Tubuh Aipda Taufik Hadianto beberapakali terguncang, ia juga terlihat menggelepar kepayahan saat aliran setrum mengalir di tubuhnya melalui tangan Kang Pardi, seorang terapis kejut listrik 220 volt.
Anggota Polsek Palabuhanratu, Resor Sukabumi itu beberapa kali terlihat bergetar, saat sentuhan tangan yang dialiri listrik oleh terapis merayapi setiap jengkal tubuhnya. Konon terapi kejut listrik itu bisa membuat rasa pegal dan sejumlah penyakit lainnya mereda.
"Ini bisa disebut terapi kejut, kita menggunakannya dengan metode setrum 220 volt, biasanya ada yang menggunakan listrik aliran 110 volt bisa dengan DC lalu memakai konduktor, kalau kita langsung memakai listri PLN tanpa tahanan, tanpa resistor kapasitor langsung ke tubuh kita," kata pria bernama lengkap Supardi itu kepada detikJabar, Sabtu (29/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilihat detikJabar, aliran listrik menggunakan soket dan kabel itu langsung terhubung ke listrik PLN. Dua buah kabel kemudian dipisah, satu ke lempengan besi yang diinjak oleh terapis dan lempengan besi lainnya diinjak oleh pasien.
"Aliran listrik langsung mengalir melalui tubuh terapis kemudian di salurkan ke pasien. Fungsinya yang kita ambil sistemnya itu adalah getaran atau vibra untuk melancarkan peredaran darah yang tersumbat, dengan adanya getaran darah kita yang lajunya lambat bisa kencang," ujar Kang Pardi.
Kang Pardi kemudian menjelaskan cara dia mengatur tegangan yang mengalir melalui tubuhnya. Ternyata dia menggunakan sistem angkat dan tempel telapak kaki, jika tegangan dirasa kurang menyengat maka ia akan menempelkan rapat-rapat telapak kakinya ke lempengan besi.
"Untuk mengaturnya pakai tekanan kaki kita, kalau terlalu besar bisa pakai lapisan tisu; atau handuk. Untuk menyentuh ini (telapak kaki) diangkat sedikit mengatur tegangan, karena tegangannya kan 220 volt langsung dari PLN," jelasnya.
Baca juga: Petir yang Tak Henti 'Bertamu' |
Kang Pardi kemudian menjelaskan terapi kejut itu awalnya ditemukan oleh Padepokan Sumerah Diri di Bandung sekitar tahun 2000-an. Awalnya, banyak anggota padepokan yang merasa pegal-pegal usai kegiatan.
"Awal mulanya kita itu ada padepokan, kita mengadakan eksperimen, ada orang pegal kita setrum ternyata ada perubahannya, akhirnya kita otak-atik lalu jadilan terapis kejut ini. Kalau diciptakannya oleh para tokoh di padepokan," ungkapnya.
"Ini di Jawa Barat ada di Bandung, Subang dan beberapa tempat lainnya. Kalau di Sukabumi kita buka di Situgunung, bagus untuk penyakot stroke, encok, rematik, pegal dan pusing-pusing. Ini juga tidak berbahaya untuk yang punya penyakit jantung," sambungnya.
Aipda Taufik Hadianto, mengaku sempat khawatir saat sentuhan tangan terapis mulai disentuhkan ke beberapa bagian tubuhnya. Beberapa kali tubuhnya terguncang karena aliran listrik.
"Alhamdulillah kaki sudah mulai ringan bisa gerak-gerak, namun setrumnya mungkin karena baru pertamakali sempat khawatir. Tapi memang terasa manfaatnya, sengatan listrik tadi ada berbagai varian, karena si bapaknya yang ngontrol jadi bisa diatur. Hasilnya lumayan untuk kesehatan," tuturnya.
Kehadiran para terapis tradisional itu untuk memeriahkan acara Milangkala Paguyuban Padjadjaran yang ke V, sejumlah warga terlihat mengantre untuk mendapat giliran terapi. Sebagian dari mereka langsung kaget begitu aliran listrik disentuhkan. Selain disetrum, terapis juga 'membakar' bagian tubuh pasien yang datang. Hal itu konon bisa meredakan nyeri terutama di bagian kaki.
![]() |
(Syahdan Alamsyah/tey)