Mitigasi bencana terkait aktivitas megathrust di sepanjang Jawa bagian selatan, termasuk wilayah Sukabumi masih terus dikaji. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) mendapatkan informasi mengenai aktivitas megathrust.
Aktivitas potensi gempa itu tercatat oleh peralatan yang dimiliki BMKG. Sub Kordinator Pelayanan Jasa Balai Besar Metrologi Klimatologi wilayah II Tangerang Selatan Fitri Apriadi membenarkan.
"Aktivitas setiap hari ada, artinya setiap hari kita bisa merekam, memonitor gempa bumi sepanjang selatan Jawa ini. Cuma karena tidak dirasakan oleh masyarakat hanya terekam oleh alat," kata Fitri kepada detikJabar, saat ditemui di Citepus, Palabuhanratu, Kamis (27/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, BMKG berkoordinasi dengan beberapa pihak. BMKG berupaya memitigasi masyarakat pesisir agar waspada dan siaga menghadapi segala kemungkinan terkait kebencanaan.
"Kita memang harus bisa membedakan antara potensi dan prediksi sebagaimana kajian ilmiahnya bahwa sepanjang pantai selatan Jawa itu ada potensi gempa bumi yang menyebabkan tsunami yang diakibatkan megathrust dari sepanjang selatan pantai Jawa. Jadi hal itu bukan untuk menakut-nakuti masyarakat bahwa akan ada tsunami tapi kita memitigasi jika ada kemungkinan potensi tsunami artinya masyarakat sudah siap. Artinya kita sudah bisa meminimalisir kerugian (akibat) bencana," katanya.
"Kita sebagai instansi yang memonitor ya, terjadinya gempa bumi. Memonitor bahwa penelitian pengkajian potensi ini memang ada di pantai selatan Jawa. Tsunami itu seperti tadi peta yang ditampilkan bahwa potensi itu sepanjang pantai selatan itu sudah ada potensinya kita membuat kajian 8,7 skala richter," sambungnya.
Salah satu upaya kesiapsiagaan yang dilakukan salah satunya adalah dengan melibatkan warga yang berstatus Desa Tanggap Bencana (Destana). Salah satunya di Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu.
"Kita sebagai fasilitator pendamping, mendampingi Desa Citepus menyiapkan sebagai desa yang siap tangguh tsunami. Artiya ready, jadi kesiapsiagaan masyarakat Desa Citepus dalam menghadapi tsunami," ujarnya.
Fitri menjelaskan bagian kesiapsiagaan itu yang nanti akan diverifikasi oleh UNESCO. "Ini baru akan diverifikasi nah nanti Desa Citepus ini salah satu desa yang kita daftarkan, kita usulkan. Jadi kebanggaan juga bagi Desa Citepus apabila sudah diverifikasi, di kukuhkan nanti Desa Citepus ini dikukuhkan sebagai percontohan sepanjang pantai Jawa bagian selatan, bahwa desa ini sudah siap sebagai desa yang tangguh, siap terhadap tsunami. Ada 12 indikator yang harus dipenuhi nantinya," pungkas Fitri.
Potensi Megathrust
Gempa megathrust berpotensi memicu tsunami hingga setinggi 15 meter. Hal itu diungkapkan Kepala Stasiun Geofisika I Bandung Teguh Rahayu usai kegiatan workshop penyusunan draft nol, rencana kontijensi bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Sukabumi. Teguh mengungkap masyarakat harus menyadari soal potensi bencana tersebut.
"Kami dari BMKG menyampaikan beberapa potensi dan sumber gempa yang berdampak di Jawa Barat terutama Kabupaten Sukabumi, bahwa sumber gempa yang kiranya berdampak di Sukabumi itu potensinya ada dua sumber. Yang pertama sumber megathrust Selatan Jabar ini dan kedua dari sesar-sesar darat seperti sesar Cimandiri," kata Teguh kepada awak media, Selasa (30/5/2023).
Berbagai kegiatan dilakukan bertujuan untuk memitigasi bencana gempa bumi di wilayah Sukabumi. Termasuk melihat sejauh mana respons dari pemerintah daerah ketika bencana terjadi.
"Kegiatan ini penegasannya bagaimana kita memitigasi bencana gempa bumi untuk wilayah Sukabumi ini bagaimana nanti respons pemerintah daerah termasuk dalam hal ini BPBD ketika bencana itu terjadi, saya tidak bicara akan terjadi tapi kita harus berbicara ketika gempa itu terjadi karena gempa itu tidak bisa diprediksi kapan terjadinya, dimana, lalu berapa besarnya, kita nggak akan bisa belum bisa memprediksi sampai sekarang," ujarnya.
"Yang bisa kita lakukan mitigasi, kita harus bersahabat dengan bencana di sekeliling kita, kita tidak bisa menghindarinya, melarangnya untuk tidak terjadi. Nah itu sebenarnya tujuan kegiatan ini makanya dari BMKG menyampaikan bagaimana potensi kegempaan di Kabupaten Sukabumi," sambungnya.
Teguh juga mengungkap soal skenario yang harus dilakukan ketika bencana terjadi, skenario itu berdasarkan sumber Pusat Gempa (Pusgen) BMKG. Megathrust berkekuatan Magnitudo 8,7. Dengan dampak itu, memicu ketinggian tsunami dengan ketinggian 15 meter.
"Tadi kita sampaikan (dalam kegiatan workshop), kita menggunakanan skenario, sekali lagi skenario bukan berarti harus terjadi, skenario berdasarkan sumber dari Pusgen bahwa maksimal itu 8,7 Magnitudenya, dengan dampak 8,7 ini potensi ketinggian tsunami di Palabuhanratu ini tertinggi sekitar 15 meter potensi, skenario, catat ya, ini bukan akan terjadi seperti itu, bisa saja terjadi bisa saja tidak terjadi seperti itu," jelas Teguh.
Dengan ketinggian 15 meter itu, golden time itu sekitar 20 menit. Namun untuk efektif nya 10 menit atau 50 persen dari golden time.
Baca juga: Megathrust yang Mengintai Pesisir Sukabumi |
"Dengan (ketinggian) 15 meter kita punya golden time sekitar 20 menit, itu bukan efektif semuanya. Kita menghitungnya mencoba realistis 50 persen yang kita perkirakan waktunya, kalau kita menghitung berdasarkan pemodelan kita mendapat golden time 20 menit," ungkap Teguh.
"Yang sudah kita hitung taruh lah 10 menit pertama tidak efektif, kenapa BPBD atau Pemda baru terima berita atau informasi dari BMKG, BPBD berkordinasi nih mohon arahan yang dinas di Pusdalops ini lapor dulu ke Kalak BPBD lalu BPBD lapor lagi ke Sekdanya, belum lagi ditambah komunikasi sudah mulai chaos, jadi saya rasa kita lebih baik maksimalnya menggunakan dari separuh permodelan yang ada, permodelan yang kita dapat dari 15 meter adalah sekitar 20 menit, artinya 10 menit kedua itulah yang sangat efektif untuk digunakan masyarakat dan pemda untuk mengarahkan ke jalur jalur evakuasi," beber Teguh menambahkan.
Simak Video "Video Ternyata Ada Gempa Pendahuluan 10 Hari Sebelum Gempa M 8,8 Rusia"
[Gambas:Video 20detik]
(sud/dir)