- 17 Puisi Kemerdekaan 17 Agustus 1. Merdeka Tanah Airku 2. Merdeka, Kini dan Nanti 3. Hari Kemerdekaan 4. Harapan Bangsa 5. Mentari Indonesia 6. Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini 7. Bunga Kemerdekaan 8. Merah Putih untuk Pertiwi 9. Diponegoro 10. Hargai Para Pahlawan 11. Karawang-Bekasi 12. Indonesia Merdeka 13. Gugur 14. Indonesia Telah Merdeka 15. Merdeka atau Mati 16. Sebuah Jaket Berlumur Darah 17. Atas Kemerdekaan
Menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-78, ada banyak cara untuk merayakannya. Salah satunya dengan membacakan atau menyertakan puisi bertema kemerdekaan. Puisi kemerdekaan 17 Agustus mampu membangkitkan semangat merdeka dan mengenang kembali jasa-jasa para pahlawan.
17 Puisi Kemerdekaan 17 Agustus
Berikut ada 17 puisi bertema kemerdekaan yang bisa dibacakan untuk memperingati HUT RI 17 Agustus.
Berikut rangkuman detikJabar dari beberapa buku seperti Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi oleh Yamin dkk, Antologi Puisi Kemerdekaan oleh Alfin Nirhayatul Islamiyah, Puisi Kemerdekaan karya 17 Guru Indonesia, dan Antologi Puisi Kemerdekaan - Indonesia Maju oleh Komunitas Muda Bersejarah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Merdeka Tanah Airku
Api semangat kemerdekaan berkobar,
Pahlawan berjuang tanpa henti, penuh semangat.
Hingga akhirnya kemenangan datang menyapa,
Indonesia merdeka, tumbuh menjadi besar.
Merah putih mengibarkan kemenangan,
Kemerdekaan tiba, negeri tercinta.
Para pahlawan berjuang tanpa henti,
Kini kita merdeka, bangga dan bahagia.
Kibarkan bendera merah putih nan megah,
Lambang kemerdekaan, semangat pahlawan.
Berjuta suara menyanyikan lagu kebangsaan,
Indonesiaku, merdeka dan terus berjaya.
Merdeka! Merdeka! Tanahku yang kucintai,
Indonesia Raya, merdeka dan abadi.
Tumpah darahku untukmu, Ibu Pertiwi,
Bersatu kita maju, tak terkalahkan lagi.
2. Merdeka, Kini dan Nanti
Karya Ahmad Suryadi
Merdeka ini adalah upaya yang tak kenal lelah
Usaha yang tak pernah menyerah
Merdeka ini adalah cucuran keringat dan darah
Yang setia mencucur hingga melimpah ruah
Merdeka ini adalah lelah
Lelah yang dirasakan oleh setiap jiwa
Merdeka ini tak mudah digapai
Karena berjuta ton darah raib serta tergadai
Merdeka didapat dengan taruhan nyawa
Demi merdeka jutaan nyawa dan jiwa melayang
Demi merdeka untuk senyum esok yang lebih
Demi merdeka untuk senyum bangsa Indonesia
Demi merdeka ibu pertiwi, kini dan nanti
3. Hari Kemerdekaan
Karya Sapardi Djoko Damono
Akhirnya tak terlawan olehku
Tumpah di mataku, di mata sahabat-sahabatku
Ke hati kita semua
Bendera-bendera dan bendera-bendera
Bendera kebangsaanku
Aku menyerah kepada kebanggan lembut
Tergenggam satu hal dan kukenal
Tanah di mana ku berpijak berderak
Awan bertebaran saling memburu
Angin meniupkan kehangatan bertanah air
Semat getir yang menikam berkali
Makin samar
Mencapai puncak ke pecahnya bunga api
Pecahnya kehidupan kegirangan
Menjelang subuh aku sendiri
Jauh dari tumpahan keriangan di lembah
Memandangi tepian laut
Tetapi aku menggenggam yang lebih berharga
Dalam kelam kulihat wajah kebangsaanku
Makin bercahaya makin bercahaya
Dan fajar mulai kemerahan
4. Harapan Bangsa
Tahun demi tahun perjuangan kita jalani,
Kemerdekaan tetap jadi harapan bangsa.
Generasi penerus, bawalah estafet ini,
Membangun Indonesia yang semakin gemilang.
Kemerdekaan, tonggak sejarah gemilang,
Diukir oleh para pahlawan tercinta.
Hari ini kita sambut dengan suka cita,
Merayakan Indonesia, tanah air tercinta.
Negeri merdeka, tanah air tercinta,
Hari ini tiba, kita rayakan dengan bahagia.
Pahlawan telah berkorban demi kita semua,
Kemerdekaan abadi, di hati kita merajah.
5. Mentari Indonesia
Karya Bunda Azki
Derap langkah para penjaga paksa
Letupan senjata tanpa aksama
Ribuan nyawa hilang tanpa dosa
Hanya derai air mata yang berkuasa
Ketika doa dan air mata bersama
Penjuru bumi langit berkuasa
Sebilah bambu runcing mencakar angkasa
Kekuatan besar mencabar bumi seisinya
Merdeka, merdeka, merdeka
Peluh dan lara berganti indahnya nirwana
Luka tikam menganga berganti senyuman sukma
Ribuan dera tergantikan secercah sinar khatulistiwa
Kisah romansa akan indah pada waktunya
Bukan karena kamu dan aku saja
Namun korelasi keduanya
Karena kita sama, kita adalah Indonesia
6. Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini
Karya Taufiq Ismail
Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
"Duli Tuanku?"
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
7. Bunga Kemerdekaan
Pada tanggal tujuh belas yang agung,
Pahlawan bertemu dalam sejarah yang cemerlang.
Kita lanjutkan perjuangan, membangun negeri,
Indonesia merdeka, selalu dalam jiwa kami.
Seperti bunga kemerdekaan yang mekar,
Indonesia tumbuh menjadi bangsa yang besar.
Semangat perjuangan pahlawan terus bersemi,
Merajut masa depan yang penuh harapan dan kemenangan.
Di setiap tahun, tiba saat yang dinanti,
Hari kemerdekaan, semangat terus terjaga.
Bendera merah putih berkibar tinggi,
Indonesia bangkit, penuh semangat dan cita.
8. Merah Putih untuk Pertiwi
Karya Alfin Nihayatul Islamiyah
Guratan tinta emas dalam kertas bekas
Memori masa kelam terlintas
Dalam balutan darah yang masih menggenang
Melaju melewati masa menjadi kenangan
Maksud terbuai dalam hati yang luluh
Kisa puluhan tahun yang beradu dalam peluh
Kelu; rasanya hati berdayuh-dayuh
Kertas bekas waktu menjadi rapuh
Merdeka! Diiringi Indonesia raya yang menggema
Air mata yang siap meluncur kapan saja
Penantian di penghujung usia
Akhir kata yang menjadi lega seluruh warga bumiputera
9. Diponegoro
Karya Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
10. Hargai Para Pahlawan
Karya Deni Tri Risawati
Mengenang 78 tahun silam atas jasa para pahlawan
Kemerdekaan bisa diproklamasikan, Indonesia bisa dipersatukan
Banyak darah yang ditumpahkan
Banyak nyawa yang dikorbankan
Semua demi mencari keadilan dan menghapus penjajahan
Kini, telah tiba bulan istimewa bagi rakyat Indonesia
Merah putih berkibar di sepanjang jalan
Sebagai tanda peringatan kemerdekaan
Mari kawan kita jaga persatuan jangan ada perpecahan
Hargai pengorbanan para pahlawan
Kebebasan jangan disalahgunakan
Boleh berdebat adu pendapat tapi untuk meraih mufakat
Bukan untuk tipu muslihat karena kita adalah generasi hebat
Demi Indonesia yang kuat
11. Karawang-Bekasi
Karya Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
12. Indonesia Merdeka
Karya Sisko Dion A
Di masa yang lalu
Beribu raga telah terpendam
Berjuta jiwa telah hilang
Kemerdekaan ini sangat berarti untuk kita
Kuatkan persatuan
Mencapai perdamaian negri
Di bumi ini aku berjanji
Ini Indonesiaku
Aku teguh melambangkan pancasila
Menghargai bhineka
Dihari ini aku berkata
"Indonesia Merdeka"
13. Gugur
Karya W.S. Rendra
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
tiada kuasa lagi menegak
telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
ke dada musuh yang merebut kotanya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya
Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya
Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya
Ia merangkak
diatas bumi yang dicintainya
belum lagi selusin tindak
maut pun menghadangnya
ketika anaknya memegang tangannya
Ia berkata :
"Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah,
dan akupun berasal dari tanah
tanah ambarawa yang kucinta
kita bukanlah anak jadah
kerna kita punya bumi kecintaan.
bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah
bumi kita adalah kehormatan
bumi kita adalah jua dari jiwa
ia adalah bumi nenek moyang
ia adalah bumi waris yang sekarang
ia adalah bumi waris yang akan datang."
Hari pun berangkat malam
bumi berpeluh dan terbakar
kerna api menyala di kota ambarawa
Orang tua itu kembali berkata:
"Lihatlah, hari telah fajar!
wahai bumi yang indah
kita akan berpelukan buat selama-lamanya!
nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menancapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata:
"Alangkah gemburnya tanah di sini!"
Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanya
14. Indonesia Telah Merdeka
Karya Hernawati
Indonesia telah merdeka
Sudah lama Indonesia merdeka
Merdeka dari penjajahan bangsa Eropa dan Asia
Merdeka dari penjajahan Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda dan Nippon Pemimpin Asia
Ya, saat ini Indonesia telah merdeka
Merdeka dari belenggu penjajahan
Kolonial yang begitu lama
Merdeka dari belenggu kependudukan militer jepang hingga muncul Romusha
Indonesia saat ini telah merdeka, merdeka dari belenggu yang menyiksa
Wahai Indonesiaku tercinta...
Belenggu penjajah sudah begitu lama sirna
Biarkan kisah lampau menjadi sejarah bangsa
Kini dirimu telah merdeka
Wahai Indonesiaku tercinta...
Jangan sia-siakan kemerdekaan yang telah ada
Kemerdekaan yang kau dapat dengan tumpah darah dan tetesan air mata
Kemerdekaan yang kau dapat dari perjuangan dan pengorbanan pahlawan yang telah tiada
Wahai Indonesiaku tercinta...
Tanah airku yang selalu ku puja
Kini engkau telah merdeka
Saat ini Indonesia telah merdeka
15. Merdeka atau Mati
Karya Yamin
Darah menggenang di tanah tak bertuan
Ratusan nyawa melayang
Bergelimpangan di medan perang
Mengangkat panji kemenangan
Seorang pejuang berteriak lantang
Gagah berani memegang senjata melawan penjajah
Dua kata menjadi pilihan
Merdeka atau mati
Tubuh kekar dihujani peluru
Penuh lubang di sekujur tubuh
Darah bercucuran mereka tetap tegak berdiri
Sekali lagi lantangkan merdeka atau mati
16. Sebuah Jaket Berlumur Darah
Karya Taufiq Ismail
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan 'Selamat tinggal perjuangan'
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
17. Atas Kemerdekaan
Karya: Sapardi Djoko Damono
Kita berkata: jadilah
dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut
di atasnya: langit dan badai tak henti-henti
di tepinya cakrawala
Terjerat juga akhirnya
kita, kemudian adalah sibuk
mengusut rahasia angka-angka
sebelum Hari yang ketujuh tiba
Sebelum kita ciptakan pula Firdaus
dari segenap mimpi kita
sementara seekor ular melilit pohon itu:
inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah.
Nah itulah tadi 17 puisi yang cocok untuk 17 Agustus. Marilah kita sambut Hari Kemerdekaan Indonesia dengan penuh suka cita dan gelora.
(aau/iqk)