Hari Puisi Indonesia 2023, Sejarah Peringatan dan Sosok Chairil Anwar

Hari Puisi Indonesia 2023, Sejarah Peringatan dan Sosok Chairil Anwar

Tya Eka Yulianti - detikJabar
Selasa, 25 Jul 2023 12:00 WIB
Chairil Anwar
Foto: Ilustrasi: Ivon
Bandung -

Setiap tanggal 26 Juli setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Puisi Indonesia (HPI). Peringatan Hari Puisi Indonesia itu berdasarkan hari lahir tokoh puisi Indonesia, Chairil Anwar yang lahir pada 26 Juli 1922 silam.

Dideklarasikan di Pekanbaru 22 November 2012 berdasarkan kesepakatan para penyair Indonesia yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Tanggal 26 Juli kemudian ditetapkan sebagai Hari Puisi Indonesia dan dirayakan setiap tahunnya.

Hari Puisi Indonesia dirayakan dengan berbagai macam kegiatan sebagai upaya menjaga dan melaksanakan komitmen untuk memberi penghargaan yang tinggi kepada perpuisian dan kepenyairan Indonesia, menempatkan perayaan Hari Puisi Indonesia sebagai Hari Raya Para Penyair. Kegiatan-kegiatannya antara lain : (1) Baca Puisi Virtual (2) Seminar Nasional (3) Anugerah Buku Puisi berhadiah 100 juta (4) Lomba Cipta Puisi Grup Facebook Hari Puisi Indonesia (5) Festival Mantra Nusantara (6) Pesta Puisi Rakyat (7) Pembacaan Puisi oleh Tokoh dan Pejabat (8) Penerbitan Buku Puisi (9) Film Dokumenter dan lain-lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Hari Puisi Indonesia 26 Juli

Sejarah tanggal 26 Juli diperingati sebagai Hari Puisi Indonesia adalah berdasarkan hari ulang tahun Chairil anwar pada 26 Juli 1922. Seperti dilansir Antara, penetapan tersebut dideklarasikan oleh para penyair Indonesia pada 22 November 2012.

Hari Puisi Indonesia tanggal 26 Juli dideklarasikan berdasarkan kesepakatan Tim Perumus. Alasan pemilihan tanggal tersebut sebab tanggal 26 Juli, yakni hari lahir penyair Chairil Anwar, dianggap sebagai tonggak utama tradisi puisi modern Indonesia.

ADVERTISEMENT

"Sesuai hasil kesepakatan Tim Perumus, yang kami pilih sebagai Hari Puisi Indonesia adalah tanggal 26 Juli, yakni hari lahir penyair Chairil Anwar, peletak tonggak utama tradisi puisi modern Indonesia," kata penyair Ahmadun Yosi Herfanda, anggota Tim Perumus yang juga kurator Pertemuan Penyair Indonesia (PPI).

Deklarasi Hari Puisi Nasional tersebut merupakan puncak dari serangkaian acara Pertemuan Penyair Indonesia (PPI) I yang digelar di Anjungan Idrus Tintin Pekanbaru, Riau, pada 22 November 2012. Setelah dideklarasikan, Hari Puisi Indonesia diperingati tanggal 26 Juli secara besar-besaran setiap tahunnya.

Dikutip dari laman haripuisi.id disebutkan semangat merayakan Hari Puisi Indonesia setiap tahunnya di seluruh Indonesia tetap berpedoman pada teks deklarasi Hari Puisi Indonesia yang dibacakan pertama kali di Riau. Berikut teks deklarasi Hari Puisi Indonesia :

DEKLARASI HARI PUISI INDONESIA

Indonesia dilahirkan oleh puisi yang ditulis secara bersama-sama oleh para pemuda dari berbagai wilayah tanah air. Puisi pendek itu adalah Sumpah Pemuda. Ia memberi dampak yang panjang dan luas bagi imajinasi dan kesadaran rakyat nusantara. Sejak itu pula, sastrawan dari berbagai daerah menulis dalam bahasa Indonesia, mengantarkan bangsa Indonesia meraih kedaulatan.

Sebagai bangsa yang merdeka. Bahasa Indonesia adalah pilihan yang sangat nasionalistis.
Dengan semangat itu pula para penyair memilih menulis dalam bahasa Indonesia, sehingga puisi secara nyata ikut membangun kebudayaan Indonesia. Nasionalisme kepenyairan ini kemudian mengental pada Chairil Anwar, yang dengan spirit kebangsaan berhasil meletakkan tonggak utama tradisi puisi Indonesia modern.

Sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah menganugerahi bangsa Indonesia dengan kemerdekaan dan kesusastraan, sekaligus untuk mengabadikan
kenangan atas puisi yang telah ikut melahirkan bangsa ini, kami mendeklarasikan tanggal lahir Chairil Anwar, 26 Juli, sebagai Hari Puisi Indonesia.

Dengan ditetapkannya Hari Puisi Indonesia, maka kita memiliki hari puisi nasional sebagai sumber inspirasi untuk memajukan kebudayaan Indonesia yang modern, literat, dan terbuka.

Pekanbaru, 22 November 2012

Sutardji Calzoum Bachri
atas nama Penyair Indonesia

Catatan:
Teks deklarasi tersebut dibaca oleh Sutardji Calzoum Bachri di Anjungan Idrus Tintin Pekanbaru, Riau, 22 November 2012 setelah ditandatangani oleh 40 penyair Indonesia dari Aceh sampai Papua.

Sosok Chairil Anwar dan Karya-karyanya

Menurut situs Ensiklopedia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Chairil Anwar terkenal sebagai penyair yang tidak lepas dari puisi modern Indonesia. Sosoknya menjadi pelopor Angkatan 45 dalam Sastra Indonesia.

Orang tua Chairil Anwar berasal dari Payakumbuh. Ayahnya bernama Teoloes bin Haji Manan yang bekerja sebagai ambtenaar pada zaman Belanda dan menjadi Bupati Rengat pada zaman Republik tahun 1948. Ibunya bernama Saleha yang dipanggil sebagai Mak Leha.

Chairil Anwar merupakan salah satu sastrawan yang memiliki pengaruh besar di Indonesia. Pria yang dijuluki 'Binatang Jalang' tersebut terkenal sebagai pelopor angkatan '45 dalam dunia sastrawan Indonesia.

Hingga tahun 1949 Chairil diperkirakan telah membuat 90-an karya, meski jumlah pasti dari puisi yang dibuat oleh Chairil Anwar belum bisa dipastikan karena ada perbedaan dari data.

Salah satu puisinya yang berjudul Aku sangatlah fenomenal dan tak lekang oleh waktu. Puisi tersebut dianggap sebagai tonggak sastra di tahun 45-an. Selaras dengan kondisi Indonesia yang masih dalam gengaman kolonial, puisi tersebut menyuarakan perjuangan dari segala penindasan dan kesengsaraan.

Karya puisi yang dibuat Chairil Anwar mengambil tema antara lain, pemberontakan, perjuangan, kematian, individualisme, interpretasi hingga eksistensalisme. Keahlianya dalam menyusun kata membuat para pembacanya seolah-olah terjun merasakan perasaan sang Penyair.

Hadirnya Chairil Anwar telah menginspirasi sastra Indonesia. Karyanya pada saat itu dianggap telah membangkitkan semangat kebangsaan pada masa penjajahan. Tidak hanya itu, pengaruh puisinya juga telah melebar ke arah pendidikan.

Daftar karya yang dihasilkan Chairil Anwar semasa hidupnya:

Tahun 1942: Chairil Anwar menciptakan sebuah sajak yang berjudul "Nisan".
Tahun 1949: Chairil Anwar menghasilkan tujuh buah sajak, yaitu:
1. Mirat Muda
2. Chairil Muda
3. Buat Nyonya N
4. Aku Berkisar Antara Mereka
5. Yang Terhempas dan Yang Luput
6. Derai-Derai Cemara
7. Aku Berada Kembali".

Terjemahan Chairil Anwar:
1. Sajak De Laatste Dag Der Hollanders op Java karya Multatuli diterjemahkan dengan judul "Hari Akhir Olanda di Jawa".
2. Sajak The Raid karya John Steinbeck (Amerika) dengan judul "Kena Gempur".
3. Sajak yang berjudul Le Retour de l'enfant prodigue karya Andre' Gide (Perancis) diterjemahkannya dengan judul "Pulanglah Dia Si Anak Hilang".
4. Karya John Cornford (Inggris), Hsu Chih Mo (Cina), Conrad Aiken (Amerika), dan W.H. Auden (Amerika).

Selama enam setengah tahun sejak tahun 1942-1949, Charil Anwar telah menghasilkan 71 buah sajak asli, dua buah sajak saduran, 10 sajak terjemahan, enam prosa asli, dan empat prosa terjemahan. Chairil Anwar wafat pada 28 April 1949 akibat sakit paru-paru.




(tey/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads