Budaya Sunda jadi hal yang perlu dilestarikan, terlebih saat ini kemajuan teknologi mulai mengikis partisipasi dan minat terhadap seni tradisional Sunda.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung pun menggagas program Nyeni di Sakola sebagai taktik untuk memperkenalkan terus budaya Sunda. Program ini mulai dilaksanakan di dua sekolah yakni SMPN 43 Kota Bandung dan SDN 035 Soka pada awal pekan lalu.
Kepala Bidang Produk Budaya dan Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, Ratna Rahayu Pitriyati, menjelaskan Program Nyeni di Sakola ini sebenarnya masih dalam tahap uji coba di dua sekolah tadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil dari uji coba tersebut akan dievaluasi untuk menilai efektivitasnya dan mengembangkan konsep yang tepat. "Hal ini juga akan membantu dalam menentukan seni-seni tradisional apa yang perlu lebih diperkenalkan dan diedukasi kepada anak-anak di Kota Bandung," ujar Ratna dalam keterangan yang diterima detikJabar Kamis (27/7/2023).
Di SMPN 43 Kota Bandung contohnya, program Nyeni di Sakola dihadirkan dalam bentuk Sandiwara Sunda, sebuah pertunjukan seni yang mengisahkan kisah tentang anak yang enggan belajar namun memiliki hasrat yang besar dalam seni.
Pertunjukan tersebut menggabungkan beberapa kesenian tradisional Sunda, seperti seni musik Calung, bobodoran, dan seni vokal.
"Siswa-siswi tidak hanya belajar seni tradisional Sunda secara langsung tetapi juga menikmati hiburan yang bernilai edukasi," kata Ratna.
Sedangkan di SDN 035 Soka, program ini menampilkan berbagai kaulinan barudak atau permainan tradisional khas Sunda kepada anak-anak.
Kaulinan barudak diharapkan tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam setiap permainan, membentuk karakter kecintaan anak-anak terhadap seni Sunda.
Beberapa kaulinan barudak yang diperkenalkan meliputi Cingciripit, Perepet Jengkol, Endog-endogan, Bedil Karet, Gasing, dan ditutup dengan Oray-orayan. Selain itu, siswa-siswi juga dikenalkan dengan kawih Sunda sebagai pengantar kaulinan tersebut.
SDN 035 juga memiliki tari modifikasi bernama 'Tari Nang-Neng-Nong' yang menjadi senam pembuka di pagi hari. Dari tari tersebut, siswa-siswi juga mempelajari gerakan dasar tari Sunda.
Kata Ratna, ke depannya Pemkot Bandung berencana mengadakan program Nyeni di Sakola lebih masif. Sekitar 5-10 persen dari total SD Negeri dan SMP Negeri di Kota Bandung yang akan terlibat dalam program ini, agar bertahap diterapkan di sekolah-sekolah lainnya.
Pemilihan sekolah nanti didasarkan pada potensi seni yang ada dan rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kota Bandung.
Ia berharap program ini akan menjadi wadah yang efektif dalam menciptakan generasi muda yang mencintai dan melestarikan seni tradisional Sunda.
"Sehingga warisan budaya luhur ini dapat terus hidup dan diapresiasi oleh generasi-generasi mendatang," kata dia.
(aau/tey)