Nama Dedi Mulyadi sering dikaitkan sebagai salah satu kandidat calon gubernur (cagub) yang cukup potensial dalam Pilgub Jabar 2024. Kepindahannya dari Partai Golkar ke Partai Gerindra, bahkan disebut-sebut merupakan langkah awal baginya untuk mewujudkan hal itu.
Mantan Bupati Purwakarta ini dinilai punya kans besar menjadi cagub. Sosoknya pun kerap disandingkan dengan nama-nama besar lainnya.
Saat ditemui detikJabar di Kabupaten Kuningan, Jumat (21/7/2023) petang, Dedi Mulyadi memberikan tanggapannya mengenai hal tersebut. Dia menyebut, mencalonkan diri sebagai cagub pada Pilgub Jabar 2024 mendatang merupakan kesempatan yang paling mungkin terlaksana.
"Saya sudah berpidato beberapa kali, saya siap jadi RT, saya siap jadi RW, saya siap menjadi kepala desa. Saya jadi camat tidak mungkin, saya menjadi bupati dua periode tidak mungkin, paling mungkin jadi gubernur," kata Dedi usai menghadiri acara deklarasi Prabowo Mania Jawa Barat, di Kuningan.
Namun saat disinggung soal kemungkinan berduet dengan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Mochamad Iriawan atau Iwan Bule, Dedi enggan berkomentar banyak. Padahal sosok mantan Ketua Umum (Ketum) PSSI tersebut telah menyatakan siap untuk ikut serta dalam Pilgub 2024 nanti.
Fokus Menangkan Prabowo Subianto di Jawa Barat
Terlepas dari isu pencalonan cagub, Dedi mengaku akan berjuang bersama para relawan dan pendukung lainnya untuk memenangkan Prabowo Subianto. Utamanya sebagai calon presiden pada Pilpres nanti.
Dedi mengatakan, Jawa Barat merupakan lumbung suara untuk Prabowo. Di mana tingkat pemilihnya sangat tinggi. Selain itu, Dedi juga menaruh harapan besar bila Ketum Partai Gerindra tersebut nantinya dapat terpilih menjadi orang nomor satu di negeri ini.
"Jawa Barat itu pemilih tertinggi, buat Pak Prabowo kesetiaannya tidak diragukan. Nah tentunya ke depan kita berharap Pak Prabowo terpilih menjadi presiden, maka Jawa Barat harus mendapat perhatian cukup besar. Mengingat penduduknya besar, kemudian kabupatennya gede-gede. Jumlah penduduknya, distribusi ekonomi dan lainnya kurang optimal," ungkap Dedi.
Menurutnya Prabowo berpeluang besar membawa perubahan yang lebih baik untuk masyarakat Jawa Barat. Ia ingin agar Prabowo menaruh perhatian lebih kepada pembangunan yang menyentuh sampai ke pelosok desa.
"Kita berharap Jawa Barat itu dapat perhatian fokus pada desa, pembangunan kabupaten dan kotanya yang distribusi penduduknya tidak terlalu bertumpuk," ujarnya.
Tidak hanya pembangunan, Dedi menilai pemerataan penduduk di Jawa Barat mesti diperhatikan. Sebab, hal ini cukup berpengaruh pada proses alokasi dana dari pemerintah pusat yang kurang berjalan optimal.
"Kita tidak ngomong kepentingan, tapi ngomong pembangunan. Coba lihat di Jawa Tengah, setiap kabupaten penduduknya nggak banyak-banyak. Nah di Jawa Barat penduduknya banyak-banyak. Sedangkan perhitungan dana alokasinya tidak begitu jauh, sehingga kita harapkan ke depan dengan jumlah kabupaten yang banyak, kemudian penduduknya ideal 1,5 juta deh, distribusi keuangannya bisa terdistribusi dengan baik," bebernya.
Apabila pembangunan di tingkat desa menjadi prioritas, lanjut Dedi, maka kesejahteraan warganya akan lebih baik. Kemudian, anggaran yang tadinya dikhususkan untuk pembangunan dapat disimpan sebagai investasi.
"Dan yang paling baik otonomi itu desa sebenarnya. Kalau desa dioptimalkan, kemudian pembangunan mendapat prioritas, ada perhitungan pembangunan relatif baik, maka bisa menjadi pusat investasi. Pusat investasi itu adalah alokasi dana negara yang masuk ke desa tak melulu untuk kegiatan rutin pembangunan. Ke depan bisa disimpan untuk investasi," jelas Dedi.