Tokoh Budayawan Sunda Yayat Hendayana Tutup Usia

Tokoh Budayawan Sunda Yayat Hendayana Tutup Usia

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Rabu, 26 Jul 2023 09:28 WIB
Budayawan Sunda Yayat Hendayana dalam acara di Gedung Indonesia Menggugat pada Juni 2023.
Budayawan Sunda Yayat Hendayana dalam acara di Gedung Indonesia Menggugat pada Juni 2023. (Foto: Tya Eka Yulianti/detikJabar)
Bandung -

Kabar duka dari tatar Sunda. Yayat Hendayana, budayawan dan sastrawan Sunda ini meninggal dunia di usia 80 tahun, pada Rabu (26/7/2023) pukul 05.20 di RS Al Ihsan Bandung. Ia diketahui telah dirawat beberapa pekan karena sakit.

Nama Yayat dikenal harum di tanah kelahirannya seperti ia selalu mengharumkan kebudayaan Sunda. Dosen Fakultas Ilmu Seni dan Sastra (FISS) Universitas Pasundan itu dikenal dengan banyak karya sajak Sundanya, salah satunya berjudul Sajak Sunda Tandang. Kumpulan sajak Yayat dikumpulkan kemudian dibuat dalam satu buku berjudul Doa Angkatan Kami: Tiga Kumpulan Sajak Yayat Hendayana, tulisan sajaknya dalam koran Pikiran Rakyat juga dikompilasikan dalam buku Ketiga Sajak-Sajak Sunda Karya Yayat Hendayana oleh Karno Kartabrata.

Di tahun 2016, Yayat berhasil menuntaskan pendidikan doktor dan lulus dengan predikat sangat memuaskan dari Prodi Ilmu Sastra Universitas Padjadjaran (Unpad). Ia mempertahankan disertasi yang berkaitan dengan budaya Sunda, yakni berjudul Hadiah Sastra 'Rancage' dalam Dinamika Kesusastraan Sunda: Dimensi Kesejarahan, Pragmatis, dan Eksistensi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kala itu, Yayat memperlihatkan hasil disertasinya dalam sidang terbuka di Pascasarjana Unpad, Selasa (9/2/2016) silam dengan dihadiri Wakil Gubernur Jawa Barat saat itu Deddy Mizwar, Ketua Umum PB Paguyuban Pasundan Prof. Dr. HM Didi Turmudzi, M.Si, Rektor Universitas Pasundan Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom., para seniman dan budayawan salah satunya pencipta tari Jaipongan, Gugum Gumbira.

Salah satu kesimpulan yang dikemukakan atas hasil penelitiannya menyebut bahwa kegiatan pemberian Hadiah Sastra Rancage mempunyai makna yang besar dalam menunjukkan bahwa kesusastraan daerah masih hidup dan berkembang. Meskipun belum bermakna dalam menumbuhkan kesadaran untuk melakukan kegiatan nyata bagi upaya pemeliharaan bahasa daerah, baik oleh masyarakat maupun pemerintah.

ADVERTISEMENT

Semasa hidupnya, pria yang lahir di Bandung, 7 Juni 1943 silam itu sangat dekat dengan kebudayaan Sunda. Keaktifannya dalam bersajak dan mempelajari budaya Sunda membuat ia mendapat kepercayaan sebagai Ketua Pengelola Akademi Budaya Sunda Unpas, serta menjadi Penanggung Jawab Unpas Press. Yayat juga tercatat sebagai Anggota Pengurus Besar Paguyuban Pasundan.

Yayat Hendayana dalam dunia teater juga dikenal sebagai aktor dan sutradara teater ternama. Ia pernah bekerja di Akademi Teater dan Film Bandung pada 1965 sambil mengikuti setiap kegiatan teater disana. Hingga akhirnya memutuskan lanjut studi di Jurusan Bahasa dan Sastra Sunda, Fakultas Sastra, Universitas Padjajaran.

Belum selesai studi di Unpad, ia mendapat kesempatan belajar ke International Institute for Journalism (JIJ) di Berlin, Jerman, berkat beasiswa dari UNESCO. Sejak saat itu, nama Yayat Hendayana dikenal sebagai penyair, penulis bahasa Sunda, dan jurnalis.

Bisa dikatakan hampir setengah usianya, Yayat menggeluti dunia literasi dan tulis menulis. Puisi-puisinya dimuat di berita Pikiran Rakyat, Budaya Jaya, Horison, Magalah Sunda, Manglé, Gondéwa, dan media-media lainnya kala itu.

Bahkan salah satu karya sastranya berhasil meraih Penghargaan Sastra dari Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBBS) pada tahun 1998. Puisi-puisi Sunda Yayat kemudian dikumpulkan dalam kumpulan puisi 'Katiga' dan 'Sasambat' (2005). Kemudian buku 'Doa Angkatan Kami' mengumpulkan puisi-puisi yang ditulis dari tahun 1973-2004.

Nama Yayat Hendayana juga dikenal sebagai wartawan senior di Bandung. Ia pernah lama berkecimpung di dunia kewartawanan. Yayat menjadi redaktur majalah Manglé pada 1968-1972, redaktur Gondéwa pada 1972-1975, dan redaktur koran Pikiran Rakyat. Ia juga aktif di Perhimpunan Wartawan Indonesia (PWI) hingga dipercaya menjadi ketua PWI Jawa Barat pada 1984-1989.

Di era itu, Yayat juga pernah ditunjuk sebagai pengurus Badan Penasehat Kebudayaan Jawa Barat, ketua urusan Depdiknas, pengurus Gedung Kesenian Rumentang Siang, dan anggota BKKNI Jawa Barat.

Selamat jalan, Yayat Hendayana. Namamu akan selalu dikenang di tanah Pasundan dan kekal bersama sajak-sajak Sunda.




(aau/tya)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads