Penjelasan BMKG soal Hujan Hanya Guyur 1 Rumah Warga di Tasik

Penjelasan BMKG soal Hujan Hanya Guyur 1 Rumah Warga di Tasik

Faizal Amiruddin, Rifat Alhamidi - detikJabar
Minggu, 06 Agu 2023 19:13 WIB
Lokasi rumah warga Tasikmalaya yang diguyur hujan aneh.
Lokasi rumah warga yang diguyur hujan di Tasikmalaya (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar).
Bandung -

BMKG memberikan penjelasan mengenai hujan deras yang hanya mengguyur 1 rumah di Kampung Margalaksana, Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya. BMKG pun menyebut kondisi itu terjadi sebagai fenomena hujan lokal.

Dalam keterangannya, Kepala BMKG Stasiun Bandung Teguh Rayahu mengatakan, fenomena hujan dengan skala sangat lokal lazim terjadi di musim kemarau. Fenomena hujan jenis ini disebut terjadi karena disebabkan awan single cell yang terbentuk di suatu area atau wilayah.

"Awan hujan biasanya bergerak di atas sebuah wilayah dan melepaskan kelembaban saat mereka pergi dalam bentuk hujan. Bangunan dan struktur lainnya dapat memblokir kejadian hujan, sehingga menyebabkan hujan jatuh hanya di satu sisi jalan," katanya, Minggu (6/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selain itu, sudut matahari juga dapat mempengaruhi fenomena ini, menyebabkan kelembaban menguap dari satu sisi sebelum memiliki kesempatan untuk jatuh sebagai curah hujan. Akibatnya, satu sisi dapat dilihat sebagai kering sementara yang lain basah," ucapnya menambahkan.

Lantaran fenomena ini lazim terjadi di musim kemarau, cahaya matahari kata Teguh Rahayu bisa memainkan peran dalam skenario ini dengan cara menguap kelembaban dari satu sisi jalan. Sehingga, tidak ada hujan terjadi di sisi itu, dan di sisi lain yang tidak terpengaruh oleh cahaya matari terjadi curah hujan.

ADVERTISEMENT

"Kecepatan dan arah angin juga dapat menyebabkan hujan turun pada sudut yang berbeda, meningkatkan kemungkinan hujan yang lebih besar di satu sisi. Ada beberapa faktor yang menentukan di mana hujan akan turun. Namun, sisi mana yang akan hujan dapat bervariasi tergantung pada lokasi," ungkapnya.

Selain itu, faktor urbanisasi turut memiliki dampak pada distribusi hujan di perkotaan. Kota kata Teguh Rahayu, cenderung ditutupi dengan banyak permukaan yang tidak mudah menyerap air, seperti jalan, bangunan, dan trotoar, mencegah air menembus tanah.

Hal Ini kemudian menyebabkan meningkatnya runoff dan pada akhirnya banjir di daerah yang lebih rendah sementara meninggalkan daerah lain kering. Wilayah perkotaan juga lebih mungkin mengandung dalam menyerap panas, seperti dari beton dan aspal, yang kemudian menciptakan pulau panas (heat island).

"Tempat-tempat yang lebih hangat ini menyebabkan udara naik, menyebabkan peningkatan curah hujan di daerah tersebut dibandingkan dengan lingkungan pedesaan," ucapnya.

Teguh Rahayu pun mengimbau masyarakat tidak perlu panik terkait dengam fenomena hujan dalam skala sangat lokal tersebut. Sebab menurutnya, hal itu lazim terjadi di musim kemarau seperti pada saat ini. Ia turut mengimbau warga untuk mengakses semua informasi yang disediakan BMKG, BPBD dan Basarnas.

"Kondisi ini tidak berkaitan dengan prekursor bencana lainnya, dan mohon disikapi dengan tenang dan tidak panik," pungkasnya.

(ral/mso)


Hide Ads