuangan'
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

17. Atas Kemerdekaan

Karya: Sapardi Djoko Damono

Kita berkata: jadilah
dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut

di atasnya: langit dan badai tak henti-henti
di tepinya cakrawala

Terjerat juga akhirnya
kita, kemudian adalah sibuk

mengusut rahasia angka-angka
sebelum Hari yang ketujuh tiba

Sebelum kita ciptakan pula Firdaus
dari segenap mimpi kita

sementara seekor ular melilit pohon itu:
inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah.

Nah itulah tadi 17 puisi yang cocok untuk 17 Agustus. Marilah kita sambut Hari Kemerdekaan Indonesia dengan penuh suka cita dan gelora.

(aau/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads